My Vanilla Blue 1

36 5 3
                                    

"Manis tapi bukan gula. Vanilla tapi bukan es krim."

"Kaaakkkkk Jeeeee udah telat nihh lama banget woii." Teriak gadis remaja yang sejak 10 menit yang lalu sudah rapi dengan seragam sekolahnya
sembari memandangi tubuhnya dari pantulan cermin burukuran tinggi dihadapannya.

"Iyaa bentar-bentar gue charger handphone dulu."
Teriak pria tersebut dari kamar lantai atas.

"Kalau dalam semenit lo ga turun, gue kesekolah dianter pak amir aja." Ancamnya.

"Iya-iya ini udah, cerewet banget."
Balas pria itu berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

Gadis yang berteriak sejak tadi itu tak lain adalah Vanilla, Vanilla Alana Nugroho. biasa dipanggil Lala. gadis cantik, berwajah bulat, memiliki bulu mata lentik dan bola mata berwarna coklat.
Gadis dengan wajah blasteran ini menyukai semua jenis coklat dan serial drama korea berbagai genre.

Orang tuanya meninggal saat sedang melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Jadi hingga saat ini Vanilla tinggal dengan kakaknya,
Jeje Alfaro Nugroho, biasa dipanggil Jeje, selama ini mereka berdua diasuh dan dijaga oleh Bi Niah dan Pak Amir, asisten dan supir pribadinya.

Setelah orang tuanya meninggal, pamannya menggantikan sementara posisi direktur diperusahaan orang tuanya yang nantinya akan dialihkan oleh Jeje ketika lulus sekolah tahun depan.

"Makanya kalau malem, handphonenya di charger, jangan dimainin mulu. Power bank lo mana? Kelupaan lagi disekolah ?" Gerutu Vanilla memasang seat belt di badannya sambil menatap Jeje dengan sorot mata tajam.

"Yaudah sihh, diem bae lah."

"Kalau lo ga mau buru-buru, gue bisa dianterin pak Amir aja, dibanding tiap hari hampir telat mulu sama lo."

"Bukan gitu, gue banyak kerjaan semalem, lagi ngurus susunan kegiatan anak osis." Jawab Jeje.

"Makanya gausah sok-sok-an jadi ketua osis deh, sok sibuk banget."

"Bukan sok, tapi emang gue sibuk Laaa."

"Katanya ketua osis, tapi tiap hari hampir telat mulu."

"Hampir doang. Ga pernah telat.
Masih pagi loh Laa, ngomel-ngomel mulu.
Cepet tua nanti." Ledek Jeje. Yang sudah bosan mendengar ocehan adik kesayangannya itu.

"Besok-besok gue berangkatnya bareng pak Amir aja." Ambek Vanilla.

"Ga gue izinin. Kan ada gue La, lo kan tanggung jawab gue, adek gue, ada apa-apa kan yang ribet gue."

"Mulai lagi dehh,
dengerin ya Kak Je, gausah terlalu maksain diri lo buat jagain gue, gue juga udah pinter jaga diri kok, dan kalau misalnya kenapa-napa, gue bakal langsung bilang ke lo juga."

"Mau berapa kali sih gue jelasinnya?
Gue cuma takut lo kenapa-napa dijalan, atau ada yang tiba-tiba nge-ganggu lo.
Gue parnoan Laaa.
Setidaknya gue bisa liat lo pulang pergi sekolah dengan aman dideket gue.
Mama papa udah ga ada.
Dan cuma lo yang ada dihidup gue, Sebelum pamit berangkat keluar negeri, dan sebelum kecelakaan itu terjadi, mama papa suruh gue jagain lo." Jelas Jeje.

Vanilla memutar bola matanya malas ketika mendengar alasan yang sama setiap hari dari Jeje ketika melarang nya pergi sendiri tanpa seizinnya. Bahkan ke sekolah sekalipun.

"Sesayang itu lo sama gue?" Tanyanya memastikan.

"Iyalah bego,
sekalian irit bensin."

"Dihh, terus ngapain lo ngasih gue mobil kalau ujung-ujungnya lo ngelarang gue."

"Adik gue tersayang
Gini aja, sekali dua kali boleh lah lo nyetir sendiri atau bareng pak Amir, tapi cuma disaat mendesak dan emang bener-bener gue lagi gabisa nganterin.
Adek gue yang cantik, nurut yaa, kalau nggak ntar lo gue jual karena terlalu berisik."

My Vanilla BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang