"Kau tidak tahu betapa cemasnya aku?!"
"Lihat saja akibatnya, masih bersikeras memakan makanan seperti itu?!"
"Bagaimana jika tidak ada Momoka dirumah?!"
"Siapa yang akan menolongmu?!"
"Tidak bisa jawab, kan? Kau terlalu keras kepala, Yuna!"
Yuna hanya bisa diam seribu bahasa seraya duduk meringkuk dikursi mobil sementara Yuta terus mengomelinya tanpa henti sejak mereka pulang dari rumah sakit beberapa waktu yang lalu.
Masalah dimulai saat pagi hari, Momoka berkunjung untuk memberikan beberapa cemilan ibu hamil yang menyehatkan untuk Yuna.
Tapi setelah beberapa kali membunyikan bel rumah, tidak ada jawaban dari adik iparnya itu.
Ia pun tidak bisa menerobos masuk seperti biasanya karena kata sandi pintu rumah tersebut sudah diganti.
Tentunya untuk mengantisipasi kejadian Momoka yang selalu datang di 'saat yang tidak tepat' agar tidak terulang lagi.
Menelepon adik iparnya itu berkali-kali namun juga tidak diangkat.
Karena cemas, ia memilih menelepon Yuta, sekedar menanyakan keberadaan Yuna.
Meski awalnya ia harus mendapat makian tidak pantas dari adik lelakinya yang memang sedikit durhaka (?) itu karena menelepon ditengan rapat berlangsung.
Kedua kakak beradik itu saling bersikeras, yang satu khawatir kalau terjadi sesuatu dengan penghuni rumah a.k.a Yuna, yang satunya lagi bersikeras berkata kalau mungkin saja istrinya itu sedang mandi atau apapun sehingga ia tidak mendengar Momoka.
Akhirnya setelah cukup lama berdebat, Yuta memberitahu kakaknya itu kata sandi pintu rumahnya.
Dengan telepon yang masih tersambung, Momoka berteriak histeris melihat adik iparnya yang sedang hamil itu, tampak tergeletak terbaring dilantai ruang makan dengan wajah pucat.
Yuna pingsan.
Dan tentu saja hal itu membuat Momoka ikut ketakutan setengah mati.
Tak lama Yuta datang, dan ketiganya langsung pergi kerumah sakit terdekat.
"Siapa yang mengijinkanmu makan ramen dan es krim sekaligus?!"
Yuna menundukkan kepalanya dalam-dalam, ia sungguh takut dengan amarah suaminya itu sekarang.
"Ma-maaf,"
"Tidak ada gunanya minta maaf, Yuna."
"Kau harus memperhatikan dirimu sendiri!"
"Kalau terjadi sesuatu yang lebih buruk dari ini bagaimana?!"
"Aku tidak bisa terus-terusan mengawasimu! Aku juga punya banyak hal yang harus aku kerjakan,"
Yuna ingin menangis saja sekarang, menyesali perbuatannya, tentu saja.
Karena selera mengidamnya yang aneh, saat bangun tidur dipagi hari, Yuna tiba-tiba menginginkan ramen pedas dan es krim secara bersamaan, dengan kondisi perut yang belum terisi apapun sebelumnya.
Tidak menyangka kalau dampaknya akan seperti ini.
Ia hampir saja mencelakai dirinya dan janin yang ada dikandungannya itu.
Yuna diam-diam melirik Momoka yang juga sedang berada dikursi belakang, bisa dilihat kakak iparnya itupun tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.
Momoka hanya bisa memberikan isyarat "sabar, ya." kepada Yuna melalui sorot matanya
Bahkan seorang Nakamoto Momoka yang ganas, kali ini tidak bisa berkutik dengan ledakan amarah Yuta sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)
Fanfic"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)