Jujur saja pertemuan tidak sengaja di makam kemarin malam benar-benar mengundang hasrat penasaran dan keingintahuan yang semakin tinggi hingga menembus atmosfer bumi, menjadi kesatuan yang ingin segera dihabiskan dengan jawaban atas pertanyaan yang sama sekali belum mereka dapatkan sejak beberapa tahun terakhir. Salahkan Duke yang mungkin bisa dibilang asal bicara di depan kedua kembar Jaeger kemarin sore, namun Duke benar-benar tidak membual. Ia dan Hugo memang pernah beberapa kali bertemu Levi.
Jadi, kalimat terakhir Duke kemarin sorelah yang menjadi penyebab utama kedua remaja kembar itu memberanikan diri untuk bertemu dengan Duke, senior yang terkenal paling galak, dingin dan minus ekspresi di SMA Scouting itu telah duduk manis di depan kedua remaja yang bisu sejak beberapa menit yang lalu. Yang menjadi satu-satunya sumber keributan di antara mereka hanyalah suara kunyahan keripik kentang dari Hugo yang tepat duduk di samping cowok bermarga Zacharias itu.
Duke masih sabar menunggu sampai Erhardt dan Elissa mau buka mulut dan menjelaskan tujuan mereka berdua memanggilnya. Rambut pirang yang biasanya selalu dipoles rapi itu kali ini tampak berdiri melawan gravitasi, akibat ia sudah di ambang batas kesabarannya. Ia paling tidak menyukai momen-momen hening seperti ini.
“Katakan padaku, apa tujuan kalian berdua memanggilku ke sini?” lama-lama Duke bisa jengah juga. Jus jeruk milik Hugo diminumnya begitu saja hingga tandas sedangkan sang pemilik minuman yang tidak rela minumannya habis begitu saja langsung memberikan jitakan di jidat temannya itu.
Saat ini mereka berempat berkumpul di kantin, membuat atensi seluruh orang yang ada di sana memperhatikan mereka. Sang ketua OSIS, kapten basket, dan duo Jaeger populer itu terlihat semakin bersinar saja ketika sedang bersama dua elit SMA Scouting itu. Heran, apa yang membuat orang-orang itu sangat berbeda dari yang lainnya?
Tentu saja tergantung dari mereka adalah produknya siapa. Eren Jaeger, Erwin Smith dan Mike Zacharias.
“Bagaimana bisa Duke-senpai mengenali Paman Levi?!” tanya Erhardt cepat, ia tidak ingin membuat Duke marah karena kebisuan itu. Ia sudah kehabisan topik pertanyaan hingga ia merasa pertanyaannya itu terlalu aneh ditanyakan lagi. Padahal sudah jelas-jelas jawabannya.
“Bukankah sudah kubilang kemarin kalo kami sudah pernah bertemu beberapa kali? Apalagi yang harus kujawab untuk meyakinkan kalian, hah?!”
Duke menggaruk-garuk belakang kepalanya, sudah hampir putus urat kesabarannya dibuat dua junior yang memiliki kepopuleran yang tidak terbatas itu. Ia membuang nafas kasar, berharap Hugo saja yang menangani kedua bocah itu.
“Lalu Paman Levi orangnya seperti apa?” kini giliran Elissa yang bertanya, tentu setelah memikirkan hal yang paling mendasar yang ingin ditanyakannya.
Duke menatap gadis berambut cokelat itu. Iris hijau emerald-nya terlihat bersinar dalam memantulkan warna kuning keemasan sedikit kebiruan. Sorotannya dalam dan indah sekali.
“Gak ingat,” jawab Duke setelah ia diam cukup lama. “Yang jelas orangnya pendek!”
Tanpa memikirkan lebih jawabannya, Duke menjawab dengan entengnya dan setelah ia berkata begitu, ia kembali dihadiahi jitakan sayang oleh Hugo. “Husst!! Gak boleh ngomong gitu!” sergahnya langsung.
“Kenapa? 'Kan emang kenyataan,” masih tidak sadar di mana letak kesalahannya, Duke meringis memegangi keningnya yang terasa panas.
“Emang kenyataan sih, tapi aku doakan kau gak digentayangi loh. Kau tau 'kan, menyebut kata … pendek … untuk Paman Levi itu dilarang karena bisa memicu arwahnya terpanggil,” untuk penyebutan kata 'pendek' Hugo sangat memelankan suaranya, takut arwah yang bersangkutan mendatanginya.
“Bodo amat! Kalo digentayangi tinggal baca ayat kursi aja, pasti pigi lagi arwahnya,”
Hugo hanya membuang nafas kasar, bingung dengan sahabatnya yang satu itu. Ia kemudian beralih menatap kedua adik kelasnya yang masih terlihat kebingungan itu, mulai dari sini ia akan mengambil alih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to The Past ✓
Fanfiction[Book Three] [Complete] Lanjutan dari Dandelion. Disarankan baca Dandelion terlebih dahulu sebelum baca ini. Erhardt dan Elissa sudah tumbuh dewasa, dan gara-gara sebuah buku mereka melintasi waktu kembali lagi ke zaman orangtua mereka saat masih mu...