"Sebagian orang cuma bisa mikirin bukan milikin."
"Buangkeee kita telattt woiii." Teriak Edgar.
"Udah jam setengah 9. Udah pasrah aja." Keluh Daffa.
"Lo sih kelamaan." Tambah Rey yang mendapat sorotan tajam dari Daffa dan Edgar.
"Dih, lo yang lama banget anjir. Gue sama Edgar kerumah lo jam 7.
Dan lo selesai jam 8.
Terus jam masuk itu setengah 8 Reygaann." Omel Daffa."Jadi gimana nih? Loncat apa nggak?"
"Gue parkir mobil dibelakang sekolah aja. Terus kita lompat lewat pagar belakang. Gimana?"
"Kalau lo berdua loncat, lah gue gimana?" Tanya Rey.
"Ya loncat juga bego. Masa iya kita loncat, lo terbang. Punya sayap lu?"
"Tangan gue sakit bangsut." Gerutu Rey.
"Yaudah lo gue lempar masuk aja."
"Mabok lo. Yang ada badan gue tambah remuk."
"Kita kebelakang aja dulu. Urusan Rey dilempar apa kagak, kita liat aja nanti, sekarang kita kesana dulu." Ujar Daffa kemudian melajukan mobilnya menuju ke belakang sekolah.
Setelah melihat situasi dan merasa aman, mereka bertiga turun dari mobil dan mengendap-endap mendekati pintu gerbang belakang.
"Gimana? Manjat?" Tanya Daffa.
"Anjir lu berdua. Gue gimana bambang?" Ujar Rey.
"Daf, Lo naik diatas gue.
Terus lo manjat,
terus nyebrang,
terus buka pintu gerbang ini dari dalam." Jelas Edgar."Oiyaa juga, pintu gerbangnya kan dikunci dari dalam, dan gapake kunci-kunci. cuma pake besi penghalang doang. Pinter juga lo Gar." Balas Daffa tersenyum manis.
Daffa kemudian menaiki punggung Edgar, saat ingin melompat kesebrang pagar, tiba-tiba ia melihat siswa dan siswi disebelah sana sedang asik mengobrol berdua.
"Ssssttt ada orang turuninn gue." Bisik Daffa terburu-buru saat melihat kedua orang itu yang ternyata adalah Vanilla dan Jeje.
"Addohh siapa sihh?" Tanya Edgar kesakitan.
"Vanilla. Temen Rere, yang anak kelas sebelah."
"Ngapain dia kesini? Disini kan sepi, ga ada kantin juga." Tambah Rey setengah berbisik.
"Gue liat dia kesini sama cowok. Gue lupa... siapa sih namanyaaa... itu tuhhh ketua futsal, yang kelas 12, siapa sih namanya, gue lupa anjir." Ucap Daffa.
"Jeje? Kak Jeje? ngapain Vanilla main sama dia? apa jangan-jangan mereka berdua pacaran? Terus sekarang mereka mau berbuat aneh-aneh lagi. Disini kan sepi." Tebak Edgar.
"Jago juga tuh si Jeje. Anak osis boleh juga nakalnyaa." Tawa Daffa yang dibalas pukulan dikepala oleh Rey.
"Apaan sih lo berdua."
"Lo pasti tau cowok itu Rey, lo kan deket sama dia. Si ketua futsal." Ucap Daffa mengelus kepalanya sakit karena pukulan Rey tadi.
"Gar, Lo nunduk dikit, gue mau naik ke punggung lo, mau manjat." Suruh Rey kemudian menaiki punggung Edgar tanpa menunggu jawaban dari si pemilik punggung.
"Eh eh apanih katanya gabisa manjat."
***
"Apa kak?" Tanya Vanilla.
"Pinjam handphone lo bentar."
"Mau ngapain? Handphone lo mana?"
"Ada. Tapi lowbat. Gue ada tugas, mau nyari di google." Jawab Jeje.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Vanilla Blue
Teen FictionAda banyak trauma dan rasa sakit yang dialami oleh berbagai tokoh didalamnya. Sebelum cewek ini datang dihidup gue, rasanya hidup gue flat-flat aja tanpa ada kemajuan. Sampai gue ketemu Vanilla, yang bisa support gue secara fisik maupun mental. Be...