🍁
Pagi itu suasana di rumah benar-benar seribet tali rafia yang gatau mana ujungnya kalo udah jadi satu.
"GLORIA!" Nah kan, baru selesai ngomongnya. Gloria, definisi cewek perfect tapi ga pernah ngerasa perfect. Mata bulat, kulit kuning langsat, pendek, rambut panjang se-pinggang. Bayangin aja sendiri. Intinya cantik banget (kata author).
"Iya, Glori turun!". Setelah bersiap dengan keperluan seragamnya yang benar-benar ribet, She's ready to go.
Sesampainya di bawah kembali ia di suguhkan pemandangan tiap pagi yang harus ia nikmati tentu saja. Ibunya dengan apron merah muda gambar beruang, ayahnya dengan kopi dan Koran di meja makan, kakak perempuannya dengan laptop di depannya, dan adik yang sialnya juga perempuan, yang always ribet sama choki, samoyed kesayangan keluarganya.
"Eyooo!!!!" sapa Gloria yang kemudian bergabung di meja makan untuk menyantap sarapannya. "Listen up!" sahut sang adik, "No matter what they say, no matter what they do!!!! HUEHHHH!!!"
"Hush! Mulutnya. Ga baik cewek teriak-teriak di meja makan. Ga sopan. Choki jantungan nanti" nasihat sang ayah. "Pagi-pagi itu harus semangat ayah, jangan lempe kayak Kak Shani tuh. Depan laptop sampe juling. Yakali tiap pagi, siang, sore, malem, sampe subuh laptop teros"
"Diem lu bocil. Besok kuliah tahu rasa. Nikmatin awal masuk SMA-mu tuh, bacot bener. Heh Glor! Adek kau tuh, cakap tak benar"
"Glar glor glar glor paan. Gua diem. Panggil lengkap dong...GLORIA. Bunda! Kak Shani panggil Gea Glor masa?" adu Gloria yang dari tadi diem nontonin drama pagi, yang terpaksa ikutan nge-drama. Sial .
Bunda cuma bisa geleng kepala tentu saja, "sudah.. Sekarang makan dulu baru ribut. Bunda suka keributan. Mwueheheh"
Kita skip dulu kegiatan sarapan keluarga Kim yang ga ada tenang-tenangnya itu. Setelah selesai dengan sarapannya, Glori udah siap buat berangkat ke sekolahnya. Gloria itu emang moodboster parah di keluarganya, tempat curhat keluarganya, anak tengah keluarganya, ceria 24/7 di keluarga dan teman-teman dekatnya. Tapi bukan berarti dia ga punya masalah di hidupnya. Dia punya, tentu saja.
"Dek, kayaknya kakak habis ini bakal milih tinggal di apartemen ayah" awalan obrolan yang membosankan batin Glori. "Wht's wrong? Mau jadi mandiri eoh?"
"Lah, karena kakak fokus ke skripsi sama pelatihan buat nerusin perusahaan ayah, jadi harus fokus dan gak ke ganggu sama satan cilik macam lu pada"
Belum sempat Gloria nyahutin, suara sang ayah menyela obrolan yang ada "Shania, Gloria, kemari. Ayah ingin berbicara sebentar sebelum kalian berangkat"
Keduanya mulai berjalan mendekat untuk mendengarkan hal serius apa yang ingin ayahnya bicarakan, melihat jarang sekali mereka saling mengobrol. Ayah yang sibuk dengan pekerjaannya, dan keduanya yang sibuk dengan pendidikannya.
"Ayah tau, kesalahan fatal yang ayah lakukan tidak akan pernah kalian lupakan" jelas sang Ayah yang memulai obrolan setelah kedua putrinya duduk diam di hadapannya. "Dan ayah bersyukur, kalian belajar memaafkan ayah. Bahkan, menerima ayah kembali"
"To the point. Can you?" sahut Shania. "It's okay ayah. Hahaha, biarkan yang lalu jadi pelajaran. so? Ayah mau bilang apa?" Iya, itu Gloria yang menimpali. Ia tau, sangat sulit bagi kakak nya terutama bundanya selama ini, menerima si tua yang gatau malu di depannya ini, yang sialnya adalah ayahnya. Namun, keadaan terus membaik karena mereka mau belajar memaafkan. Terkadang memang sulit, namun belum tentu tidak dapat.
"Ayah sudah bicarakan ini dengan bunda kalian, kakakmu juga sudah tau tentang keputusan ini"
"apa yang Gea gatau? Sedangkan kakak tau?"
Ayahnya tersenyum sebentar sebelum melanjutkan. Dengan penuh kewibawaan yang ia miliki, ia melanjutkan " Ayah sudah tua dan perusahaan yang ayah pimpin tidaklah banyak. Ayah tau, bahwa seorang perempuan selalu di remehkan karena pengenalan tentang kelembutan yang mereka miliki. Tapi ayah juga tau, karakter anak-anak ayah yang bisa ayah andalkan untuk bisa memimpin. Kakakmu akan memulai berlatih nak, dan ia juga ayah suruh tinggal di apartemen ayah. Dan kau bisa memilih akan masuk ke Universitas yang kau inginkan. Tapi, kau juga akan berlatih untuk membantu memimpin perusahaan ayah yang lain. Jadi, kau juga bisa tinggal di apartemen punya ayah yang lain. Sedangkan adikmu akan ayah didik di rumah bersama bunda. Ayah mengambil keputusan berat ini untuk kebaikan kalian"
Tentu bukan hal yang mengejutkan bagi Gea bahwa saat ini akan terjadi dalam hidupnya. Cepat atau lambat pasti akan terjadi. Waktu itu terus berjalan. Jangan lupa untuk itu
"OH?! Tentu ayah! Gea tidak keberatan"
"Kalian memang bisa ayah andalkan. Berangkatlah dan belajarlah dengan benar" jawab sang ayah.
Menjadi dewasa tidaklah se-menyenangkan saat kita membayangkannya sewaktu kecil. Menjadi dewasa artinya "kau harus siap dengan dunia kejam di depanmu"
Setelah percakapan tersebut, Gea tidak berhenti memikirkan seperti apa ke depannya. Iya, itulah kelebihan dan sekaligus kekurangannya. Selalu memikirkan masa depan yang belum ia tau akan seperti apa, bahkan belum ia jalani. Dan disinilah semuanya mulai.
HALLOW TEMAN-TEMANNYA JE!
HUU T_T INI JE REPOST DRI BOOK 1 KARENA KEMARIN JE LUPA SANDI :')
JADI BUAT AKUN LAGII!!
TOLONG KASI VOTMENT KALIANN !!!
Biar Je semangat tulis!
GBU-!
🖊️🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly (나비)
Fanfiction"Bukankah untuk menjadi kupu-kupu yang cantik, dia harus melewati proses yang begitu panjang agar dapat terbang dengan bebas dan indah?"