BAB 7 Spesial

38 30 9
                                    

"Lo ngapain disini?" tanya Galen setelah melepas pelukan Kiyana.

Tidak ada jawaban yang terucap dari bibir mungil yang sedikit tebal itu, tubuhnya masih terasa bergetar, mata sembab yang berwarna kemerah-merahan, seragam yang terlihat kotor dan dekil. Galen menggandeng lengan Kiyana membawanya pergi dari sana tetapi dengan cepat Kiyana menghentikannya.

"G-gue.. gue takut ada Virgil disana," akunya kepada Galen.

Galen sedikit salah tingkah, ketika ia tanpa sengaja melihat kancing atas seragam Kiyana terlepas, ia mengeluarkan seragam futsalnya yang ada di dalam tasnya dan memberikannya kepada Kiyana.

"Apa itu?" tanya Kiyana yang terlihat sudah lebih membaik.

"Kancing baju lo lepas, cepet pake!" titah Galen seraya mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

Reflek Kiyana melihat ke arah kancing bajunya yang ternyata sudah terlepas dan sedikit memperlihatkan kaos dalamnya. Kiyana segera memakai seragam futsal milik Galen yang terlihat kebesaran ditubuhnya.

"Gue bakal balikin baju lo nanti, setelah gue cuci," ucap Kiyana.

Galen mengangguk paham. "Lo nggak ada niatan buat bilang makasih gitu ke gue? Udah tiga kali gue nolongin lo."

Sindiran Galen seketika membuat Kiyana menatapnya penuh arti, benar jika dihitung Galen sudah menyelamatkannya tiga kali, pertama ketika hampir terjatuh ditangga, kedua memberikan dasinya, yang terakhir ia terselamatkan dari tindakan pelecehan.

"Btw, makasih ya lo udah nolongin gue,"ucap Kiyana pada akhirnya.

"Ayo pulang!" ajak Galen.

Sebelum meninggalkan danau yang terlihat sangat gelap karena minimnya penerangan, Kiyana dikejutkan oleh sinar yang memancar dari kunang-kunang. Senyum terukir dari bibir mungil yang sedikit tebal itu, pertama kalinya ia melihat kunang-kunang.

"Bentar dulu gue mau liat itu," tunjuk Kiyana pada kunang-kunang.

Pada akhirnya Kiyana dan Galen duduk ditepi danau yang hanya bercahayakan sinar kunang-kunang. Gadis berambut panjang sepinggang menatap takjub akan cahaya yang dihasilkan oleh kunang-kunang.

"Kita beruntung masih bisa lihat kunang-kunang dijaman sekarang ini," ujar Galen.

Kiyana mengangguk paham, karena pada jaman yang serba canggih untuk saat ini habitat kunang-kunang semakin mengikis, banyaknya cahaya buatan membuat kunang-kunang tidak berkembang biak. Malam kian larut pria bermata yang tidak terlalu lebar itu bersiap mengantarkan Kiyana pulang. ditengah perjalanan pulang Kiyana memandangi wajah Galen yang terhalang helm full facenya. 

"Sekali lagi makasih atas pertolongan lo, gue harap kejadian ini hanya kita yang tau," pinta Kiyana ketika mereka sudah berada di depan gerbang rumah Kiyana.

"Ucapan makasih lo ternyata sekarang murah ya," sindir Galen seraya mengulum senyum dibalik helm full facenya.

Reflek Kiyana memukul bahu Galen pelan. "Apaan sih lo." 

Disaat yang bersamaan ketika Galen baru saja menstarter motornya, Alivia baru saja pulang bersama dengan Ayah tiri Kiyana yang tak lain adalah Ayah dari Virgil. 

"Malam Tante, Om," sapa Galen ketika mobil yang ditumpangi Ibunya Kiyana membuka sedikit jendela mobilnya. 

"Malam juga," balas Alivia. "Kamu baru pulang Ki? ajak masuk temannya kasihan pasti belum makan," sambungnya.

Tak sedikitpun Kiyana berniat menjawab ucapan Alivia yang ia lakukan hanya memasang wajah penuh kebencian terhadap orang yang ada di dalam mobil tersebut. Mobil sedan berwarna hitam telah terparkir di carport dan orang yang berada di dalamnya pun sudah masuk ke dalam rumah. 

Deskripsi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang