"Sudah pulang?"
Adam yang sedang menutup pintu apartemen tersentak kaget dan segera berbalik namun ia kembali dibuat terkejut akan keberadaan Sana yang berdiri terlalu dekat dengannya.
Sana masih memasang senyuman termanisnya tak peduli jika Adam menatapnya kesal karena terkejut hingga dua kali.
"Apa-apaan kamu ini!"
"Aku menunggumu pulang, memangnya apalagi?" Tanya Sana santai. "Kemarikan tasmu, biar aku yang bawakan."
"Tidak usah!" Jawab Adam ketus. Lelaki itu menghela nafas lelah lalu melangkah melewati Sana yang terus mengikutinya hingga ia masuk ke kamar.
Wanita dua puluh tujuh tahun itu hanya berdiri memperhatikan Adam yang sudah menaruh tas kerjanya dan kini sedang melepas lilitan dasi. Ketika akan membuka kancing baju ke tiga Adam baru sadar kalau Sana masih berdiri memperhatikan dirinya. Lelaki itu berdecak lalu menegur, "kamu mau melihatku ganti baju?!"
"Boleh."
Adam melotot mendengar jawaban Sana. Sedang istrinya itu malah semakin tertarik dan berusaha mendekat.
"Stop!" Larang Adam keras begitu tangan Sana terulur ke arah kancing bajunya yang baru terbuka di bagian atas.
"Kenapa? Aku bisa membantumu ganti baju. Itu akan lebih cepat."
Adam menatap tak percaya pada Sana yang sungguh terlihat biasa saja. Ekspresinya terlalu santai untuk ukuran gadis yang sedang berusaha menelanjangi seorang pria.
"Berhenti! Aku bisa melakukannya sendiri!" Adam menepis tangan Sana yang berhasil membuka satu kancing bajunya lalu melangkah terburu-buru dan masuk ke kamar mandi. Setidaknya tempat itulah yang paling aman dari Sana.
*.*
Adam kembali menghela nafas dalam meski tak begitu ketara saat melihat meja makan yang ada di tengah dapur sudah dihiasi lilin dan ditata sedemikian rupa oleh Sana tentunya.
Menu makan malam mereka adalah nasi yang hampir menjadi bubur, nugget ayam dengan kematangan tak merata, juga telur mata sapi yang dibentuk hati ditambah sayur slada, tomat dan timun yang dipotong tak beraturan disajikan dalam mangkuk kaca bening.
Ia ingin mengeluh tapi ultimatum keras dari seseorang mengingatkannya.
"Dia tidak pernah memasak. Tapi kamu harus makan apa pun yang dia sajikan." Kevin menatap tajam mata Adam.
"Walau yang dia sajikan racun?" Dengus Adam kesal.
"Meski itu racun sekali pun. Makan saja, Maka perusahaan dan keluargamu akan aman."
Adam menusuk keras kuning telur telurnya dengan garpu hingga menimbulkan bunyi yang membuat Sana mendongak. "Kamu tidak suka telurnya?"
Adam menggeleng pelan lalu menyuap si telur malang ke dalam mulut. Di kunyahan kedua, lelaki yang sudah mengganti setelan kerja dengan baju dan celana santai bahan kaos merasakan pahit menyebar di dalam mulutnya.
Dia hampir terbatuk jika tidak segera meminum air. Penasaran, Adam lalu membalik sisa telur yang masih ada di piringnya.
Hitam.
"Telurnya sedikit gosong. Aku lupa mematikan kompor saat memotong salad tadi."
Sedikit, katanya?
Warna hitam yang hampir merata pada lapisan bawah telur ia sebut sedikit gosong? Yang benar saja!
Andai ia menikah dengan Naya mungkin makan malamnya tak akan seburuk ini.
*.*
Ratuqi,
Rabu, 08 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced To Love (Tamat)
General FictionBagi Sana Marcellina Tjahyadi, putri seorang pengusaha sukses yang hidup bergelimang harta, segalanya bisa didapatkan dengan uang. Termasuk membuat seorang Adam Rahadiansyah bertekuk lutut menerima lamarannya meski lelaki itu sudah mempunyai tunanga...