BAB 8 Sambungan Terputus

44 24 35
                                    

Gadis berambut panjang sepinggang menatap kagum seorang laki-laki yang sedang bermain bola di lapangan, senyum manisnya terus mengembang ketika pria itu memasukkan bola ke arah gawang lawan.

"Gooool ...," teriak Kiyana.

Tina dan Siril menatap aneh atas sikap Kiyana yang terlihat antusias ketika menonton pertandingan sepak bola, biasanya Kiyana akan tidak acuh terhadap permainan apapun termasuk permainan sepak bola.

"Lo kenapa Ki? Kesambet setan toilet ya? ujar Tina, Siril hanya manggut-manggut menyetujui pernyataan Tina.

"Setan toilet? Bukannya setannya itu lo!" sangkal Kiyana.

"Mana ada setan secantik gue markonah," elak Tina. Siril dan Kiyana tertawa terbahak-bahak.

"Ha ..., ha ..., ha ..., ha."

Seketika tawa pun terhenti karena prtanyaan Siril.

"Tumben nonton pertandingan bola serius nontonnya?" tanya Siril serius.

"Lo kan tau gue suka sepak bola, ya gue nontonlah," balas Kiyana.

"Ahay gue tau nih, pasti karena ada titisan Lionel Messi kan yang main bola? Makanya lo nontonnya serius," sindir Tina.

"Nggak!" sangkal Kiyana seraya mengulum senyum.

"Ih senyum apaan tuh? kayanya ada yang lagi berflower-flower nih?" Tina semakin penasaran.

"Apaan sih lo flower-flower? Flower tuh nama kucing gue," Kiyana masih mengelak.

Tina dan dan Siril terus menggoda Kiyana sesekali mereka menggelitiknya hingga Kiyana tertawa sedikit mengeluarkan cairan bening disudut matanya. 

"Eh.. eh, liat titisan Lionel Messi jalan ke sini!" seru Tina.

Bukan hanya Tina yang terkejut, tetapi Kiyana dan Siril pun sama. Ada apa gerangan? Sampai-sampai Galen menghampiri mereka Pada hal pertandingan masih berlasung dan istirahat permainan cuma sebentar.

"Ki, pulangnya gue anterin lo, tapi tunggu bentar ya latihan bolanya belum kelar," ujar Galen seraya mengelap keringat yang ada didahinya.

Kiyana tersenyum manis dan hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Jangan beranjak dari sana, karena lo sekarang adalah penyemangat gue di lapangan," ujar Galen lagi dan lalu pergi kembali ke lapangan.

"Hah? Maksudnya?" tanya Tina dan Siril secara bersamaan.

"Wah.. sialan kita ketinggalan gosip nih," ucap Tina kepada Siril.

"Lo hutang cerita sama kita berdua Kiyana Siskova," tukas Tina dengan tatapan mengintimidasi kepada Kiyana.

"Apaan sih lo ah, cerita apa? orang nggak ada apa-apa!" elak Kiyana.

Setelah lonceng berbunyi sebagai pertanda jika siswa-siswi SMA Melati sudah diperbolehkan pulang. Galen belum juga menampakkan batang hidungnya untuk mengantarkan Kiyana pulang, ia memang tidak mengikuti jam pelajaran terakhir karena ia harus latihan sepak bola untuk porseni antar sekolah minggu depan. 

"Serius lo mau pulang bareng titisan Leonil Messi? tanya Tina.

"Tapi tuh anak belum muncul juga, Ki?" timpal Siril.

"Kalian kalau mau pulang, pulang aja gue nggak apa kok," balas Kiyana.

Tina dan Siril pergi meninggalkan Kiyana seorang diri yang duduk di teras depan kelas dengan punggung ia senderkan pada tiang tembok, semilir angin menerpa kulit putih mulus Kiyana, tanpa terasa ia memejamkan matanya. Beberapa menit setelah Kiyana tertidur Galen datang menghampirinya yang masih menggunakan seragam futsal.

Deskripsi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang