-AWAL PERTEMUAN-

7 1 0
                                    

Samarinda, 21 JULY 2017

Pukul 8 pagi, waktu itu aku masih ingat seberapa panas terik matahari, warna bunga dibelakang wanita yang dihadapanku ia berdiri, dan aroma parfum yang ia gunakan sehari-hari.

Angin yang berhembus kencang, dan daun-daun yang berguguran di antara kami, mengibaskan rambutnya yang panjang dan halus layaknya musim semi. Sebuah moment dimana sepasang bola mata kami saling bertemu. Caramel... Aku spontan mengucapkannya dengan lembut. Warna bola matanya yang coklat cerah memberi kesan begitu manis pada dirinya.

Ia maju ke arahku dengan perlahan, berhenti tepat di depanku yang masih terdiam. Bibir halusnya berbisik dengan sopan "Berhenti menatapku atau kau mau aku beri hukuman?" itu kalimat pertama yang ia ucapkan.

Aku begitu terhipnotis hingga lupa saat itu adalah hari ospek untuk mahasiswa baru dikampusku, Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. Dan yang sedang berdiri dihadapanku adalah kakak tingkatku, namanya Calistica Caramelia, atau biasa dipanggil Caca. Seorang perempuan yang lebih tua 1 tahun dariku. Dia berdiri tepat didepanku, berteriak dengan lantang menyampaikan instruksi kepada seluruh mahasiswa yang mengikuti ospek saat itu.

Tanpa sadar aku terus terpaku padanya, tersenyum kecil melihat tingkah lakunya. Aku tau dia hanya mencoba bersikap tegas. Dia Kembali melihat ke arahku kemudian menghampiriku dan menarik tanganku "ikut aku" ucapnya. Ia membawaku kebelakang gedung kampus yang sunyi. "kenapa kita bersembunyi?" ucapku yang tak memahami situasi.

"Kamu, kenapa senyum-senyum melihat kearahku?" tanyanya padaku sembari menatap sinis.

Aku hanya bisa tertawa kecil mendengar ucapannya, sontak ia langsung menarik kerah bajuku dengan kedua tangannya "Dengar ya, aku ini seniormu. Jadi jangan coba-coba kurang ajar di depanku".

"Karna yang mbak lakukan tidak cocok"

"HAH?"

Seketika seekor lebah lewat diantara kami, secara reflek dia menarik kerahku hingga tubuhku tertarik ke arahnya. Ia mendekapkan wajahnya di dadaku dan berteriak. "CEPAT USIR LEBAHNYAA CEPATT"

Melihat tingkahnya yang manis aku ingin mengerjainya sedikit "ah mbak lebahnya hinggap di baju mba" dia sontak berteriak kencang dan menarik tubuhku lebih erat. Jantungku tiba-tiba berdegup dengan kencang, wajahku memerah. Aku takut dia mendengar suara detak jantungku tapi aku lebih takut ada yang melihat kami seperti ini. Aku memegang bahunya dan sedikit mendorongnya pelan.

"lebahnya sudah pergi mbak, sudah aman"

"ah oke maaf"

Aku melihat wajahnya yang memerah, apa karna dia ketakutan atau karna dia malu? Entahlah.

"kamu, siapa namamu?"

"saya Azka Au Lait, panggilannya Azka mbak"

"nama kamu unik ya, panggil saya mbak Caca dan berhenti liatin saya terus. Kamu paham?"

"i-iya mbak"

"yaudah, kembali ke barisanmu dan jangan beritahu siapapun kejadian yang tadi"

Caca berjalan duluan di depanku kemudian berhenti, "oh iya lain kali kamu sarapan pagi dulu, jantung kamu berdebar cepat banget tadi. Itu artinya kamu lagi darah rendah"

Aku tersipu malu mendengarnya dan hanya menjawab "iya", padahal bukan karena itu tapi karna dia, tapi syukurlah dia salah paham. 

Dia penakut, pemalu, tapi ia mencoba untuk tegas. Dalam satu moment aku mengetahui tentang itu. Benar-benar tidak cocok untuk sosok yang manis seperti dirinya. Oh satu lagi, dia orang yang tidak peka.

"Jika aku mampu mengatur waktu, aku ingin kembali ke moment itu, moment dimana ia memeluk erat tubuhku, dan biarkan waktu membeku. Karna kini aku tau, bahwa kelak kita takkan bertemu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Caramel de Au LaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang