❄' 𝚃𝚎𝚛𝚞𝚗𝚐𝚔𝚊𝚙 (𝙿𝚎𝚗𝚢𝚊𝚔𝚒𝚝).⁶

142 15 0
                                    

༺𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 ❆ 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔༻

"... putri anda menderita astraphobia."

-

Setelah kemarin kami pergi kedokter, aku kembali bersekolah. Sepanjang perjalanan pulang kemarin mama dan papa terus menerus membahas perihal penjelasan dari dokter. Setelah kami tiba di rumah mama menjelaskannya padaku. Aku mengidap astraphobia, awalnya aku tidak paham. Namun, intinya itu adalah penyakit yang menyebabkan aku memiliki ketakutan berlebih mendengar suara petir.

Untuk itu dokter menganjurkan, agar aku rutin meminum obat-obatan darinya. Katanya itu akan meringankan gejalanya. Satu pertanyaan mengenai kondisiku terjawab. Penyakit itu menjelaskan mengapa ketakutanku berbeda dengan anak yang lainnya.

"Ice kita sudah sampai ayo turun."

Ajakan dari kakak membuyarkan lamunanku. "Iya, kak." Setelah berpamitan, kami masuk kedalam area sekolah. Aku dan kakak berpisah ditengah lapangan.

Aku berjalan menuju kearah kelasku. Disana aku bertemu dengan beberapa teman yang biasanya bermain denganku. "Pagi teman-teman," sapaku. Mereka melihatku dengan pandangan tak suka. "Siapa yang kau panggil, cengeng!" ujar salah satu diantara mereka, sedangkan yang lainnya tertawa. Aku terkejut mendengarnya. "Tentu saja kalian," balasku tanpa ragu. "Siapa yang mau berteman dengan orang sepertimu!" balasnya lalu berjalan pergi.

Aku berusaha untuk tidak memikirkannya, lagipula aku tidak cengeng. Aku melangkahkan kaki dan memasuki ruang kelas. "Eh itu Ice!" seru salah seorang temanku. "Eh iya, Iceee!" Lalu semua orang yang ada dikelas berlari menghampiriku.

"Ice kau kenapa?"

"Apa kau sudah sembuh?"

"Bagaimana keadaanmu sekarang?"

"Kami merindukanmu."

"Hei kalian!" tegur Solar. Ia menghampiriku. "Biarkanlah Ice duduk dulu, dia baru pulih," sambungnya lalu menggandeng tanganku. Setelah aku duduk dibangku tempatku, mereka semua menghampiriku dan menanyakan berbagai macam pertanyaan.

༺❆༻

"Jadi bagaimana keadaanmu?" tanya Solar. Memang ia tadi tak bisa berbicara padaku. Salahkan anak-anak yang dari tadi terus mengerubutiku. Setelahnya pelajaran matematika dan kami tidak bisa mengobrol. "Sudah lebih baik," jawabku. "Syukurlah, aku takut keadaanmu makin memburuk setelah makan es," lirihnya. "Mama memarahiku karena itu, ia takut aku membuat kondisimu makin memburuk," sambungnya.

Kalau dipikir-pikir kondisiku membaik setelah memakan eskrim pemberian Solar. "Ahaha, nggak kok, tapi keadaanku membaik setelah makan eskrim dari kamu." Ia terkejut lalu menoleh kearahku. "Benarkah?"

"Mungkin?"

"Oh ya apa kau sudah tahu penyebabmu menangis saat itu?" tanya Solar lagi. "Mama bilang aku punya sebuah penyakit yang menyebabkan aku takut mendengar suara petir, dan jika mendengarnya maka akan langsung menangis," jawabku.

"Lalu bagaimana jika hujan beberapa hari lalu terulang?"

"Mama menyuruhku untuk pergi ke ruang UKS dan bersembunyi dalam selimut, katanya itu membantu."

"Oh."

Sekumpulan anak-anak yang menertawakanku tadi melempar senyum remeh ke arahku. Itu membuatku teringat akan kejadian tadi pagi. "Solar, selama aku tidak masuk apa ada yang mengejekku?" tanyaku, jujur saja aku penasaran. "Ada, setelah kejadian itu mereka selalu memandang rendah kamu, mereka bilang kamu seperti anak bayi yang takut petir," jawabnya.

❄✧.*𝔇𝔯𝔢𝔞𝔪 .*✧❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang