25

39 11 0
                                    

Saerom membuka gerbang rumahnya dengan hati-hati dan disanalah Mingyu tengah berdiri. Mingyu mendatangi Saerom walau hari telah larut. Saerompun penasaran apa maksud kedatangan Mingyu pada saat ini. Saerom yakin pasti ada suatu hal yang penting hingga membuat Mingyu mendatanginya. Dan sesuatu itu pasti bukanlah hal yang menyenangkan untuknya. Saerom yakin akan hal itu.

"Mingyu? Ayo masuk?" Ajak Saerom.

"Aku hanya ingin bertanya sesuatu pada mu." Mingyu menjeda kalimatnya, ia menatap tajam Saerom yang menunggunya melanjutkan ucapannya.

"Apa yang kau lakukan pada Chaeyeon? Kenapa kau menyakitinya?" Tanya Mingyu tanpa basa-basi.

Saerom yang tak mengerti dengan pertanyaan Mingyu mengerutkan keningnya menatap Mingyu.

"Apa maksud mu? Melakukan apa? Aku tidak melakukan apapun padanya." Jawabnya.

"Kau pura-pura tidak tau? Kau kan yang menjebaknya pergi ke sekolah malam ini dan menyakitinya?"

"Aku tidak melakukan apapun. Aku bahkan tidak mengerti apa maksud mu." Saerom menatap Mingyu yang menatapnya tajam.

"Tunggu, kau menuduh ku melakukan sesuatu padanya? Apa kau melihat sendiri bahwa aku yang menyakitinya?" Kini Saerom yang bertanya pada Mingyu.

"Siapa lagi jika bukan kau yang melakukannya? Kau kan yang selama ini merundung Chaeyeon."

"Mingyu, aku memang merundungnya tapi untuk malam ini aku tidak melakukan apapun padanya. Kau pikir, hanya aku yang membencinya? Kau pikir hanya aku yang bisa menyakitinya?"

Mendengar ucapan Saerom membuat Mingyu terdiam. Benar ucapan Saerom, ia tak punya bukti untuk menuduhnya dan Chaeyeon pun tak mengatakan apapun tentang siapa yang menyakitinya.

Saerom menyeringai dengan tetap menatap Mingyu di hadapannya.

"Kau tidak berpikir bahwa semua gadis di sekolah tidak menyukainya dan bisa saja salah satu dari mereka yang menyakiti Chaeyeon. Apa kau segitu tidak sukanya pada ku sehingga kau menuduh ku yang tidak-tidak? Kau bahkan tidak punya bukti apapun tapi menuduh ku seperti itu." Ucap Saerom kemudian kembali menutup gerbangnya dan pergi dari hadapan Mingyu.

Saerom terkejut karena melihat Mijoo yang berdiri di balik gerbang rumahnya. Entah sejak kapan Mijoo berdiri disana.

"Kau merundung teman mu?" Tanya Mijoo ketika Saerom menatapnya.

Saerom tak menjawab, ia melanjutkan langkahnya untuk masuk kedalam rumahnya namun, Mijoo mengikutinya.

"Saerom jawab aku!" Bentak Mijoo yang mampu menghentikan langkah Saerom.

"Kau mendengar pembicaraan ku dengan Mingyu kan? Untuk apa kau bertanya? Bahkan jika aku bilang tidak, kau tidak akan percaya kan kak?"

"Saerom, untuk malam ini aku percaya jika kau tidak menyakitinya tapi kau bilang jika kau merundungnya. Kenapa kau merundung gadis itu?" Tanya Mijoo yang mulai mengecilkan suaranya.

"Aku tidak menyukainya. Aku tidak suka karena Mingyu perduli padanya." Jawab Saerom.

Mijoo memejamkan matanya, mencoba meredam emosinya. Ia harus tenang untuk adiknya. Bagaimanapun, Saerom adalah saudara satu-satunya yang ia punya. Bagaimanapun, ia memiliki hak untuk memberi nasihat kepada adiknya itu.

"Kau tidak harus merundungnya, Saerom. Apa kau lupa bahwa ibu tidak mengajari mu seperti itu. Ibu mendidik kita agar menjadi gadis yang baik." Jelas Mijoo dengan lembut. Ia meraih tangan Saerom.

"Apapun alasannya, perundungan itu tidak boleh." Lanjutnya. Saerom menghempaskan tangan Mijoo dan menatap tajam Mijoo.

"Aku hanya ingin mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku tidak akan menjadi seperti kakak yang dengan sukarela melepaskan pria yang kakak sukai. Aku akan berusaha dan menjadi egois untuk kebahagiaan ku sendiri." Ucap Saerom kemudian meninggalkan Mijoo yang masih berdiri di luar rumah mereka.

PentagonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang