29. Ajaran Baru

549 89 4
                                    

Mata Aoi menatap lurus ke mading, dilihat namanya berada paling bawah. Kelas XII IPS 1-Yamato Aoi.

"Yaaah kita pisah," kata Cakra pada Alfin dan Aoi.

"Tapi harus tetap kumpul bareng," timpal Alfin yang diangguki mereka.

Aoi masih diam di sana, ia tidak mempermasalahkan dirinya yang tidak sekelas dengan sahabatnya tapi ketika membaca nama di urutan pertama dan kedua membuat diringa menghela nafas.

Athala Abimana Segal, kemudian dibawahnya ada nama Aneska. Mereka bertiga satu kelas? Yang Aoi fikirkan bagaimana ia akan membawa dirinya dihadapan kedua orang itu?

"Bisa pindah kelas nggak sih?" tanya Aoi menatap ketiga sahabatnya.

"Ya nggak bisa atuh sayang, ini udah diatur dari sana." Alfin merangkul Aoi.

"Nggak mau pisah," rengek Cakra memeluk mereka bersama.

"Gue juga," kata Aoi pada akhirnya.

"Apalagi gue," sahut Alfin.

"Gue apalagi."

Mereka saling memeluk bersama.

"Misi misi kalau mau pelukan jangan di depan mading, ngabisin tempat aja."

Mereka menoleh bersama menatap Josep, Eros, Kendra, Lian dan... Athala yang berdiri tepat di dekat mereka.

Aoi terdiam menatap pada cowok yang belakangan menghilang dari dunianya. Sungguh, Aoi senang melihat keadaan cowok itu sekarang.

"Ayo pergi," ajak Cakra pada ketiga sahabatnya.

Mereka melewati Athala and geng.

"Selamat tahun baru, kelas baru, teman baru tapi masih dengan perasaan yang sama," bisik Athala tepat di samping telinga Aoi.

Aoi berhenti melangkah, ditariknya ujung bibir untuk melengkung, "Gue juga."

Niat ingin mengerjai Aoi malah dia yang langsung dibuat bungkam. Terlebih saat cewek itu pergi tanpa mau memperjelas maksudnya.

"Gue juga? Maksudnya? Perasaan yang masih sama atau gimana?" tanya Athala pada dirinya sendiri.

"Kenapa gue jadi bego begini," ucapnya frustasi.

--

Karena baru hari pertama masuk jadi KBM belum dimulai. Makanya Aoi dan ketiga sahabatnya memilih menghabiskan waktu di atas rooftop.

Cewek itu masuk ke dalam kelasnya sekitar jam sembilan lebih dengan keadaan teman kelas mereka yang sudah berbaur satu sama lain. Cewek itu menatap sekitarnya.

Hanya tersisa satu bangku yang kosong dan itu di sebelah Athala. Athala yang menyadari kehadirannya segera melambaikan tangan menyuruh duduk bersebelahan.

Tapi Alfin yang tadi satu bangku dengan Aneska pindah dan menyuruhnya untuk duduk satu meja dengan Aneska.

"Gue nggak bisa," jawab Aoi berbisik.

"Dari pada nggak dapet tempat duduk hayo?" kata Alfin membuatnya skakmat.

"Anjing lo," gerutu Aoi yang hanya bisa didengar oleh Alfin.

Dengan berat hati Aoi duduk di sebelah Aneska. Tepat di belakang mereka, Athala dan Alfin duduk.

Aneska menoleh dan tersenyum.

"Semoga kita bisa jadi teman baik," katanya.

"No!" sahut Alya dan Bianca yang berada di samping mereka.

Aoi tak menoleh sama sekali. Biarlah toh juga Aoi tak pernah berharap bisa berteman dengan orang-orang seperti mereka.

"Nggak usah caper sama sahabat gue," peringat Bianca menarik tangan Aneska keluar dari kelas.

"Gue caper? Sahabat lo kali," sahutnya emosi.

Pundak Aoi ditepuk.

"Kenapa?" tanyanya tanpa menoleh.

"Ke kantin nggak?"

"Males."

Alfin mengangguk dan pergi tanpa menawarkan kembali pada Aoi.

Aoi menoleh karena mendengar kursi di sebelahnya berbunyi. Dilihatnya Athala sedang duduk dengan pipi yang bertumpu pada tangan, matanya tak sekalipun ia alihkan dari Aoi.

"Oh ya gue ada sesuatu buat lo."

Athala meraih sesuatu dari tasnya kemudian diberikan pada Aoi.

"Apa nih?" tanyanya menatap Athala curiga.

"Udah, buka aja."

Aoi menurut dan membuka ternyata isinya kalung.

"Kemarin pas liburan gue nggak sengaja liat itu dan langsung keingat sama lo."

Athala tersenyum mengingat saat ia dan keluarganya berlibur di New York kemudian tak sengaja ia melihat kalung tersebut. Menurutnya itu cocok untuk Aoi pakai.

Aoi manggut-manggut, "Oooh jadi lo kemarin ngilang karena pergi liburan?"

"Kenapa? Nyariin gue ya? Kangen nggak?" tanya Athala dengan pede.

"Nggak sih biasa aja," kata Aoi.

"Kalau kangen bilang, nggak usah dipendem."

Aoi mendelik.

"Sini gue pasangin." diambil alihnya kalung itu, badan Aoi dibalikkan, tak lupa dengan rambutnya yang disingkirkan.

Melihat lehernya kosong Aoi jadi teringat sesuatu, belum sempat Athala memasangkan kalung itu ia langsung berbalik kembali meraba lehernya. Aoi berdiri dan menatap sekitar.

"Kenapa?" Athala ikut terkejut karena cewek itu.

"Kalung gue," gumamnya tanpa menghiraukan Athala segera berlari menyusuri tempat yang ia datangi sebelumnya.

ATHALA [SGS#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang