#2 I'll Make You Mine

478 82 15
                                    

Di sebuah balai desa berbentuk panggung itu, Tzuyu menyandarkan kepala pada tiangnya. Ia menunggu seseorang datang. Raut bosan juga tak bersemangat terlukis jelas di wajah cantiknya. Ia menghela napas, kembali menatap ponselnya yang sejak tadi belum berbunyi.

"Ck, apa mencari tahu membutuhkan waktu yang lama? Biasanya tidak. Apa dia berkencan?" gumamnya. Ia turun dengan bibir mencebik. Hingga seseorang lewat di depannya, membuat mata gadis itu mengikuti pergerakan sang pria. Ia membulatkan mata saat yang baru saja lewat di depan matanya adalah orang yang tadi ia tandai.

"Romeo." Tzuyu mengulurkan tangan, bicara penuh drama layaknya sedang memerankan peran Juliet. Ditambah dengan pupil mata yang membesar. Namun, ia malah sibuk dengan khayalannya hingga kehilangan jejak dari lelaki yang ia sebut sebagai 'Romeo'-nya itu.

Seseorang menjabat tangannya yang sejak tadi tergantung di udara. Tentu, ini membuat khayalan Tzuyu tercecar hingga akhirnya gadis itu cemberut. "Apa yang kau lakukan di sini? Kami sudah selesai belajar."

"Kau mengatakan akan menjemputku. Aku terus menelepon dan menunggu di sana." Telunjuk lentiknya menunjuk balai desa lama tersebut, membuat sang lawan bicara tertawa sambil memegangi perutnya.

"Astaga, Tzuyu ...." Gadis dengan rambut sebahu dan kaca mata bertengger di hidungnya, kembali tertawa. Ia bisa bayangkan wajah bosan Tzuyu saat menunggu. "Maaf, aku meninggalkan ponselku."

"Menyebalkan." Tzuyu mengakhiri kalimatnya dengan ekspresi datar. Tentu, Jisoo takkan bisa menahan tawanya lagi dan lagi. Menurutnya, Tzuyu terkadang seperti patung yang memaksa untuk berekspresi. Namun, alih-alih terlihat aneh, gadis itu justru nampak menggemaskan.

"Cha, tidak perlu kesal. Ayo makan jjangmyeon."

Park Jisoo. Sebenarnya, mereka memiliki usia yang terpaut 2 tahun. Namun, karena Jihyo sering dikucilkan dan selalu memilih belakang sekolah, ia akhirnya dipertemukan dengan Tzuyu. Awalnya, ia pikir gadis itu ingin merundungnya. Ternyata tidak. Tzuyu malah merangkulnya hingga akhirnya mereka berteman baik sampai sekarang.

"Ah, matta." Tzuyu mencari foto yang ia ambil kemudian menunjukkannya pada Jisoo. Gadis dengan mata bulat itu, menyatukan alisnya, memperhatikan secara teliti siapa yang ada di foto itu. "Dia. Apa Eonni tahu siapa namanya?"

"Oho." Jisoo menunjuk gadis bertubuh jangkung itu, dengan wajah menggoda. Tentu, ini membuat Tzuyu kembali cemberut. Ia ingin jawaban. Bukan godaan seperti itu. "Hoksi, kau menyukainya?"

Gadis itu mulai menunjukkan gelagat panik. "A-ani, aku hanya ingin menanyakannya."

"Ah ... Dia Jeon Jungkook. Satu-satunya pria yang menjadi incaran setiap ibu di sini. Wajar saja, dia tampan, sopan, dan satu hal yang perlu kau tahu, dia juga rajin," jelas Jisoo. Mereka kini berjalan di gang sempit dengan rumah-rumah yang tentunya berdinding kusam. Namun, Tzuyu nampak biasa saja. Padahal, kebanyakan orang dengan status sosial tinggi seperti dirinya, lebih sering memandang kawasan permukiman itu dengan rendah.

"Namanya Jungkook?"

"Eung. Dia lahir di tahun yang sama denganku, tapi kita bersekolah di kelas yang berbeda satu tingkat karena dia lahir di akhir tahun."

Tzuyu mengangguk. Bibirnya mulai membentuk senyum dengan rona yang mulai nampak di pipinya. Mendengar namanya saja sudah membuat jantungnya berdetak kencang. "Lalu, apa lagi yang Eonni tahu tentang dia?"

"Dia memang ramah pada orang yang lebih tua, tapi tidak pada gadis seusia kita. Dia akan bersikap dingin."

Daebak! Karakternya mirip dalam drama-drama. Aku akan memilikinya. Harus!

💎💎💎

Langit oranye sudah menyapa, membuat bibir gadis itu mengerucut. Sampai sore hari pun, ia tak menemukan Jungkook. Padahal, ia sengaja makan jjangmyeon di depan rumah Jisoo karena rumah mereka berdekatan. Namun, pria itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Ey, kau akan terus di sini? Bagaimana kau akan pulang?"

"Tenang saja, aku suka membawa lembaran uang." Tzuyu merogoh sakunya, menunjukkan 3 lembar pecahan 50.000 Won. Ia tersenyum bangga. Namun, berkebalikan dengan Jisoo yang justru tertawa. Masalahnya, lembaran uang itu akan sulit dapat kembalian jika naik bus. Lalu taksi? Tak ada taksi yang mau masuk ke kawasan itu. Satu-satunya cara Tzuyu pulang adalah dijemput.

"Tzuyu, dia tidak akan lewat di jam segini, dan ya ... Kau bilang hanya ingin tahu namanya karena Hyeri Eonni. Lalu kenapa kau menunggunya?" Jisoo kemudian duduk di samping gadis itu, menatapnya penuh curiga. "Kau yang menyukainya 'kan?"

"Tidak! Ah, baiklah, antar aku ke gerbang seperti biasanya."

"Kau masih saja mudah kesal."

Aku akan membuatnya jatuh cinta. Jungkook Oppa, aku tidak akan menyerah.

💎💎💎

Matanya memang terpejam, tapi jangan ragukan soal telinganya. Ia masih mendengar jelas apa yang Hyeri katakan soal Jungkook. Memang tak pernah salah ia mempekerjakan Hyeri untuk selalu di sampingnya.

"Kau yakin tidak ada yang tahu kecuali Jisoo? Tzuyu, jangan bahayakan dirimu dengan pergi ke sana lagi."

Tzuyu berdecak lalu meletakkan timun yang tadi ia pakai di matanya lalu duduk. "Aku sudah memastikannya."

"Lalu, soal orang ini, kenapa kau–"

"Aku menyukainya." Tzuyu beranjak kemudian melepas handuk yang sejak tadi bertengger di kepalanya, menampilkan rambut cokelat yang masih basah sebagian. Ia lantas duduk di depan meja rias. "Eonni, aku harus mendapatkannya. Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus langsung katakan soal aku menyukainya?"

Hyeri menghela napas saat gadis itu malah dengan santai mengoles krim di wajahnya. Ia sungguh lelah mengikuti Tzuyu. Namun, ia sudah janji untuk terus bersama gadis itu. "Tzuyu, kau dan dia akan sulit bersama. Kau tahu sendiri bagaimana tuan dan nyonya besar."

"Apa cinta harus berdasar uang? Jika iya, itu namanya bukan pernikahan, tapi bisnis." Tzuyu berbalik dengan tatapan memohon. "Jebal, bantu aku, ya."

"Tzuyu, perasaanmu ini hanya sementara seperti perasaanmu yang lain. Lupakan dan ayo pergi tidur. Lima belas menit lagi biasanya nyonya besar akan kemari, memastikan kau sudah tidur atau belum."

"Ini berbeda, Eonni." Tzuyu menyentuh dadanya dengan mata berbinar. "Jatungku berdetak kencang karena dia. Dia seperti tokoh drama yang dingin, tapi suatu saat akan sangat mencintaiku. Oh, astaga, mengingat pertemuan kami berdua membuat hatiku jadi malu."

Tzuyu menutup wajahnya sembari menendang-nendang udara. Tentu, ini membuat Hyeri mengernyit. Gadis itu semakin aneh.

"Bayangkan suatu hari dia mengatakan 'Tzuyu, aku sangat mencintaimu. Maukah kau menikah denganku?'" Tzuyu kembali melakukan hal seperti tadi, salah tingkah dengan khayalannya sendiri.

"Tidurlah, nona. Lanjutkan khayalanmu dalam mimpi."

"Ah, kau benar. Semoga aku bertemu Romeoku."

Hyeri mengernyit sembari membantu gadis itu menyelimuti tubuh. Ia rasa tidur akan membuat otak sang atasan kembali normal. Ia tak tahu jika efek jatuh cinta akan membuat Tzuyu segila itu. Padahal, biasanya tak separah itu. Tzuyu hanya mengatakan akan memilikinya. Lalu saat bosan ia akan meninggalkan pria itu.

"Eonni, kali ini aku tidak akan bosan. Aku akan membuat dia jatuh cinta padaku dalam waktu satu bulan. Jika berhasil aku akan menaikkan gajimu."

💎💎💎💎💎

7 Sep 2021

Can I Love You? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang