RoL: 10

6.6K 265 3
                                    


Keesokan harinya mereka pergi ke Dufan. Zevanya merasa sangat bahagia, ia seperti anak kecil yang tengah diberi permen. Apalagi Kalandra menuruti semua kemauannya untuk menaiki semua wahana yang ada disana. Zevanya benar - benar bersenang - senang seharian dengan Kalandra disampingnya. Dan terakhir, mereka menaiki bianglala sambil melihat sunset. Ketika itu, Zevanya merasa terhipnotis dan tidak melepas pandangannya dari Kalandra yang duduk didepannya dan tengah menatap ke arah tenggelamnya matahari. Ia akui Kalandra adalah sosok laki - laki dewasa dan mapan. Walau sikapnya memang pendiam dan terkadang menyebalkan menurutnya. Namun Zevanya merasa Kalandra punya caranya sendiri untuk memberitahunya bahwa ia peduli. Walau tanpa kata yang terucap. Entah sejak kapan hatinya selalu berdebar ketika Kalandra ada disekitarnya. Namun ia berusaha untuk tidak memperlihatkan hal tersebut. Tidak ingin Kalandra tau dan menjauh darinya. Tapi ia juga sadar dengan perasaan Kalandra yang besar untuk Selena. Biarlah dia menyimpan ini sendiri selama Kalandra tetap disampingnya walau alasannya menetap karena anak yang dikandungnya sekarang. Zevanya merasa itu sudah cukup. Ia tidak ingin egois hanya untuk bisa memiliki Kalandra dan menyakiti hati Selena lebih banyak lagi dari sekarang.

Seminggu sudah Kalandra menginap di apartemennya, hari ini ia akan berangkat ke Bali menyusul istrinya yang sudah berada disana sebelumnya. Pernikahan Laura dan Vanno akan diadakan di Bali. Selena, Laura, dan Vanno memang pergi ke Bali lebih dulu. Lalu nanti akan disusul oleh keluarga dari kedua belah pihak. Kalandra tidak datang bersama mereka karena ada beberapa pekerjaan yang harus diurusnya. Laki - laki itu rencananya akan datang kesana sehari sebelum pernikahan Laura diadakan.

Zevanya mengantar Kalandra ke bandara. Kalandra sempat menolak, namun Zevanya membujuk dengan alasan anaknya yang ingin mengantar laki - laki itu. Akhirnya Kalandra pasrah saja menyetujui. Mereka berdua terdiam sampai pengumunan keberangkatan pesawat yang akan dinaiki Kalandra terdengar. Kalandra menoleh kearah Zevanya. Ia maju dan mengusapkan tangannya keperut Zevanya. Berpamitan. Lalu Kalandra menatap Zevanya.

" Jaga dirimu baik - baik.. Perhatikan apa yang kamu makan.. Jangan keseringan makan es krim... Saya akan kabari kamu nanti."

" Iya, Safe flight."

" Kalau begitu saya pergi dulu."

Kalandra mengusap rambutnya pelan. Sebelum berbalik dan berjalan menjauh. Ia sempat berhenti, menoleh lalu melambaikan tangannya. Zevanya membalas lambaian tangan tersebut. Lalu Kalandra melanjutkan langkahnya dan masuk kedalam. Menghilang dari pandangan Zevanya.
' Bye - bye Daddy.. We will miss you. '

Seminggu berlalu dan yang dilakukan Zevanya hanya bergelung diapartemennya. Sesekali Kalandra akan mengirim pesan atau meneleponnya. Itu pun hanya sebentar. Jujur ia bosan berada di apartemen. Namun ia tidak berani keluar. Zevanya takut ada yang mengenal dirinya. Apalagi sekarang ia tengah hamil.

Malam harinya Zevanya gelisah dalam tidurnya. Wajahnya basah oleh keringat dan air mata. Ia lalu tersentak bangun dan menjerit ketakutan. Zevanya langsung menangis sesegukan dan memeluk dirinya. Berusaha untuk menenangkan diri. Namun gagal... Apa yang dia lihat di mimpinya tadi membuatnya semakin ketakutan. Zevanya lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Kalandra. Panggilan pertama tidak diangkat. Begitupun seterusnya. Zevanya semakin menangis keras, panik dan takut menyelimutinya.. Ia butuh Kalandra sekarang. Ia butuh berbicara dengan Kalandra. Namun dari tadi telponnya sama sekali tidak diangkat entah sudah berapa kali ia mencoba namun hasilnya nihil. Zevanya tidak menyerah. Sampai panggilannya akhirnya diangkat oleh Kalandra. Membuatnya tambah menangis sesegukan.

" Halo.."

"..."

"Zee.."

"...."

" Zee, jawab saya !! Kamu kenapa ? Jangan buat saya khawatir. Zevanya !!"

" Kala.. Hikkss.."

°
°
°

Revenge of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang