HALU

77 66 237
                                    

Bersamaan dengan deru suara angin, langkah sepatu Brisa terdengar "tak,tak,tak". Disusul dengan teman-teman di sekelilingnya, suara sepatu mereka terdengar selaras menyambut jarum jam tangan yang menunjukkan sudah pukul 07.00.

"Aishhh!" Ucap cewek polos yang tampak pucat karena lupa memoles lip tint di bibirnya. Seperti wajahnya, namanya juga cantik, Brisa.

Suara detak jantungnya membuat nafasnya tersengal-sengal. Meskipun begitu, Brisa berhasil memasuki gerbang di detik-detik gerbang ditutup rapat. Karena dia merasa sangat panas dengan rambut tergerai, dia berniat menguncir rambutnya. Dia mengambil kuncitan hitamnya di tasnya.

"Pradipa! Argh, bikin gue kaget aja deh!" Teriak Brisa dengan muka cemberut sementara Pradipa tetap bermuka keren sambil menyodorkan botol untuk Brisa. Brisa sangat kesal karena Pradipa hampir membuat jantungnya hampir copot. Tak tahan melihat wajah gurau Pradipa. Brisa berlari dengan sekencang-kencangnya menjauh dari Pradipa.

"Anjing tuh anak, dikasih minum malah ngilang. Dasar kunti." Ucap Pradipa dengan muka masamnya. Sangat terlihat bahwa dia sangat tulus memberikan minuman kepada Brisa. Tapi Brisa dengan seenaknya bersikap dingin kepada Pradipa.

"Sudahlah bro, gak capek apa ngejar cewek polos kek dia?" Dengan suara agak bergetar, Deka menasehati Pradipa sambil menyaut botol minuman dari tangan Pradipa. Tanpa banyak drama, Deka langsung membuka tutup botol dan meminumnya.

Dengan cepat, sebelum Deka menghabiskannya Pradipa langsung menyaut botolnya dari mulut Deka. Air dalam mulut Deka langsung menyembur muka Pradipa. Pradika tidak marah, ia hanya memberikan pukulan sebagai pelampiasan emosinya karena Brisa.

Anehnya dari kejadian tersebut, wajah Pradipa semakin tampan dengan poninya yang agak basak. Dia berjalan berwibawa dengan muka basah. Tak peduli apapun, dia tetap tampan dengan muka garas dan badannya yang kekar. Tak heran jika semua cewek memandanginya dengan nafsu. Sayangnya, dia tidak tertarik dengan cewek yang terang-terangan menyukainya.

Sangat terduga, salah satu adek kelas dengan paras cantik dan fashionable melangkahkan kaki ke arah Pradipa sambil membawa minuman yang hampir habis. Dengan sadar bahwa minumannya hampir habis, ia menawarkan minumannya tanpa malu, "Ini buat kakak. Keringat kakak banyak, tolong terima dan minum ya kak."

"Makasih Jina, kakak minum ya.." Jawab Pradipa dengan ekpresi senang. Kemudian ia begitu saja, meninggalkan Jina tanpa melihat senyum cantiknya.

Meskipun senyumnya tak memikat hati Pradipa, dia berhasil memikat Guntur tanpa berjuang memberi minuman. "Adem banget deh rasanya liat senyum kamu."

"Cie.....Hahaha" Ledek teman-teman sekelas Jina.

"Apaan sih lo! Masuk sana! Udah bel noh liattt!" Ujar Jina sambil menunjukkan jam tangannya kepada Guntur.

"Ngaca woi, ngaca!" Ucap Guntur jengkel.

"Gurunya belum masuk kelas kok!"

"Laiy..."

"Yaudah diemm, banyak omong lu!"

"Dasar cewek."

🐉🐉🐉🐉🐉

Tidak heran jika saat Pradipa lewat depan semua siswa, ia mendapat perhatian lebih dari adik kelasnya. Pradipa merupakan kapten eskul basket SMA 9 Bandung yang setiap pertandingan selalu mendapat juara. Ototnya yang tampak di bagian tubuhnya membuat cewek-cewek tergiur. Hanya cewek-cewek yang tidak normal yang tidak terpikat kepadanya. Dan itu adalah Brisa. Mungkin dia butuh dirukiah.

Dapat dikatakan, bahwa Brisa merupakah salah satu cewek polos yang bodoh. Hanya karena kecantikannya dia berhasil bergabung dengan geng "Angels". Seperti namanya, geng itu adalah geng yang berisi cewek-cewek cantik. Mereka adalah Hansa, Bora, Ola dan Brisa. Bahkan banyak siswa yang menamai geng mereka 'Blackpink' , bukan 'Angels'.

THANK YOU GENTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang