Chapter 4: Boat

59 15 16
                                    

MR. Navarro berdiri di bagian depan perahu, memandang lautan putih yang berbuih dengan sorot mata tajam dan jubah yang berkibar-kibar ditiup angin. Addison ikut berdiri di belakang kepala sekolah sambil memegang topi pantainya agar tidak diterbangkan angin.

"Anda tidak apa-apa, Sir? Apa mabuk lautnya sudah berkurang?" tanya Addison agak ragu-ragu.

"Aku tidak apa-apa. Apa aku terlihat seperti orang tua lemah dan merepotkan di matamu?" balas kepala sekolah cepat sembari membalikkan tubuh. Wajahnya menampilkan senyum angker.

Addison mundur satu langkah dan menggeleng cepat. "Tidak, Sir. Saya tidak mengatakan itu. Mungkin Habibie yang berpikiran demikian." Remaja yang memiliki iris mata sewarna madu itu memandang Habibie yang pura-pura tidak mendengarkan dan tidak mau terlibat.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Sir?" tanya Thann di ujung belakang perahu yang masih sibuk berkipas-mendayung. "Kenapa Anda tiba-tiba sehat setelah muntah?"

Kepala sekolah menurunkan jubah bertelinga kucingnya. "Aku sebenarnya tidak pernah mabuk laut. Namun, Madam Polina memasukkan ramuan pembuka energi sihir ke dalam minumanku. Efeknya memang demikian, seperti mabuk laut dan diakhiri muntah."

"Ramuan pembuka energi sihir? Memangnya ada yang seperti itu?" tanya Addison bingung. Selama ia belajar ramuan, belum pernah mendengar ada ramuan untuk membuka dan menyegel kekuatan.

"Itu ramuan penyegel kekuatan terlarang dan tentu belum diajarkan kepada kalian. Selama ini, aku hanya memakai setengah dari kekuatanku, dari sisi peri. Aku jarang memakai dari segi penyihir. Kekuatan warlcok dominan gelap dan sulit dikendalikan."

"Karena itu Anda tidak mau meminum ramuan itu karena sisi dominannya? Namun, diam-diam Madam Polina memasukkan ramuan itu?" kata Addison menyimpulkan.

"Tidak juga. Aku tidak mau meminum ramuan itu karena rasanya saja yang tidak enak. Kalian pasti tahu, semua ramuan Madam Polina rasanya mengerikan. Padahal aku sudah meminta berinovasi dengan memberikan varian rasa buah, tetap ia menolak mentah-mentah."

"Kalau Madam Polina diam-diam memasukkan ramuan itu berarti akan ada hal yang besar yang akan terjadi nanti, Sir?" tanya Thann.

Kepala sekolah menyetujui. "Sepertinya memang begitu. Firasat Madam Polina tidak pernah salah. Namun, terlepas dari itu, aku suka kekuatan gelap ini. Rasanya seluruh energi jahat mengalir dalam darahku. Rasanya aku kembali muda seperti waktu belajar di Wisteria Academy dulu. Hahaha ...." Tiba-tiba kepala sekolah tertawa yang tidak pada tempatnya.

Tidak dominan sisi gelap saja sudah menyeramkan, apalagi sekarang? Addison membantin. Ia akui, kepala sekolah sekarang memang terlihat lebih muda seperti berumur awal dua puluh tahunan. Wajahnya lebih kencang, kulitnya lebih bersih, meski auranya dominan jahat. Enaknya jadi Mr. Navarro, hanya muntah, berubah jadi glowing. Tidak perlu perawatan dan membeli skincare mahal dari Malice Island.

"Bagaimana Habibie, apa kita sudah dekat?" tanya Mr. Navarro sembari berjalan ke tengah perahu. Goncangan di perahu sepertinya tidak mempengaruhi kepala sekolah untuk berjalan dengan mulus.

"Sedikit lagi, Sir. Kita sudah semakin dekat." Habibie membuka matanya yang terpejam karena berkonsentrasi. "Eh, ada apa, Sir?" Ia kaget dan langsung beringsut ke belakang karena kepala sekolah memandanginya dari dekat.

"Aku baru sadar kalau kamu itu manusia," gumam Mr. Navarro.

"Me-memangnya ada apa dengan manusia, Sir?" Habibie merasakan perasaan yang tidak enak. Kepala sekolah entah kenapa seperti predator yang melihat mangsa. Aura kepala sekolah memang berbeda dari biasanya, lebih gelap.

"Aku benci manusia. Dulu kalian membakar kaum kami hidup-hidup dan terusir dari Hiddenland. Apa sebaiknya aku membakarmu hidup-hidup juga sekarang ini?" Mata kepala sekolah menyipit tajam, lingkaran hitam mulai timbul di sekitar matanya.

Habibie melirik Thann untuk meminta pertolongan kalau terjadi sesuatu. "Saya tidak tahu, Sir. Waktu saya belum lahir dan kejadiannya bukan di negara saya. Kalau Anda tidak percaya, bisa cek kitab sihir bernama Google buatan manusia."

Tiba-tiba Mr. Navarro tertawa. "Aku hanya bercanda. Jangan terlalu serius," katanya sambil menepuk pundak Habibie. "Aku tidak mungkin menyentuh dan menyakiti siswaku sendiri, jika tidak ingin berhadapan dengan Miss Elafir tentunya. Ia mungkin akan menenggelamkanku di lava Summer Island kalau menyentuh kalian dengan niat yang tidak baik."

' "Sir, sepertinya aku mendengar sesuatu," kata Addison di depan perahu dan mengalihkan perhatian Mr. Navarro dari Habibie.

Mr. Navarro berdiri meninggalkan Habibie yang masih terkejut dan berjalan ke bagian depan perahu. "Sepertinya kita sudah dekat," katanya sembari berdiri di sebelah Addison. "Thann, lebih cepat! Kita akan memasuki air terjun laut."

"Air terjun apa, Sir" tanya Addison memastikan kalau ia tidak salah dengar.

"Kamu lihat sendiri saja nanti," jawab kepala sekolah lalu matanya beralih kepada Habibie yang masih duduk di lantai perahu. "Bakatmu sudah semakin berkembang Habibie. Besok aku akan melatihmu lebih keras lagi."

Habibie berdiri dan tersenyum dengan percaya diri setelah mendapat kejutan tiba-tiba tadi. "Baik, Sir! Saya akan belajar lebih giat lagi."

***

Addison, Habibie, dan Thann terkesima melihat pemandangan di depan mata mereka. Ada lubang besar yang menganga di tengah laut. Air laut mengalir dan terjun ke dasarnya dengan buih putih membubung tinggi.

"Seperti air terjun, tetapi berada di tengah laut dan lebih besar," komentar Habibie.

"Kira-kira seberapa dalam air terjunnya dan jatuh ke mana?" Addison ikut berkomentar.

"Perahu terseret arus, Sir." Thann berdiri di bagian belakang perahu dengan kipas Hello Kitty di kedua tangannya. "Kipasnya juga sudah rusak. Tidak berfungsi lagi. Apa saya buang saja, Sir?"

Mr. Navarro memutar tubuhnya ke belakang. "Kipas itu memang tidak berfungsi karena sihir di sini tidak stabil. Kita harus siap-siap untuk terjun. Kemungkinan Mirror Island melayang di tengah cekungan air terjun ini, seperti mimpi Shalima."

"Maksudnya terjun payung, Sir?" tanya Habibie memastikan.

Kepala sekolah menggeleng. "Kita akan terjun ke dasar laut. Memangnya kau punya payung?"

"Anda sedang tidak bercanda, kan?" Tiba-tiba perut Habibie bergolak. Ketika melewati portal tadi saja ia mau mati. Apalagi air terjun yang tidak terlihat dasarnya. "Apa tidak ada cara lain, Sir? Misalnya terbang atau melayang begitu?"

Addison yang berada di samping Habibie malah bersorak gembira. Sehingga mengalihkan atensi Habibie kepada cowok pucat di sebelahnya. "Aku suka bagian ini. Terjun ke dasar laut pasti menyenangkan," katanya sambil melipat topi pantai yang dikenakan dan memasukkan ke dalam tas agar tidak hilang juga seperti kipas portable.

Perahu semakin cepat bergerak diseret arus, sementara air yang jatuh dari ketinggian semakin bergemuruh. Habibie semakin panik, berbanding terbalik dengan Addison yang semakin bersemangat, sedangkan Thann dilema apa harus membuang kipas ini atau tidak. Jika membuangnya, ia takut kepala sekolah akan marah besar.

Perahu semakin cepat bergerak mendekati titik jatuh. Habibie dilanda panik sambil memeluk erat-erat naganya yang menguik-nguik gelisah. Aku benci jatuh. Aku benci ketinggian. Dan aku benci jatuh dari ketinggian. Ia terus mengulang kata-kata itu dalam hati.

Kepala sekolah merentangkan tangan dan lingkaran sihir menutupi telapak tangannya, kemudian perahu mulai menukik dengan kecepatan tinggi. Addison berteriak senang sementara Habibie histeris dengan terus memeluk erat-erat naganya. Hanya Thann yang berwajah tenang walaupun dalam hatinya dilema.

Mereka terus terjun melewati uap air. Perahu turun dengan kecepatan stabil. Tidak seperti bayangan Habibie dan tidak juga seperti melewati portal bersama Mevel tadi. Hanya, Habibie merasa tidak nyaman dengan uap air ini, rasanya aneh dan pandangannya terhalang. Ternyata benar, baru saja Habibie berpikrian demikian, tiba-tiba sesuatu menghantam perahu mereka. Terdengar ledakan dahsyat dan perahu seketika hancur berkeping-keping.

"Perahuku kesayanganku!"

Habibie seperti mendengar seseorang berteriak di tengah gemuruh air dan ledakan.

Secret Mission to Mirror Island (HIDDEN YEAR 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang