Kening Eren berkerut dalam setelah kepergian Hange. Masalah mereka makin runyam saja. Betapa menjengkelkannya sang Komandan, tidak bisa menemukan solusi untuk masalah mereka tetapi memintanya berhenti campur tangan.
Tidak, tidak.
Sekalipun Eren sendiri sangat membenci langkah yang akan diambilnya, dia sudah tidak bisa mundur. Ia sudah memutuskan untuk menggunakan cara ini sejak jauh-jauh hari. Sedikit gertakan dari para atasan tidak bisa menghentikan niatnya. Rencana mereka tidak akan menggoyahkannya.
Masih tenggelam dalam pikirannya, kelopak mata Eren terbuka setengah ketika pintu penjara dibuka dengan kasar. Empat orang prajurit masuk menyeret satu orang prajurit yang menunduk dalam dan melemparnya dengan kasar ke dalam sel di seberang Eren.
Manik hijaunya memperhatikan sampai para penjaga itu pergi. Sedikit banyak menampilkan penasaran tentang siapa 'teman sekamar' barunya. Sekuat apa dia sampai empat prajurit sekaligus harus menahannya. Wajahnya tidak kelihatan karena penerangan begitu minim. Yang jelas, tahanan baru itu masih menghadap ke dinding. Duduk di tanah, memunggungi Eren dan pintu penjara.
'Apakah karena saking malunya ia dengan kesalahan yang dilakukannya?' Eren membatin penasaran.
Seorang penjaga kembali masuk, hanya untuk mengantarkan makanan mereka—untuk Eren dan si tahanan baru—dan lalu pergi.
Eren hanya melirik sekilas pada nampan aluminium itu, tidak tertarik. Mungkin Zackley atau antek-anteknya sudah membumbuhinya dengan racun. Entah akan berefek atau tidak pada seorang shifter seperti dia, tapi kalau obat bius bisa saja bekerja. Eren tidak akan memakannya. Eren harus meminimalisir ancaman hingga sekecil mungkin sampai rencananya yang sebenarnya siap dilaksanakan.
Eren mendengar embusan napas kasar dari manusia di seberangnya.
Seorang wanita.
'Dia kuat sekali pasti.'
Tunggu.
Eren berpaling ke seberang dengan mata melotot, batinnya berdoa agar dugaannya sama sekali tidak benar.
'Tidak, tidak. Tidak boleh. Aku sudah sejauh ini, dia tidak boleh menggagalkannya.'
Eren hanya tinggal mengatakan kebohongan itu dalam beberapa hari. Gadis itu tidak bisa muncul di hadapannya sekarang, dia tidak boleh mengacaukan tekad yang susah payah kumpulkan.
Lelaki itu menyaksikan tahanan di depannya bangkit. Ia tidak akan percaya bahwa orang di depannya adalah perempuan yang—bagaimanapun—amat ia nantikan untuk datang membesuknya, andaikata kain merah keramat di lehernya itu tidak ada.
Mikasa tanpa menoleh ke arahnya kemudian berpindah ke atas ranjang penjara yang keras. Duduk di sana, bersandar pada dinding berdebu sambil memeluk lutut. Dia menyembunyikan wajahnya di celah-celah itu.
Perempuan itu tidak menyadari keberadaan Eren yang hanya beberapa meter darinya. Belum. Yang harus Eren lakukan hanyalah tetap diam, tidak menarik atensinya sehingga mereka tidak akan terlibat percakapan.
Tetapi sungguh, gadis ini sudah berbuat apa hingga sampai ke mari!?
Jangan-jangan ini juga termasuk rencana Panglima Zackley.
Gadis itu? Di pihak Zackley?
'Tidak mungkin!'
Sebingung apapun Mikasa, dia masih cukup waras untuk tidak mendukung Zackley. Masih bisa menyadari seberapa gila panglima mereka itu. Kalaupun iya, ada Armin dengan otak encernya yang akan kembali menyadarkan gadis itu.