-;3

66 12 0
                                    

Hari-hari berlalu. Yoongi berusaha menghindari berada dalam satu ruangan dengan Taehyung. Bukan dia tidak menyukai berada di dekat Taehyung. Jika Yoongi tidak suka untuk dekat-dekat dengan Taehyung, tidak akan Yoongi mengekori kemanapun manusia itu pergi. Sebelum Yoongi menampakkan diri, si peri penjaga rajin menemani Taehyung kesana kemari. Tapi kali ini, Yoongi lelah merasakan dadanya bergemuruh setiap kali mendapat tatapan konstan dari netra Taehyung.

Pernah sekali Yoongi menangkap wajahnya sendiri memerah setelah tidak sengaja melihat Taehyung hanya mengenakan handuk yang dililit di pinggang. Sial. Padahal, ini bukan pertama kalinya Yoongi mendapati pemandangan seperti itu.

Yoongi sudah sering melihat Taehyung tanpa mengenakan atasan. Dada bidang dan perut rata. Bohong jika kau bilang tidak terkesima dengan Taehyung. Respon Yoongi? Peri penjaga itu akan meninggalkan ruangan, dan menunggu Taehyung di depan pintu rumah.

Tapi itu sebelum Yoongi mengeksistensikan dirinya di depan Taehyung. Sehingga Yoongi tidak pernah mengerti bagaimana wajahnya sendiri saat dadanya bergejolak karena Taehyung. Namun, benda bernama cermin itu benar-benar membuatnya merasa malu. Yoongi jadi bisa melihat pipinya yang merona karena Taehyung.

"Yoongi, kau dimana?"

Peri penjaga itu terlonjak tiba-tiba. Suara baritone Taehyung saja sukses membuat Yoongi salah tingkah. Di awal pertemuannya, Yoongi merasa begitu berani. Tapi semakin lama, dia tidak bisa mengontrol diri. Salah tingkah kini menjadi kebiasaan. Entah kemana perginya rasa percaya diri yang sudah dia kumpulkan selama ini.

"Yoongi?"

"Aku disini," tangannya sambil mengelus dada. Kepalanya menoleh ke sisi kanan ruangan, dimana tangga menuju kamar Taehyung berada. Yoongi mengantisipasi kalau-kalau Taehyung turun untuk mencarinya. Tapi dia harap tidak. Baru kali ini Taehyung mencarinya. Padahal sejak kemunculannya, Taehyung hanya menggumam pertanyaan seperti biasa. Seperti tidak berharap jawaban, seperti saat Taehyung tidak mengerti bahwa Yoongi sebagai peri penjaga memang benar-benar ada.

"Apakah aku cocok jika mengenakan scarf?"

"Cocok," jawab Yoongi spontan. Yoongi bisa membayangkan deretan scarf yang Taehyung simpan di lemarinya. Taehyung mengoleksi begitu banyak scarf, tapi tidak satu kalipun dia pernah mengenakannya. Mungkin ini sesuatu yang khusus jika akhirnya Taehyung mengenakan scarfnya?

Rasa penasaran menerjang lantang dalam diri Yoongi. Mana scarf yang akan Taehyung gunakan? Seperti apa kelihatannya di leher Taehyung? Kemana dia akan pergi? Apakah Taehyung akan berkencan? Selama ini Yoongi tidak pernah mendapati Taehyung dekat dengan siapapun. Tidak pula menanyakan hal-hal berbau romantis.

Hati Yoongi tidak lagi bergemuruh, tapi membayangkan Taehyung pergi dengan seseorang yang spesial membuat hatinya seperti diremas bebas.

Suara langkah kaki menggema di ruang tengah. Aroma maskulin khas Taehyung memenuhi setiap sudut rumah. Rasanya Yoongi tidak ingin melihat Taehyung yang begitu tampan akan pergi berkencan dengan seorang manusia, bukan peri penjaga seperti dirinya. Yoongi juga tidak yakin bisa bertahan lama mengekori manusianya jika dia benar-benar akan pergi kencan.

"Sebaiknya kau tidak pergi bersamaku malam ini,"

Deg. Apa dia akan benar-benar berkencan?! Sial.

Ini pertama kalinya Taehyung menolak Yoongi untuk menemaninya. Haruskah Yoongi senang? Tidak tahu. Yoongi merasa bingung, karena pagi tadi Taehyung masih tidak masalah dengan Yoongi mengekorinya ke kantor, kemudian ke kampus sampai mereka kembali lagi ke rumah sore hari. Lalu, mengapa tiba-tiba malam ini Taehyung tidak ingin Yoongi mengikutinya?

"Aku akan menunggu di luar."

"Tidak perlu, Yoongi. Kau tetap di rumah saja," Taehyung melirik jam tangannya. Kemudian suara notifikasi pesan menginterupsi keheningan yang merentang.

"Apa kau akan," berkencan, "pulang larut malam?"

"Tidak. Hm, tidak tahu maksudku. Tapi ku harap kau tetap membantuku jika aku sedang kebingungan nanti. Aku mudah gugup jika harus berbicara sesuatu yang penting di depan orang yang istimewa, aku tidak ingin bertindak ceroboh malam ini."

Pundak Yoongi melorot. Senyum yang dipasangnya tidak lagi bertahan. Bangkitlah peri penjaga itu dari sofa, mengambil langkah demi langkah meninggalkan Taehyung yang masih berkutat dengan telepon genggamnya.

"Apa aku sudah rapi? Tampan? Mungkinkah warna scarfnya kurang sesuai? Atau—"

"Sudah! Kau sudah sangat rapi, bahkan begitu tampan, dan scarf itu sangat anggun di lehermu! Kau sudah siap! Sekarang pergilah!"

Taehyung menatap punggung peri penjaga yang mendadak berteriak tanpa diketahui alasannya apa berbuat seperti itu. Setelah sedikit merapikan anak rambutnya, Taehyung berlalu. Berlawanan dengan Yoongi yang melangkah semakin masuk ke dalam rumah.

Telinga Yoongi mendengar dengan jelas ketika Taehyung berpamitan, dan di akhir dia mengucapkan, "kau boleh tidur di kamarku malam ini, sampai jumpa."

"Tentu saja kau mengijinkan aku tidur di kamarmu malam ini. Karena kau akan tidur di kamar orang lain, 'kan?" Mata Yoongi menatap langit-langit kamar Taehyung. Gelap, dan sedikit cahaya kekuningan dari Purnama di luar. Masih tersisa dengan kuat bau parfum yang Taehyung gunakan di tubuhnya, memguar di dalam kamar. Taehyung bahkan meninggalkan lemarinya sedikit terbuka. Kebiasaan yang akan dia lakukan jika sedang terburu-buru. Pakaian yang dia kenakan sebelumnya, tidak tergantung di cantolan yang ada di belakang pintu. Alih-alih terbeber di punggung sofa yang ada di kamarnya.

Sofa itu adalah tempat tidur Yoongi. Tetapi, sejak Taehyung bisa melihatnya, Yoongi tidak lagi menghabiskan malam di sana. Yoongi tidur di sofa ruang tengah. Yoongi mengambil inisiatif untuk tidak lagi tidur sekamar dengan Taehyung. Karena dia bisa melihat ekspresi kurang nyaman dari Taehyung jika dirinya terus berada di kamar bersama-sama. Mungkin Taehyung butuh waktu lebih lama lagi untuk terbiasa dengan kehadiran Yoongi. Mengingat, hanya Taehyung yang bisa melihat Yoongi. Jadi Yoongi berusaha memahami jika manusianya masih beradaptasi dan merasa lebih baik jika mereka mengambil jarak secukup mungkin, sampai Taehyung bisa menerimanya.

Meskipun sebenarnya, Yoongi sudah sangat nyaman dengan kehadiran Taehyung. Kehadiran Taehyung adalah alasan keberadaan Yoongi. Mau dikatakan apalagi, Yoongi hanya seorang peri penjaga. Seharusnya dia sadar sejak pertama, bahwa, mereka tidak akan satu. Yoongi seharusnya tidak perlu sampai menukarkan sayapnya begitu saja hanya agar Taehyung bisa melihat sosok peri penjaganya. Sosok peri penjaganya yang diam-diam jatuh cinta.

Ah, sayangnya Yoongi baru menyadari sekarang, terlalu banyak hal yang kemudian berjalan diluar keinginan dan kendalinya, bahkan dirinya sendiri, apalagi Taehyung.

Satu jam, dua jam, tujuh jam berlalu sejak Taehyung berangkat ke restoran dengan Hyundainya. Dalam rentang waktu sepanjang itu, tidak ada satu kalipun Yoongi mendengar suara baritone Taehyung menggelitik telinganya. Tidak ada bisik-bisik penuh ragu dari bibir Taehyung. Yoongi berusaha tertidur. Merapal mantra untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa Taehyung pasti sedang baik-baik saja.

FOR YOUR EYES ONLY • TaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang