Di depan kelas Jisoo, tampak 3 orang yang tengah menulis. Jeonghan fokus menulis, sementara Jisoo dan Seokmin malah saling memandang satu sama lain. Sebenarnya, Jisoo cukup senang, saat keadaan Jaehyuk membaik. Apalagi melihat Jeonghan sudah mau bersekolah. Sayangnya, dia juga sedih Jeonghan memilih untuk melepas jabatannya. Jadinya mengerjakan tugas saja, dia tak mood.
Tak mood?
Tidak, tidak, sekarang ada Seokmin si Happy Virusnya Jisoo. Pemuda yang duduk di sampingnya, dengan salah satu tangan ---di meja--- menompang dagu ... ditambah mata fokus menatap Jisoo. Sudut bibir Jisoo terangkat ke atas, dia diam-diam menjatuhkan penanya. Lalu mengikuti apa yang Seokmin lakukan. Bedanya, Jisoo menompang dagu dengan kedua tangannya.
"Ekhem!" Jeonghan berdeham, mencoba menarik perhatian Seokmin dan Jisoo. Tapi kedua orang itu? tak kunjung berhenti dari pekerjaannya. Mereka masih tetap setia menatap satu sama lain. Seolah keempat mata itu saling menghipnotis. Tanpa berkedip ataupun bersuara, Seokmin dan Jisoo berbicara lewat tatapan mata mereka.
Dunia sepertinya sedang tertidur, dengan Jeonghan yang menjadi nyamuk besar di muka bumi ini. "Shua! Kalo mau pacaran, nanti aja! Bantuin gue kerjain tugas! Tugas gue numpuk ini!!" desak Jeonghan.
Lamunan Seokmin dan Jisoo buyar, mereka tersenyum kikuk ... sambil melirik ke arah lain. "Ehmm apa? gimana? sapa? dimana? kenapa?" pertanyaan itu meluncur dari bibir kucing Jisoo.
Mata Jeonghan merotasi, susah memang berbicara dengan budak cinta ini. Dia lalu memilih untuk mengerjakan tugasnya lagi. Jari jemari lentik itu bekerja di atas buku, mencoret angka, menuliskan rumus, dan juga berhitung.
"Jeonghan."
Suara lembut itu mengalun indah di kuping Jeonghan. Perlahan, jari jemarinya melepas pensil. Kepala Jeonghan mendongak ke depan, memperhatikan raut wajah cemas Seungcheol. "Mau apa lo?" tanyanya sinis.
"Kenapa keluar dari osis gitu aja? Lo bahkan gak minta izin sama yang lain." pertanyaan Seungcheol barusan, sontak membuat Jeonghan terbungkam. Dia memalingkan wajahnya ke arah Jisoo, dengan kedua tangan mengepal kuat.
"Bukannya ... sejak dulu lo mau Jeonghan ngundurin diri, biar lo bisa jadi ketos? Harusnya seneng dong, dia dengan lapang dada ngelepas jabatannya," jelas Jisoo.
"Gue gak ngomong sama lo, yang gue tanya itu Jeonghan. Jadi tutup mulut lo," ujar Seungcheol memperingati Jisoo.
Jisoo akhirnya angkat tangan, tak berani mengusik urusan pribadi kedua orang ini. "Yaelah ... Kak Jisoo cuman ngewakilin Kak Jeonghan ngomong doang. Lagian lo jelas tau alasannya, dia sejak dulu gak niat jadi ketos," sambung Seokmin sembari menggengam erat tangan Jisoo. Jisoo diam-diam tersenyum, dia melingkarkan tangan pada lengan Seokmin. Tampak seperti kucing yang mendusel manja pada pemiliknya. Masa bodo dengan sindiran Seungcheol tadi. Yang penting sekarang hanyalah, Seokmin ada di pihaknya.
"Jeonghan jawab! Lo gak punya mulut?!" tanya Seungcheol.
Jeonghan beranjak dari kursinya, dia menatap nyalang ke arah Seungcheol,"Gue saat ini, lagi gak mood buat ngomong sama lo. Jadi, jauhin gue!"
"Tapi kenapa?"
Pulang sekolah, Dino langsung pulang ke rumahnya. Dia tersenyum manis, berhasil mendapat uang-uang tercinta dari hasil percomblangannya. Namun, saat dia mengendarai motor menuju rumah. Pak lurah Iksan, menghentikkan Dino. Dia tampak marah, sementara Dino melongo bingung."Ada apa Pak?"
"Kamu yang buat anak saya nangis semalaman ya?!"
"Lha? Kok saya? Kenal anak bapak aja nggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
🌼CHAN COMBLANG |Svt Gs|[✓]
Fanfic❝Gue itu Comblang, bukannya tim katak*n putus!❞- Lc ❝Kak Dino! Comblangin kedua Kakak kurang akhlak kita!!!❞ - Chs&Yjh ❝Ck, Dia itu cuman pacarnya doang! bukan istri! Biarin aja dia pacaran sama gebetan gue, tapi di akhir ... gue yang bakal jadi ist...