Prolog

1 0 0
                                    

Semua hanya tentang luka dan bahagia

Ketika rasa sudah menguasai tahta

Maka jangan harap bahagia yang akan kau terima

Sudah kuperingati bahwa jangan biarkan rasa menjadi nahkoda

Panggil saja logika, kaungkan ia, jadikan ia penguasa

Karena ketika ku menyalahkan rasa atas semua derita

Ia hanya berkata bahwa ia percaya semua akan baik-baik saja

Rasa berkata bahwa ia hanya ingin kembali menjalin indahnya kebersamaan ketika masih sama-sama mencinta

Ya itu mungkin dulu, namun kini tiada lagi bahagia yang kan kau rasa

Karena semua sudah berbeda, sayang dan cintanya tak lagi seluas samudra

Sayangnya tak lagi sebesar saat dilanda badai bahagia
Cintanya tak lagi seindah rembulan purnama

Apalagi dengan halangan orangtua dan keluarga

Itu tak akan mungkin dapat kembali seperti sedia kala

Ikhlaskan saja, semua hanya tinggal nostalgia

Jadi tolong, ku mohon berhentilah, ku sudah muak dengan air mata

Jangan biarkan ia mengalir deras dan membuat telaga

Namun tak bisa, rasa ini begitu menggelora

Sehingga logika kalah telak ketika berhadapan dengan rasa

Bukannya ku ingin melawan takdir semesta

Hanya saja aku lelah berhadapan dengan derita

Sakit itu nyata

Derita ini bagai tiada hingga

Ku hanya ingin
Lepas
Bebas

Tanpa kekangan nostalgia

Aku juga tak ingin mencinta dengan begitu hebatnya

Aku pun tak mau menaruh harapan dengan begitu besarnya
Namun naasnya rasa bodoh yang menyiksa ini bersemayam tanpa niat mereda

Apakah masih kurang kau buat derita dihidupku sebelumnya

Masihkah ingin kau torehkan lagi luka mengaga?
Haruskah berkali-kali sakitku berasal dari orang yang sama?

Andai air mata beningku berubah warna
Andai kumenghilang dari hidupmu dan dunia
Apakah kau akan kembali peduli seperti sebelumnya?
Ahh tidak mungkin kau masih saja tak hirau akan semua

Demi tuhan ku sudah benar-benar muak dengan derita
Namun jika kau memaksa, tunggulah sebentar lagi ketika aku benar-benar menyerah dengan keangkuhan semesta
Kupastikan ku akan menghilang dari hidupmu selemanya, bahkan dari mewahnya dunia

Jika benar derita ini kan tiada ketika jiwa terlepas dari raga

Maka aku tak sabar menunggu saat itu tiba

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOSTALGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang