BAB TIGA BELAS

25 12 6
                                    

BRAK!

Gue tersentak kaget mendengar suara dentuman yang berasal dari jendela yang ada di kamar gue. Gue berpikir mungkin itu hanya sebuah ketidaksengajaan.

BRAK! BRAK!

Apa sih itu? Menghancurkan vibes aja.

Membuka gorden jendela dengan cepat dan menemukan sebuah jendela di seberang rumah gue yang juga terbuka. Ternyata ada orang yang sengaja melempar batu ke jendela gue.

Pantesan.

"Woy, lo siapa?" teriak gue ke seberang sana setelah membuka jendela.

"Davin," jawabnya dengan suara yang tidak kalah kerasnya.

Davin?! Kok bisa jendela kamar gue dengan jendela Davin berseberangan? Apakah ini sebuah kesalahan, eh maksudnya kebetulan?

"Tidur lo udah malem," teriak Davin sehabis itu dia menutup jendela dan gordennya.

Gue juga menutup jendela dan gorden lalu berjalan kembali ke kursi meja belajar dengan....

...wajah tersenyum sekaligus bingung berusaha memahami kejadian yang baru saja terjadi.

***

Keesokan harinya, gue mencoba membuka satu mata hanya untuk melihat jam dinding. Masih jam 6.30. Gue berpikir untuk kembali melanjutkan tidur karena sudah pasti hari ini gue diizinkan libur akibat pingsan kemarin. Tapi kalo nanti Mama lupa bilang ke wali kelas gimana ya?

Gue membuka mata dan berjalan malas ke arah pintu kamar untuk mengingatkan Mama agar tidak lupa memberitahukan wali kelas. "Ma, jangan lupa izinin aku sakit ya ke sekolah," ujar gue agak sedikit keras setelah membuka pintu kamar supaya Mama bisa mendengar suara gue.

Berniat menutup kembali pintu kamar namun terhenti setelah Mama menjawab dari bawah, "Siapa yang sakit?"

"Aku, Ma," balas gue.

"Gak ada ya izin sakit. Kamu kan pingsannya kemarin. Kemarin ya kemarin. Hari ini ya hari ini. Jadi perempuan gak boleh lemah. Kalau masih bisa bangun dari kasur, kamu harus tetap berangkat ke sekolah." Mama tidak memperbolehkan gue izin sakit.

Runtuh semua rencana yang sudah direncanakan setengah matang di otak gue mengenai kegiatan yang akan gue lakukan hari ini.

Selamat tinggal tidur seharian.

Selesainya mandi kucing, gue turun ke bawah, memakan sarapan gue dengan secepat kilat, berpamitan kepada orang tua lalu membuka pintu gerbang dan mengeluarkan Bolt.

"Pagi-pagi mukanya udah kusut aja. Setrika dulu gih."

Gue tersentak kaget mendengar suara Davin.

Melihat ke arah sumber suara, gue menemukan Davin bersama sepedanya. "Ngapain lo jadi pake sepeda segala?"

"Iyalah. Gue juga mau kali berkontribusi mengurangi polusi udara di Indonesia tercinta. Semoga gue dapet posisi di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," jawab Davin.

Gue menatap Davin aneh. Masa cuma ngomong gitu doang bisa kerja di kementerian. Sakit nih anak. Menghiraukan omongan Davin, gue menggoes sepeda gue meninggalkan Davin di belakang.

"Lo kenapa dah?" tanya Davin yang sudah berhasil mensejajarkan posisi sepedanya dengan sepeda gue.

Gue kesel tau rencana tidur seharian gue ambyar. Pengen banget ngomong kayak gitu tapi tahan, Shena. Jangan memulai pagi ini dengan bersungut-sungut. Daripada bersungut-sungut, mari kita memulai hari dengan senyuman.

Gue mencoba tersenyum.

"Sedetik lalu kusut banget mukanya, sekarang senyum-senyum sendiri," ujar Davin yang berada di sebelah gue.

Ish, ganggu aja si Davin. "Udah lo liat ke atas aja tuh burung-burung lagi pada terbang," balas gue.

"Burung mah emang dari dulu terbang soalnya kalo berenang namanya jadi buyung."

"Loh kok buyung?"

"Kan berenang jadinya ketelen banyak air."

Lucu juga lelucon di pagi hari ini. Gue tertawa. "Boleh juga jokes lo. Kenapa gak jadi pemain basket aja?"

Davin tidak tertawa sama sekali. Biasanya gue ketawa kalo Bokap menggunakan jokes seperti itu. Ada yang gak beres nih sama si Davin.

"Kok lo gak ketawa sih?"

Davin akhirnya tertawa tapi dibuat-buat gitu. Semakin kesini semakin membulat tekad gue untuk minimal satu kali aja men-sleding Davin.

"Pulang sekolah nanti makan es krim yuk," ajak Davin.

***

Sudahkah kalian memulai hari dengan senyuman?

Jangan stress-stress sekolahnya ataupun kegiatan apapun itu. Dibawa santai aja, guys.

Salam semangat!

- Dep's

She: The Beginning [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang