33. Kebahagiaan Ansel & Arsyila

1.7K 167 2
                                    

Tidak ada yang lebih membahagiakan dari sebuah kabar Karunia kecil dari-Nya
☘☘☘
_____________________________________

#Jakarta
Jakarta adalah kota yang tidak pernah sepi. Kota yang selalu ramai dengan hiruk pikuk kesibukan orang-orang yang mengadu nasib di kota tersebut. Tak lainnya seorang laki-laki yang usinya hampir menyentuh kepala tiga, yakni Anselino. Seorang pengacara baru yang kini tengah sibuk dengan banyak kasus yang sedang di embannya. Beberapa kali memenangkan kasus sulit, membuatnya kini dipercayai banyak orang dalam dunia hukum.

Setelah seharian ia berkutat dengan pekerjaannya, kini waktunya ia merebahkan diri di apartemen miliknya. Tapi, lagi-lagi rasa lelah itu kian hilang setiap kali ia membuka ponselnya dan foto Arsyila yang ia lihat pertama kali. Ia teringat bahwa hari ini belum menghubungi istri tercintanya. Bagaimana kabarnya saat ini, apakah sakit maghnya sudah berkurang?

Ansel akhirnya berpikir untuk membersihkan diri dulu sebelum nantinya menghubungi Arsyila.

Ting!

Ponselnya berrdering lebih dulu dan ada notif pesan masuk.

@Hariz: Sel, buka pintu. Saya depan apartemen kamu

Ansel yang ingin membersihkan diripun mengurungkan niatnya. Ia bergegas membukakan pintu untuk Hariz sahabat baiknya. Benar adanya, Hariz telah menunggu di depan pintu apartemennya dengan membawa banyak makanan.

"Assalamu'alaikum, ngapain aja sih lama bener buka pintu?" protes Hariz segera melangkah masuk.

"Wa'alaikumsalam, baru sampai saya ini Riz. Wah bawa makanan banyak nih, Bolehlah makan dulu hahaha," balas Ansel dengan matanya mengekor melihat apa yang Hariz bawa.

"Iya nih, tapi kamu pasti belum mandi. Mandi gih, baru nanti kita makan sama-sama. Oh iya, hari ini sudah telfon Arsyila?"

"Iya iya, tadi mau mandi tapi kamu malah kirim pesan. Belum nih, niatnya tadi setelah mandi mau telfon my wife," ucapnya seraya memberikan ekspresi jahil pada Hariz.

Ansel sengaja melakukannya, agar Hariz bisa segera menikah seperti dirinya. Ansel bingung, apa yang Hariz cari sampai saat ini? Usianya sudah cukup untuk menikah, soal finansial juga jangan ditanya lagi. Dari pada dirinya yang hanya seorang pengacara yang baru terjun, Hariz adalah seorang pembisnis muda dan juga memiliki salah satu Yayasan sekolah boarding school berbasis islam di Bogor. Bisa dibilang meskipun masih berusia hampir kepala tiga, tetapi sudah cukup sukses.

Ansel rasa tidak ada lagi yang kurang dari temannya ini. Pernah sekali ia bertanya kepada Hariz kenapa belum menikah? Tetapi jawabannya karena belum menemukan seseorang yang menggetarkan hatinya sampai saat ini. Ansel hanya berharap agar temannya ini segera menemukan pendamping yang baik dan sholihah.

"Dasar budak cinta," balas Hariz dengan sinis.

"Biarin, nanti kamu juga pasti seperti saya. Ayok buruan cari gadis muslimah yang baik biar segera ada yang merhatiin kamu Riz!" teriak Ansel sambil melangkah menuju kamarnya.

Hariz hanya menggelengkan kepalanya saja tanpa memperdulikan ucapan Ansel. Sebenarnya Hariz sudah bertemu dengan gadis yang menarik hatinya. Tapi, sayangnya baru sekali mereka bertemu pada suatu acara dan Hariz belum mengenalnya. Hariz hanya bisa berdoa semoga dirinya bisa dipertemukan kembali.

Ddddrrrrrrrrrttttttttt

Ponsel Ansel terus bergetar, sedangkan sang empunya masih berada di kamar mandi. Hariz melirik ke arah posel sahabatnya itu dan ternyata benar saja, wanita yang baru beberapa waktu lalu mereka bicarakan. Siapa lagi jika bukan Arsyila. Wanita yang membuat kehidupan Ansel berubah dan terlihat sangat berbeda dari sebelumnya.

Turkish Airlines-67 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang