BUKU || BAB 18

841 51 15
                                    

Sekarang banyak mahkluk ghaib. Hari ini bilangnya sayang, besoknya ngilang.

-Ali Endar-
.
.
.

BAB 18. MERESAHKAN!

🌏🌏🌏


Bumi berlari dengan kencang menuju lapangan sekolah. Berharap tidak terlambat untuk mengikuti upacara bendera.

Menuruni tangga dengan tergesa-gesa sembari merutuki kelasnya yang berada di lantai dua itu.

Sesampainya di lapangan sekolah, perempuan itu akhirnya bisa bernapas lega.

Shaula menggeleng kepala heran. Menatap Bumi yang sudah berada di belakangnya. "Hampir aja lo telat, Shaf. Untung lo cepet larinya. Coba kalau enggak? Bisa habis lo sama Pak Bejo," celetuk Shaula.

"Telat kenapa? Perasaan dari kemarin gue perhatiin lo jadi suka telat." Mita yang sedang berada di samping Bumi ikut menyahut.

Bumi menyengir. Lalu ia berbisik, "Gue semalem habis di apelin sama Kuma."

"Halunya tolong diturunin lagi. Ketinggian soalnya," kata Shaula pedas.

"Gak percaya juga nggak apa-apa. Gue sih bodoamat." Dengan santai Bumi menyahuti ucapan Shaula.

Apa yang Bumi ucapkan tadi adalah sebuah kebenaran. Bukan hayalan yang dibuat olehnya seperti yang dituduhkan Shaula kepada dirinya.

"Upacara bendera akan dimulai dan para peserta upacara dimohon untuk tenang." Atensi semua peserta upacara beralih ke arah depan.

Bumi yang memang berada di barisan paling belakang hanya bisa menggerutu kesal. Nasib orang pendek gini amat, ya?

Udah pendek, barisnya paling belakang sendiri lagi. Mau liat depan pun susah karena terhalang tubuh tinggi milik orang-orang yang ada di depannya.

"Yang jadi petugas upacara anak OSIS lagi?" Bumi bertanya kepada Mita yang ada di sampingnya.

Mita menggeleng. Menatap Bumi heran lalu ia berkata, "Emang lo gak tau kalau yang jadi petugas upacara sekarang itu kelasnya Kak Kumara?"

Bumi melotot, menatap Mita dengan tatapan tak percaya. "Serius?"

Mita mengangguk. "Kalau nggak percaya lo tanya aja tuh sama si Gotik," ujar Mita seraya menunjuk Cantika yang sedang berdiri di samping kanan Bumi.

Terlihat di sana, Cantika sedang memperhatikan kelas sebelah. Lebih tepatnya memperhatikan Wawan si mantan pacar yang sayang untuk dilupakan itu.

Melihat Cantika yang tengah fokus ke arah sang mantan membuat Bumi mengurungkan niatnya untuk bertanya.

Pandangannya kembali ke arah Mita yang berada di samping kirinya. "Percuma gue tanya ke Gotik kalau dia aja lagi fokus sama mantan," bisik Bumi agar Cantika yang berada di sebelah kanannya tidak mendengar ucapannya barusan.

Mita terkekeh kecil, menatap Bumi sekilas lalu kembali menatap ke arah depan. "Kek lo, kalau udah fokus ke Kak Kumara, lupa deh semuanya," sindir Mita si perempuan tomboy itu.

Tidak memperdulikan ucapan Mita, Bumi kini sedang sibuk berjinjit guna melihat ke arah depan. Melihat apakah benar jika yang sedang menjadi petugas upacara adalah kelas Kumara atau bukan.

Bumi berdecak kesal. Ia merutuki tinggi badan teman-temanya yang tingginya melebihi dirinya. Membuat Bumi tidak bisa melihat ke arah lapangan.

"Kenapa badannya pada tinggi tinggi amat, sih? gue, kan, jadi susah buat liat depan," gerutu Bumi.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang