Your Smile - Beomgyu [TXT]

⊱┊12 words

▮▮▮▮▮▮▮▯▯▯

𝘭𝘰𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨...

Satu kata baik dapat membantu seseorang dan satu kata buruk dapat membunuh seseorang.

•Words•

"hey, liat gue, gue di sini Dir."

"selama gue di sini, gue gak bakal biarin siapapun nyakitin lu. Ngerti?"

Dira mengangguk dengan isakan yang belum berhenti sedari tadi. Dira takut, takut melihat kejadian masa lalu yang kembali datang menghampiri.

"kita pulang ya?"

Pulang yang Beomgyu maksud bukanlah rumah Dira melainkan rumahnya sendiri. Beomgyu tau keadaan, dia tau apa yang terbaik untuk sekarang.

Dira sudah mengganti seragamnya dengan kaos putih milik Beomgyu yang tersimpan di dalam rumahnya. Sedangkan Beomgyu masih diam di dalam kamarnya, mengganti pakaiannya. Membuat Dira harus menunggu Beomgyu keluar sambil memandangi layar ponselnya.

Ting ting ting

Bunyi banyak notifikasi yang berasal dari ponsel Dira terdengar sangat nyaring. Dira membuka ponselnya dan melihat siapa yang memberinya pesan sebanyak itu.

Banyak nomor tidak dikenal di sana, sedang menghujaninya dengan banyak pesan, Dira membuka salah satu nomor dan membaca isi pesan di dalamnya.

'BAJINGAN SIALAN!'

'LU BUAT GUE DIJAUHIN SAMA SEMUA ORANG GARA GARA DIBILANG SISWA DARI SEKOLAH GAK BERPENDIDIKAN!!'

'LU HARUS TANGGUNG JAWAB DIRA!"

Dira terkejut, apa perbuatannya benar benar tersebar luas? Apa dia sekarang dipandang dengan buruk oleh semuanya? Apa dia membuat semua orang tersiksa?

Dira melihat pesan pesan lainnya, yang tidak kalah kejam tentunya.

'dasar psikopat! Pergi lu dari kehidupan!'

'gue kira lu orang baik baik, ternyata cuma karena ada maunya.'

'lu bikin nama baik sekolah hancur Dira!'

'semua orang ngejauhin warga sekolah gara gara rumor sekolah kita yang gak bener. Dan itu semua gara gara lo!'

'LO HARUS TANGGUNG JAWAB DIRA! SEMUANYA GARA GARA LO!'

'KENAPA ORANG KAYAK LO GAK MATI AJA SI?! TENTRAM HIDUP GUE TANPA KEHADIRAN LO!'

'Ibu lu pasti dulu kecewa sama lu, makannya dia mati kan?"

Brak

Ponselnya dilempar jauh hingga menghantam dinding, matanya memerah dengan air mata yang siap keluar. Nafasnya memburu, tangannya Ia kepalkan, mencoba untuk meluapkan semua emosinya.