31. With Ben

32 8 4
                                    

Happy Reading^^

***

31. With Ben

Playlist|The Truth Untold-BTS

.

.

.

Terhitung sudah berapa menit suasana hening begini. Sejak bunda menyuruhku turun untuk menemui Ben, sekarang yang ada justru diam-diaman. Aku sama sekali tidak tahu apa yang akan dibicarakan.

Tanya sudah makan belum? YAKALI!

Aku bergelut dengan pikiranku sendiri. Sampai pada akhirnya, Ben memulai percakapan.

"Udah mendingan?" tanyanya. Aku mengangguk pelan, "Dikasih tau Bunda, ya?"

Ben menggeleng. "Lo tau gak kenapa gue ke sini temuin lo?"

"Enggak."

Ben mengulas senyum simpulnya dan berkata, "Bawain sesuatu buat lo biar sehat."

"Emangnya tau dari mana gue sakit?"

"Eum ... rahasia," kata Ben terkekeh.

Aku ikut terkekeh jadinya. Kulihat lelaki itu menunjuk sebuah kotak seperti kotak makanan. Katanya, "Lo suka martabak, 'kan?"

Seketika mataku berbinar. Bibirku terangakat membentuk senyuman gembira.

"Buat gue, Kak?"

"Enak aja, buat guelah." Perkataan Ben berhasil membuatku mengerucutkan bibir.

"Kirain," dengusku.

"Hahaha, bercanda. Iya, buat lo," ujar Ben lagi kini membuatku membinarkan mata. Tanpa malu, aku langsung menyambar kotak tersebut dan memakan martabak cokelat yang masih hangat.

"Kak Ben tau dari mana gue suka martabak? Stalking, ya?" tudingku menatap Ben penuh selidik.

Ben tertawa. Lelaki itu banyak tertawa hari ini di mata Abii.

Ben menjentikkan jarinya di udara dan berseru, "Semacam itulah!"

Aku melebarkan mata, terkejut atas kejujuran Ben. "Kenapa stalking gue, sih, Kak? Buat apa coba? Hidup gue gak spesial-spesial amat, kok," ungkapku lantas mencomot martabak lainnya karena yang tadi sudah habis.

Dua detik Ben terdiam dan aku tidak menghiraukannya karena sibuk menghabiskan satu martabak di tanganku ini.

Di detik ketiga, aku seketika mematung. Kunyahan di mulutku terhenti. Sebuah jempol mendarat di sudut bibirku. Aku melirik sang pemilik, Ben.

"Makannya pelan-pelan, Abii. Sampe belepotan gini, astaga."

Aku menelan ludah susah payah. Tatapanku tidak bisa beralih dari wajah Ben. Jantungku juga aneh, berdetak lebih cepat dari biasanya.

"K-kak Ben ng-ngapain?" Aku tergagap jadinya.

Ben menjauhkan tangannya dari bibirku. Wajahnya terlihat santai bersamaan senyumannya yang sangat hangat.

"Lap cokelat dari bibir lo, berantakan soalnya."

Aku mengerjapkan mata. Kenapa setenang itu? Apa cuman gue yang jadi deg-deg an karena perlakuan dia?! Aku membatin, berteriak dalam hati.

"T-tapi—" Aku berhenti bicara karena tiba-tiba Ben mengamit satu tanganku dan meletakkannya di dada bagian kirinya.

Aku dapat merasakan jantungnya berdebar sangat kencang. Tanganku sampai refleks menjauh karena terkejut akan kecepatan ritmenya.

𝐒𝐢𝐧𝐲𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 (𝓞𝓷 𝓖𝓸𝓲𝓷𝓰)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang