#4 Hold Your Hand

336 74 8
                                    

Jisoo terkekeh lalu merogoh sapu tangan di sakunya. Ia lantas menyeka es potong yang menodai sekitar bibir Tzuyu. "Astaga, kau seperti anak kecil."

Bagi Tzuyu, menemukan es potong benar-benar langka. Ia terbiasa dengan es krim-es krim dengan merk ternama dan kualitas nomor satu. Namun, bagi Tzuyu justru es potong itu yang lebih enak. Memang, kualitasnya belum tentu terjamin. Namun, yang ia nilai di sini adalah rasa. Ia heran kenapa orang tuanya selalu mengatakan makanan di pinggir jalan itu tidak bagus. Padahal, menurutnya itu sama sekali tidak benar.

Mata Tzuyu melebar dengan es potong masih dalam mulut. Ia lantas beranjak, membuat Jihyo menghela napas. Entah apa lagi yang akan dilakukan gadis itu. Yang pasti, itu pasti akan cukup memalukan. Ia harus mempersiapkan sesuatu untuk menutup wajahnya kalau-kalau Tzuyu memang mulai bertingkah.

Tzuyu mengulurkan tangan, membuat lelaki di hadapannya mengerutkan dahi. Gadis itu nampaknya cukup membuat Jungkook muak hari ini. Padahal, mereka baru bertemu 2 kali.

Tzuyu menunjuk tangannya dengan mata, berharap Jungkook akan menyambut uluran tangannya. Ternyata tidak. Lelaki itu tetap diam dengan wajah dingin.

"Apa yang kau lihat?" Tzuyu menarik tangan lelaki itu lalu menggenggamnya. Getar itu lantas membuatnya tersenyum. Ia sungguh akan gila jika berlama-lama berdekatan dengan Jungkook. Apalagi, menyentuhny seperti saat ini.

Jungkook melepas perlahan genggaman tangan Tzuyu. "Apa yang kau lakukan?"

"Menggenggam tanganmu. Aku akan ingat hari ini adalah hari pertama aku menggenggam tanganmu." Tzuyu mengakhiri kalimatnya dengan senyum. Ia menatap tangannya, membuat degup jantungnya meningkat. Meski tak halus, ia justru senang karena telapak tangan lelaki itu menjadi saksi betapa Jungkook bekerja keras.

"Tidak jelas." Jungkook berjalan, menaiki tangga yang mengarah ke rumahnya. Ia berdecih saat gadis yang kini menggenggam sebuah es potong, melambaikan tangan sembari tersenyum. Ini sungguh kali pertamanya menghadapi gadis keras kepala dan rasanya begitu risi. Biasanya, gadis-gadis itu mundur begitu tahu Jungkook memberikan penolakan. Namun, Tzuyu justru sebaliknya.

Tzuyu kembali menatap tangannya lalu melompat kegirangan. "Aku menyentuhnya. Aku menyentuhnya!"

"Astaga, Tzuyu. Kau baik-baik saja 'kan?"

"Aku terlalu bahagia, Eonni." Tzuyu merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah surat yang Jisoo tak tahu kapan tepatnya gadis itu membuatnya. "Tolong berikan ini, ya. Aku mohon."

"Astaga, kau benar-benar jatuh cinta padanya?"

"Apa itu tidak boleh? Aku bisa tinggalkan semua yang kupunya untuk bersamanya." Tzuyu tersenyum. Pikirannya mulai melayang, membayangkan senyum manis yang nantinya akan menggantikan raut dingin itu. Ia takkan menyerah sampai benar-benar mendapatkan hati lelaki itu. Jika perlu, ia bisa memberikan rumah, pekerjaan, atau apa pun keinginan Jungkook.

Jisoo membolak-balik amplop berwarna merah muda itu kemudian mengembalikannya. "Percuma, dia akan menolak."

"Ish, coba dulu. Katakan, dari gadis yang dia bilang aneh." Tzuyu memasukkan amplop itu ke saku Jisoo, membuat gadis itu terpaksa menerima. Diterima atau tidaknya oleh Jungkook, ia akan pikirkan nanti. Ia tak mau melihat Tzuyu sedih. "Ah matta, aku lupa berapa jumlah anak yang ada."

"Kau mau memberi mereka alat sekolah lagi? Tzuyu, yang sebelumnya masih bagus. Itu tidak perlu."

"Aku akan memberikan hal yang lain. Ayo, aku harus tiba di gerbang sebelum jam lima. Hyeri Eonni pasti akan marah jika aku terlambat. Aku tidak mau jika harus berpisah dengan Romeo." Tzuyu mengakhiri kalimatnya dengan cebikan. Namun, matanya tak menyorotkan kesedihan, membuat Jisoo kemudian terkekeh.

Can I Love You? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang