"Kau Papa yang buruk!"
"Kau itu orang yang melahirkannya, tapi mengapa kau dengan teganya membiarkan anakmu dibuang oleh ayahnya? Kau gila!"
"Kau tak pantas mendapat maaf dari anakmu!"
"Kau Papa yang buruk!"
Jae tak henti-hentinya mengatur nafasnya dan mengusap keringatnya yang bercucuran. Jam menunjukkan pukul 3 dini hari, namun matanya tak ingin memejam. Ditambah pagi nanti ia harus mengikuti Minho yang ingin pergi bersama Jisung.
Kalimat-kalimat itu terus terngiang-ngiang diotaknya, padahal tak ada seorangpun yang mengucapkan kalimat itu padanya.
Mungkin Jisung sekarang sudah tau siapa ayahnya, tapi tidak dengan orang yang melahirkannya. Dan Jae masih takut bagaimana respon anaknya jika tau hal yang sebenarnya.
Padahal ia tak tau apa yang sudah Brian katakan pada Jisung.
Tak terasa, mentari mulai menyinari bumi dan cahaya masuk ke celah-celah jendela kamarnya. Namun Jae belum tertidur. Hingga Minho datang dan mengetuk pintu kamarnya dengan antusias.
"Kak Jae!!"
Astaga, sepagi ini? Jae hampir saja terlelap, namun matanya kembali dibuka paksa mendengar suara Minho lagi, "Kak Jae, ayo! Siap-siap ya, Ino tunggu di meja makan, kita makan bareng sama Jisung sama Kak Bri juga loh!"
...
Suasana hati Minho memburuk melihat orang tuanya yang acuh akan kehadirannya. Tangannya yang berada diatas meja dibiarkan mengeluarkan cahayanya.
"Tau gini mending gak milih pulang sekalian." Mengabaikan rasa laparnya, Minho berdiri dan pergi keluar dari istana yang langsung disusul Jisung, Brian dan Jae.
Minho kira Ibunya benar-benar rindu padanya, mengkhawatirkannya dan menyayanginya. Namun sepertinya itu semua hanya angan-angan, karena ia sendiri tak tahu siapa orang tuanya yang sebenarnya.
Minho duduk di sembarang tempat, tak peduli jika pakaiannya kotor dan teguran dari para pelayan dan orang-orang yang melihatnya.
Tak lama ia merasa seseorang memeluknya dan membisikkan kata-kata penenang. Itu Jisung, "It's okay, nanti aku bantu kamu buat ngomong ke orang tuamu ya? Mereka pasti punya alasan," ucap Jisung.
"Mungkin aku bukan anak mereka, anak mereka cuma Felix," cetus Minho yang membuat Jae terkejut dan khawatir. Takut jika Minho tahu kebenarannya.
"Oh ya, Kak Bri, Kak Jae! Sini deh."
Minho mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, "Lihat, aku gak sengaja nemu ini, kalian pasti paham," ucap Minho lalu memberikan foto kepada Brian, Jae dan Jisung.
Setelah melihat isi foto tersebut, Jisung menatap kedua pria didepannya. Awalnya ia kira cerita Brian itu hanya karangan atau suatu kebetulan semata.
Namun kini, difoto itu sudah membuktikan bahwa dirinya benar-benar anak dari Jae dan Brian.
Brian senang jika Jisung percaya bahwa ia adalah ayahnya, berbanding terbalik dengan Jae yang terlihat gelisah. Jisung memeluk keduanya, "Kalian bener orang tua Jisung?"
"Iya sayang.."
"T-tapi kenapa Kak Jae keliatan gak seneng?" tanya Jisung sedih.
Jae tersenyum dan mengusap rambut Jisung lalu menjawab, "Kok masih manggil Kakak? Panggil Papa dong."
"Terus ke Kak Brian harus manggil apa?"
"Panggil Daddy gak masalah kan?"
...
Jae hanya bisa diam dan menyimak apa yang dilakukan Jisung, Brian dan Minho didepannya. Ia masih khawatir, ketara jelas jika Jisung lebih antusias jika bersama Brian.
Hal itu membuatnya takut jika Jisung benar-benar kecewa dan tak ingin memaafkannya jika memang Jisung sudah tau hal yang sebenarnya.
Lamunan Jae buyar ketika Jisung menariknya, "Ayo, Pa, kita foto bareng!" ajak Jisung.
Minho memanggil seseorang yang tak sengaja lewat lalu meminta izin untuk memotret mereka, kemudian berbaris rapi. Jae dan Brian berada disisi yang berlawanan dan mengapit Jisung dan Minho lalu berpose.
"Sekarang Daddy sama Papa, Minho ditengah, Jisung fotoin!"
Jae harap kebahagiaan Jisung takkan pernah memudar, dan untuk saat ini biarkan ia memendam kekhawatirannya sendirian.
Beberapa menit kemudian mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Jae yang hendak memisahkan diri harus diurungkan ketika Jisung menghampirinya dan tidur diatas pahanya.
"Papa kenapa sih? Gak seneng ya?"
"Seneng kok, seneng banget. Papa cuma kepikiran sesuatu aja." Setelah berkata begitu, Jisung langsung memaksa Jae untuk mencurahkan isi hatinya. Membuat Minho dan Brian menatap keduanya.
Hingga akhirnya, mau tak mau Jae pun menceritakan semua kekhawatirannya dengan terpaksa. Namun respon Jisung ternyata diluar dugaannya.
"Daddy udah cerita kok dan aku gak masalah, aku paham kok sama keadaannya waktu itu, yang penting kalian jangan tinggalin Jisung lagi."
Jae mengecup puncak kepala Jisung dan bersyukur. Ia harap, kejadian dulu takkan terulang lagi dan negeri ini bisa menerima dan tak lagi menentang hubungannya.
Semoga.
Karena Jae sama sekali tak tahu apa yang akan terjadi suatu saat nanti pada dirinya, Jisung atau bahkan Pangeran Minho sekalipun.
...
@디니 기여어
Publish : 07/09/2021
Have a nice day!.
.
.
Mungkin ada yang masih inget kalo dichapter sebelumnya Jae ini dikenalin kalo dia itu kakak sepupunya Minho sedangkan sekarang dia jadi bodyguardnya.Sorry, awalnya emang niatnya gitu tapi diubah, dan belum sempet direvisi soalnya lupa ada di chapter berapa.
Pendek, maaf.. soalnya otak udah mentok segitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[01] Bonjour, Prince! ✓
Fanfiction☞ft. Han & Lee Know [Completed✓] Salah satu kerajaan di negeri yang terkenal gaib ini kehilangan Pangeran mereka! Sang Pangeran pergi dan menyamar menjadi orang lain. Namun disaat ia ingin kembali pulang, masalah dan hal lain justru datang yang...