3 bulan berlalu sejak kejadian di kantor milik ayah Taufan. Sejak 3 bulan itu pula halilintar tak menemukan kabar dari Taufan.
Dia sudah mencoba untuk mendatangi apartemennya, tetapi kata tetangga Taufan dulu, apartemen itu sudah dijual dan disinggahi oleh pemilik barunya.
Halilintar cemas tentu saja. Taufan itu sudah bak permata berharga baginya. Jika hilang tak dapat lagi didapatkan.
"Argghhhh!!! Kau masih belum mendapatkan kabarnya? Apa kau gila? Aku memperkerjakan mu bukan untuk main-main! Jangan makan duit buta dong!!!" Halilintar membentak bawahannya, yang ia tugaskan untuk mencari taufan. Halilintar sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia akan mencari kekasihnya walau sampai didasar bumi sekalipun dia tak peduli.
"Tapi memang saya hanya mendapatkan kabar angin lalu saja, keberadaannya bahkan tak bisa dilacak." Sang bawahan membela diri. Halilintar berdecak sebal, lalu menyuruhnya keluar dari ruangannya.
"Dimana kamu sayang?? Aku bahkan belum menjawab pertanyaanmu tiga bulan yang lalu.." kata Halilintar lirih, jika diingat-ingat dalam hidupnya. Ini kali pertama Halilintar uring-uringan hanya karena ditinggal orang yang dia sayang. Sebelumnya dia tak begini, bahkan omah dia meninggal dia tak menangis. Cucu durhaka emang.
Seminggu lagi sudah masuk wisuda, dimana semua menerima surat kelulusannya. Halilintar mengehela nafas sejenak, mencoba berfikir positif. "Baiklah..Taufan pasti akan datang diwisuda, tak mungkin dia tak datang. Secara acara kelulusan itu wajib." Monolog halilintar
.
Dilain tempat, blaze sedang berbicara pada seseorang di dalam laptop, lewat video call.
"Serius? Aku kasihan melihatnya uring-uringan begitu, bukan dirimu saja yang memakai 'itu' Taufan. Dia juga, aku mohon untuk kau pikirkan lagi." Kata blaze penuh pengertian. Taufan, sosok yang Melakukan video call bersama blaze disebrang sana hanya tersenyum tipis.
"Aku tau, aku bahkan paham. Aku melakukan ini hanya untuk kebaikan kita berdua. Aku melepaskan 'itu'ku, dia melepaskan 'itu'nya. Aku tak peduli dirinya seperti apa, tetapi jika dia menerimaku. Maka aku akan menerimanya. Cukup katakan saja padanya kalau aku akan datang diacara wisuda." Kata Taufan yang diakhiri senyumnya lagi.
Blaze menghela nafas, sudah tiga bulan Taufan tak memberi kabar pada yang lain. Hanya memberi kabar pada dirinya dan thorn. Blaze mengangguk mengiyakan, dia tak tau apa yang direncanakan sahabatnya ini? Namun dia harap bahwa Taufan tak salah memilih jalannya. Dia dengan sepenuh hatinya mendukung keputusan yang dibuat oleh sahabat kecilnya.
"Baiklah..tetapi ketika wisuda aku mohon dengan sangat! Jelaskan padanya fan." Kata blaze lagi, nadanya terlihat begitu cemas. Taufan tersenyum lalu mengangguk sembari tersenyum.
Video call dimatikan, blaze menghela nafas pelan. Entah apa yang dilakukan Taufan, inti dari semuanya adalah dia harus percaya pada sahabatnya.
Blaze mengambil handphonenya lalu menghubungi Halilintar lewat chatting, hanya untuk sekedar memberi tahu pesan Taufan.
.
.
Flashback
Setelah Taufan keluar dari ruangan kerja ayahnya, Halilintar memperhatikan wajah Ciel dengan tatapan bak pembunuh, lalu berkata. "Bahkan kau tak sadar diri pak tua! Aku katakan padamu, bahwa. Taufan hanya memakai senyumannya, jangan sampai senyum itu hilang hanya karenamu! Aku tak menyalahkan bunda Bella, Karena apa? Karena dia tak salah. Yang salah disini kau!!! Se-posesif nya diriku terhadap Taufan, tak pernah aku hilang kepercayaan terhadapnya. Ah yah! Satu lagi, jika kau tak menginginkan dirinya. Aku akan menjaganya dengan baik. permisi, selamat siang" kata Halilintar tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
•TAUFAN• [TAMAT]
RandomTaufan cyclone adalah anak dari keluarga cyclone. Dia tinggal dengan ayahnya, ibunya? Ayah dan ibunya sudah bercerai ketika dia berumur 16 tahun. Hanya karena kesalah pahaman dari sang ayah. Taufan memiliki 2 sahabat tetap. Yaitu blaze dan thorn, bl...