Jam 2 siang, aku sampai di apartemen setelah beberapa jam ada di dalam kereta. Begitu sampai, aku baru sadar kalau misalnya aku masih memakai tunik selutut dengan leging yang kupakai sejak kemarin pagi. Belum lagi mantel yang sedikit kotor karena tertidur di tepi jalan tadi pagi. Karena itu, daripada memikirkan perut yang keroncongan, aku langsung mandi dan ganti pakaian yang lebih nyaman.
Ting tong~
Bel apartemenku berbunyi lagi setelah aku selesai berpakaian. Kemarin sore, ketika membuka pintu, aku langsung diserang oleh seseorang yang berpakaian seperti seorang kurir. Jadi, saat aku tahu kalau yang datang adalah kurir, aku memintanya untuk meninggalkan paket di depan pintu.
"Sumimasen, tolong letakkan saja di depan pintu, arigatou gozaimasu," kataku melalui intercom.
"Hai, shitsurei shimasu," balasnya lalu meletakkan paket di depan pintu seperti permintaanku. Ketika dia benar-benar sudah tidak terlihat dari kamera, aku baru membuka pintu dan mengambil paket itu. Anggap saja aku takut, aku hanya tidak ingin kejadian kemarin terjadi lagi.
Paket itu aku letakkan di atas meja ruang tamu, sementara aku membungkus rambutku dengan handuk supaya bisa membuka paket itu. Ketika kubuka, di dalamnya ada sebuah kotak lagi yang lebih kecil. Begitu juga di dalam kotak kedua. Apa si pengirim ini ingin mengerjaiku ya? Totalnya ada 5 kotak yang membungkus sebuah kotak yang ukurannya seperti... kotak perhiasan, tepatnya kalung.
Tebakanku ternyata benar saat melihat isi kotak itu. Sebuah kalung emas putih dengan liontin yang bertuliskan huruf A dengan hiasan bunga di sekelilingnya. Tiba-tiba ada sebuah ingatan yang muncul di pikiranku.
Aku yang masih kelas 5 SD saat itu sedang mengamati sebuah kalung dengan liontin yang sama dengan yang kupegang sekarang. Mataku tidak lepas memandanginya, tapi aku tidak bisa membelinya meski harganya hanya sekitar 500 yen (sekitar Rp 65000). Kalau tidak salah, saat itu aku lupa membawa dompet. Tapi, kenapa aku tidak meminta ba-san membayarnya duluan? Ada sebagian ingatanku yang tidak dapat kuingat. Yah, mungkin karena itu sudah lama.
Dan sekarang, ada sebuah kalung yang mirip dengan bahan yang lebih bagus dari yang kumau dulu di tanganku sekarang. Harganya pasti mahal. Apa aku pantas mendapatkannya? Apalagi, aku tidak tahu siapa si pengirim misterius ini. Tapi, kalung ini sangat bagus. Mungkin tidak apa ya? Dia juga yang sudah memberikannya padaku kan?
"Ah~ sangat pas di leherku," seruku kegirangan setelah mencoba memakainya.
Baru saja aku akan melepasnya, ponselku tiba-tiba berbunyi.
"Hiroshi-san, ada apa?" kataku setelah menjawab panggilannya dengan perasaan setengah kesal. Hanya setengah kesal, karena aku baru saja mendapat sesuatu yang membuatku bahagia.
"Ah, kenapa hari ini kamu tidak masuk kantor, Asami-san? Kamu tidak sakit kan?" tanyanya sekaligus.
"Aku ada urusan sebentar. Memangnya kenapa mencariku? Oh ya, ini kan belum jam pulang," jawabku ketus. Untuk apa dia tahu alasan aku tidak kerja hari ini, meski Yumi yang menanyakannya, aku juga tidak akan menceritakan yang sebenarnya.
"Aku kebetulan kosong hari ini, jadi kupikir aku bisa mengajakmu makan siang bersama. Tapi saat sampai di kantormu tadi, katanya kamu tidak masuk hari ini. Aku sudah telepon berkali-kali tapi kamu tidak angkat sejak tadi. Syukurlah kamu tidak sakit," cerocosnya yang tidak begitu kuperhatikan sambil mengecek panggilan yang masuk sebelumnya. Dan benar saja, ada 20 panggilan tak terjawab darinya terhitung dari jam 12an tadi.
"Kamu meneleponku 20 kali sejak tadi? Memangnya kamu tidak ada kerjaan ya?" kataku dengan suara keras setelah melihat catatan panggilan hari ini.
"Sudah kubilang kan, hari ini aku kebetulan kosong. Dan aku sedikit khawatir denganmu. Jadi, aku menelepon setiap 5 menit sekali," jelasnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Touch in My Life
Mystery / ThrillerAku menemukan amplop itu lagi, amplop yang mampu membuat senyum dan semangatku yang mengembang menjadi padam. Siapa orang yang mengirimkan ini? Rasa takut dan was was selalu mengantuiku setiap kali menemukan amplop polos itu. Kapan semua ini akan be...