Part kemarin udah bikin kalian lega kan?
Udah ketemu senjana-nya?
Maaf ya baru di update lagi hehe
Udah siap? Oke vote dulu ya.
"Apa yang kamu lakukan?" pertanyaan itu terdengar begitu dingin di telinga Alwi. Ia duduk berhadapan langsung dengan Ikhwan, sosok Papa yang sedari dulu ia patuhi apapun larangan dan keinginannya. Kali ini, menatap sang Papa bagi Alwi terasa menakutkan.
"Apa yang kamu lakukan sampai mengusik ketenangan gadis itu?" Ikhwan meletakkan tangannya pada pundak Alwi. Tatapannya tajam. Otot-otot pelipisnya menonjol.
Alwi menggeleng pelan. Kepalanya tertunduk. Ia menumpukkan kepalan tangannya di atas paha. Apa yang akan ia jelaskan, sedangkan kenyataanya, Alwi tidak mengusik Lentera. Ia hanya menjadi sosok saksi bisu bagaimana saat gadis itu berada pada titik kambuh tertinggi mengenai Skizofrenianya.
"Kamu tidak lupa apa yang gadis itu derita, kan?" tanya Papanya.
"Skizofrenia." jawab Alwi lirih.
"Karena itu, kamu juga tidak lupa apa yang akan gadis itu lakukan jika sewaktu-waktu pikirannya terganggu?" Ikhwan bersedekap. Menatap lekat-lekat anak kebanggaannya yang hari itu nyaris mencoreng nama baiknya sebagai pemilik Rumah Sakit Jiwa Kasih Beta—karena insiden Lentera beserta Alwi pingsan di taman.
"Menciptakan halusinasi dan delusi." sahut Alwi.
"Kamu sadar? Sejak pertama sampai hari ini apa saja yang gadis itu ucapkan?" ujar Ikhwan.
"Hanya tentang Senjana, monster, dan masa depan yang dia takuti." ungkap Alwi. Kali ini kepalanya terangkat. Membalas tatapan Papanya. Keduanya beradu pandang dari jarak satu meter.
"Dan kamu menyadari setiap ucapannya tidak pernah benar-benar nyata?" Ikhwan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Alwi mengangguk. "Alwi menyadari tapi selalu menepis, seolah-olah gadis itu tidak kenapa-napa. Alwi tahu bahwa Lentera memiliki riwayat Skizofrenia yang sudah pasti apapun ucapannya tidak benar-benar nyata. Tapi," Alwi memejamkan matanya. Laki-laki itu memegangi kepalanya yang berdentum nyeri. Keringat dingin membanjiri wajahnya. "Tapi, Alwi tidak bisa percaya bahwa Senjana adalah dirinya sendiri."
"Kalau kamu ingin menyembuhkan sakit mental pada diri seseorang, pastikan terlebih dahulu, kamu sudah sembuh dari sakit yang kamu pendam. Bagaimana bisa kamu bertekad menyembuhkan luka Lentera, sedangkan kamu juga memiliki luka hati yang kamu tutupi. Kamu harus menjadi sehat, terlepas dari sakit apapun, saat itu kamu baru bisa dikatakan mampu menyembuhkan Lentera."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Psikiater
RomanceLentera Gulita. Gadis berumur 16 tahun yang kehilangan masa remajanya. Di saat teman sebayanya menghabiskan masa tiga tahun untuk mengukir kisah di bangku SMA. Tapi, Lentera justru menghabiskan masa-masa itu di dalam ruangan yang gelap dan engap. Ru...