"Lo gak pulang Na?"Tanya Rima menatap sahabatnya ini. Aina menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan sahabat nya itu.
"Lo gak boleh gitu mending Lo pulang sekarang, udah malem juga. Gak baik nanti suami Lo nungguin Lo"goda Farah terkekeh pelan.
"Kalian ngusir gua nih?"Sinis Aina dengan menatap tajam dua irang dihadapannya ini.
"Gak bukan gitu, maksudnya..." jawab Farah cepat
"Gua pulang"kata Aina berjalan meninggalkan teman temannya.
"Yah ngambek deh tu anak"kekeh Rima pelan.
"Biarin aja lagian dia udah punya suami juga"jawab farah.
Prov Aina
Berjalan dimalam yang dingin tanpa tujuan, kini sedang dilakukan Aina. Dia tidak berniat untuk pulang, hatinya sangat sakit.
Mungkin yang dikatakan teman temanya memang benar kalau dia cemburu melihat suaminya dengan perempuan lain.
"Masak iyh gua cemburu sih sama tu kulkas, tapi gua kan gak cinta sama dia. Cih cinta, suka aja kagak"lirih Aina.
"Dingin banget disini, mending gua pulung, bodo amat lah sama tu kulkas."sambungnya kembali.
Bumi seakan sedang merasakan apa yang dirasakan oleh Aina. Hujan turun mengguyur ibu kota.
Tanpa payung Aina menerobos derasnya hujan, yang membuat pakaiannya basah.
Jam sebelas malam Aina baru sampai didepan apartemen nya. Segera ia memasukkan PINnya.
"Dari mana kamu malam-malam keluyuran?"Langkah Aina terhenti karena ucapan Azka.
Aina tidak menjawab dan terus berjalan menuju kamar. "Kalau suami ngomong itu dijawab. Jangan kayak orang bisu" bentak Azka.
"Terserah gua, itu bukan urusan Lo"jawab Aina berlalu masuk kekamar diikuti Azka dibelakangnya.
Cekalan pada pergelangan tangan nya membuat dia berhenti. "Lepasin gua" teriak Aina.
"Jawab dulu pertanyaanku kamu dari mana"cekelan tangan pada tangan Aina pun terlepas.
"Gua main sama temen-temen gua, udah gua jawabkan sekarang keluar"jawab Aina cepat.
"Apa kamu lupa kamu sudah mempunyai suami, apa pantas seorang istri keluar malam tanpa izin suami. Dengan alasan main sama temen-temen kamu" kata Azka dengan suara dingin.
Aina terkekeh pelan. "Lo tanya kayak gitu ke gua?"tanya Aina menunjuk dirinya sendiri.
"Lo gak ngaca? Apa Lo pantes hah... Pamit sama istrinya bilang ada urusan ternyata lagi berduan sama perempuan lain dicafe, apa pantes hah? Mana lagi ngomongin tentang perjodohan lagi. Lo mau nikah lagi? Gak apa-apa silahkan gua tau bukan gua tipe istri Lo kan jadi nggak masalah jika Lo mau menikah dengan perempuan tipe Lo itu. Ya gua sadar gua bukan wanita baik tapi gua ingin berubah menjadi wanita baik, wanita idaman Lo tapi Lo gak mau nunggu gua sebentar lagi, gua lagi belajar jadi istri idaman Lo itu. Lo sama sekali gak ngasi gua kesempatan, Cek tak apa gua gak masalah itu pilihan lo tapi CERAIKAN gua dulu sebelum lo menikah lagi"teriak Aina yang disusul dengan senyum sinisnya.
Azka hanya terdiam, dia bingung kenapa Aina bisa berfikir bahwa dia akan menikah lagi dan Aina tau kalau dia pergi kecafe dan bertemu dengan Alisha untuk membahas perjodohan mereka.
Melihat keterdiam Azka membuat Aina semakin yakin jika Azka akan menikah lagi.
"Sekarang Lo keluar dari kamar gua, besok gua pergi dari sini, tenang aja" bentak Aina yang mendorong Azka agar keluar dari kamarnya.
Setelah pintu tertutup Azka baru menyadari nya. Dia tidak punya kesempatan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya pada Aina.
Apa tadi kata Aina? Ceraikan? Oh...tidak, Azka tidak akan menceraikan Aina.
Azka tak ingin masalah ini semakin rumit dengan menjelaskan pada Aina sekarang, karena percuma saja Istrinya itu sedang emosi.
Akhirnya Azka pergi meninggalkan tempat itu, dia pergi ke kamarnya untuk menenangkan pikirannya.
Sekarang Aina tidak mampu menahan tangisnya lagi, hatinya sangat sakit. Aina yang mendengar langkah kaki menjauh semakin terisak.
Dia teringat dia belum sholat isya, jadi dia mengambil wudhu dan melaksanakan shalat isya, selesai dengan sholatnya dia mengadukan semuanya kepada sang pencipta.
"Ya Allah, Apa hamba tidak pantas mendapat maaf darimu? Hamba tau hamba ini pendosa tidak pernah menjalankan tugas darimu, melupakan kehadiranmu, dan sangat jauh darimu. seseorang yang berhasil menuntun hamba dijalanmu, mendekatkan hamba padamu dia malah menyakiti hati hamba, disaat hamba ingin menjadi istri yang diidamkannya dia malah akan menikah lagi ya Allah, hamba sakit hati melihat itu. Lihatlah sekarang dia tidak berniat menjelaskan apapun pada hamba, tolong beri hamba yang terbaik menurutmu. Amin"Aina berdoa sambil terisak.
Lelah dengan tangisnya Aina tertidur diatas sajadah nya.
Pukul 03.00
Aina terbangun dari tidurnya dengan mata sembam, dia bergegas mengambil barang barang nya dan memasukkan kedalam koper.
Kini Aina sudah pergi dari apartemen itu. Tidak mungkin dia pulang kerumahnya, karena itu akan menimbulkan pertanyaan pertanyaan dari keluarganya.
Kakinya melangkah menuju tempat tinggal teman temanya, rumah kardus? Tentu saja karena itu tempat tinggal teman temanya.
Rima dan Farah terkejut melihat kehadiran sahabatnya itu siapa lagi kalau bukan Aina. Pasalnya Aina datang dipagi buta seperti ini dengan kopernya.
Rima dan Farah hanya bertukar pandang, tanpa bertanya Farah meminta Aina untuk masuk.
Aina hanya diam tanpa bicara apapun pada kakak beradik itu. Ya Farah dan Rima adalah kakak beradik kandung, yang tinggal dirumah kardus ini sejak berumur 5 tahun bersama anak anak kurang beruntung lainnya.
Mereka tertidur kembali sampai Aina terbangun karena suara Adzan subuh.
Ia bergegas mengambil wudhu dan sholat. Farah dan Rima yang melihat Aina seperti itu terheran heran kenapa cepat sekali sahabatnya ini berhijrah, belum seminggu sahabatnya ini menikah dengan seorang Gus.
Sinar matahari menyinari bumi, itu artinya mereka semua harus bergegas mencari uang untuk sesuap nasi.
Farah, Rima, Aina dan anak anak jalanan lainnya sudah berada dijalan ibu kota yang padat.
Mereka menyebar untuk mengamen, jika ada Aina, yang bertugas menyanyi adalah Aina sedangkan Farah dia memainkan gitar kecilnya dan Rima membawa topi untuk mengumpulkan uang hasil ngamen.
Mereka melakukannya dengan senang hati. Gitar yang dipetik Farah mengiringi suara merdu Aina.
Tak tembangke lagu iki
Kanggo sliramu sing paling tak tresnani
Getun ati iki, aku ra nepati janji
Aku lungo tanpo kondo mergo kedanan wong liyo
Kelingan mbiyen dewe ketemu
Kowe janji ra bakal nglarani atiku
Segampang iki caramu mupus roso tresnoku
Aku ra bakal lali, tekan kapan ra bakal tak ngapurani
Kowe lungo ninggal aku, atiku loro
Ora nyongko kowe gampang keno gudho
Aku raiso nompo lehmu dolanan tresno
Tak akoni pancen aku iki dudu sopo sopo
Sing gede pangapuramu, lungaku ninggal tatu
Wes gawe loro atimu
Aku ra butuh tresnomu, kabeh kuwi mung palsu
Tak buang roso tresnoku, korban janji manismu
Tak jaluk pengertianmu
Ojo dadi loromu, tulung ngapuranen aku
Ati iki dudu dolanan, dudu pelampiasan
Senajan uripku pas-pasan, aku wani kelangan
Ora perlu tok getuni cerito loro iki
Ora bakal tak baleni
Kowe lungo ninggal aku, atiku loro
Ora nyongko kowe gampang keno gudho
Aku raiso nompo lehmu dolanan tresno
Tak akoni pancen aku iki dudu sopo sopo
Sing gede pangapuramu, lungaku ninggal tatu
Wes gawe loro atimu"Terimakasih"ucap Aina
Rima segera memutari semua pengendara dijalan sambil menyodorkan topi.
Jangan lupa vote!
Komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Imamku✓
Ficción GeneralDua orang yang berbeda dipertemukan tanpa sengaja, yang mengharuskan mereka untuk mengucapkan ijab kabul secara terpaksa. Aina yang selalu menganggap dirinya tidak pantas bersanding dengan seorang Gus seperti Azka. Azka yang terus membimbing Aina me...