17 -Supermarket [revisi]

37 2 0
                                    

17. Supermarket

Cewek berseragam putih-abu dengan ransel kecil hitam dipunggung serta tangan yang sibuk memilih jenis sayuran.

Gadis berjilbab Rabbani berwarna putih itu mengangkat satu jenis sayuran kangkung. Ketika ada bolongan kecil di daun, gadis itu meletakkan kembali.

Di dalam keranjang sudah ada banyak jenis sayur seperti, wortel, kentang, brokoli, serta jenis sayuran lainnya. Hari ini, ia ditugaskan untuk belanja bulanan oleh Kakaknya. Kebetulan Shila juga sedang sibuk oleh karena itu Shila menugaskan Nazhira untuk membeli kebutuhan rumah tangga.

Setelah melihat cukup lama, akhirnya gadis itu mendapatkan apa yang ia inginkan. Kangkung berwarna hijau muda, dengan daun kecil serta batang yang tidak besar dan tebal. Nazhira mengibaskan daun kangkung sehingga tetesan air membasahi wajahnya. Gadis itu tertawa pelan. Random sekali.

Nazhira kembali berjalan menuju deretan cemilan, ia mengambil beberapa Snack ringan.

Iya, Bundaaa.

Iya, iya, ada lagi Bun?

Nazhira menoleh ke sembarang arah mencari sumber suara. Ia tidak melihat ada orang disekitarnya. Yang ia lihat hanya dirinya seorang. Nazhira mengedikkan bahu dan kembali memilih cemilan yang lain.

Nazhira:
Kak, tadi pesan apa aku lupa?

Nazhira menunggu balasan chat dari Shila, centang dua tapi tidak kunjung dibaca.

Apa Bun? Roti Jepang? Kayak gimana sih bentuknya?

Warna hitam? Emang roti ada ya Bun warna hitam?

Apa?! Pembalut?!

Hehe maaf Bun keceplosan untuk nggak ada orang di sini.

Nazhira masih mendengar suara itu, seperti familiar saat Nazhira kembali mendengarnya. Lagi-lagi ia memilih acuh dan lebih berfokus bermain ponsel sambil menunggu Shila membalas chat nya.

Bun... Hehe... Malu Bun.

Iya-iya Bun nanti aku beliin. Tapi—

Hehe... Bunda emang paling tahu dah.

Iya, Bundaaa. Assalamu'alaikum.” Sambungan itu berakhir.

Seseorang yang ternyata ada di balik rak aneka cemilan itu berangsur mengelilingi hingga matanya tanpa sengaja menatap seorang gadis yang tengah memberengut kesal menatap ponselnya.

Bibirnya mengukir senyuman, melupakan tujuan awalnya datang ke tempat ini. Dengan gaya sok cool, ia menghampiri dan berdiri tepat di samping gadis itu.

Berdehem pelan membuat gadis itu menoleh padanya. Tidak ada reaksi apapun dari gadis itu, menatapnya datar dan kembali memainkan ponselnya.

“EKHEMMM.” Ia kembali berdehem, lebih keras.

Anjir gue di kacangin.

MEMORIES [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang