"Hoseok menghubungimu?"
"Ya.. dia mengatakan ada beberapa bukti yang dapat menyudutkan Serin." Seokjin memejamkan matanya sejenak untuk membuang sedikit rasa risaunya lalu menatap Yoongi.
"Mereka.. baik-baik saja, 'kan?"
Yoongi menoleh, tatapannya jatuh pada Jungkook yang tengah mengajak bermain Seungji. Ia dapat mendengar suara Hoseok yang sedikit gugup. Yoongi tahu, semua ini belum baik-baik saja.
"Kuharap seperti itu." Yoongi tak ingin membuat Seokjin semakin khawatir, ia tahu Seokjin sudah terlalu lelah untuk merasa khawatir. "Kau sudah memasak? Maaf Seungji sedikit rewel sehingga aku tidak bisa turun ke dapur."
Seokjin tersenyum mengangguk, ia tentu memaklumi. Ketika Jungkook masih begitu kecil, sepertinya Seokjin bahkan sedikit lebih repot dibanding Yoongi. Jungkook tidak bisa ditinggal sendirian, bayi Jungkook bahkan harus selalu digendong dan tak ingin berpisah dari Appanya.
"Karena kau sudah memasak, aku akan menyuapi Jungkook. Kau bisa beristirahat, Seokjin."
Ketika Seokjin baru saja duduk, dirinya menoleh terkejut ketika mendengar beberapa penjaga Namjoon berlari dan mulai berdiri pada tiap titik yang lebih ketat dibanding kemarin. Ia bahkan dapat mendengar pintu gerbang terbuka dan turun beberapa penjaga yang lain. Seokjin pun dapat mendengar suara ponsel Yoongi yang terus bordering.
"Yoongi, apa yang terjadi?"
"Aku akan menerima panggilan dari Hoseok, dan setelahnya aku akan mengatakannya padamu. Jungkook-ah, makan dengan Appa ya?"
.
.
.
Hoseok mencengkram erat tangannya, sedari tadi ia berjaga di depan rumah Namjoon, duduk dengan tegang di dalam mobil dengan 3 orang lainnya yang sudah berjaga. Baru saja ia menghubungi salah satu pekerjanya untuk meningkatkan status siaga penjagaan di villa di mana terdapat suaminya dan juga Seokjin.
"Bogum sudah bersiap, bukan?"
"Ya. Kami sudah menempatkan mereka pada titik yang sudah anda jelaskan, Tuan Jung."
"Namjoon masih belum memberikan sinyal, sekalipun sungguh aku sangat khawatir dengan suara tembakan tadi. Tapi kita harus menunggu."
Sedari tadi Hoseok terus mendengarkan dengan seksama percakapan Serin dan Namjoon. Wanita itu tidak bisa ditebak—Hoseok takut jika penyembunyian Yoongi sudah diketahui Serin. Wanita itu pintar sekali bersikap seolah tidak tahu apapun.
Dan Hoseok harus menghubungi Yoongi, mengatakan jika dirinya hanya ingin menambah beberapa penjaga. Mengatakan semuanya baik-baik saja, mengatakan jika dirinya sangat merindukan Seungji. Sangat. Ia sudah ingin bertemu anaknya dan berharap semua berakhir dengan baik.
File milik Namjoon juga berada ditangannya—maka jika terjadi sesuatu pada sahabatnya, hidup Serin juga akan berakhir.
.
.
"Kim Seokjin.. apartemen Gongdo lantai 74, oh tentu mainan dinosaurus milikmu pastinya milik si kecil Jungkookie? Ah wajahnya sangat menggemaskan, aku pernah melihatnya bermain di taman."
Namjoon semakin mengepalkan tangannya, matanya seolah menyala api yang membara, membuat seluruh tubuhnya panas. Serin bersikap begitu santai di depannya.
"Aku sudah lama melihatmu bersama pria itu, Namjoon. Tapi aku baik, aku membiarkanmu. Seharusnya kau berterima kasih aku tak pernah mengusikmu."
Namjoon hanya terdiam, terdiam total dengan bibir yang terkatup rapat. Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya dan Namjoon tidak tahu apa yang harus ia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Night, is You
FanfictionJadi, apa pilihanmu, Gubernur Kim? Namjinkook mpreg Rated : M