The Four Men (3)

11 3 2
                                    

"Kamu sadar kan rambut sama matamu sangat berbeda di antara semua orang yang pernah kamu lihat? Itu karena kamu nggak datang dari sini. Dan kamu beda dari kami Nan." kata Pak Farma di saat makan malam, "om gak tau om boleh kasi tau ini atau nggak, om juga gak tau papamu pernah kasi tau kamu atau nggak."

"Apa itu om?" tanya Nancy bertanya-tanya
"Kamu anak adopsi, makanya gak ada mirip-miripnya sama papamu, papa mu belom nikah" jawab Pak Farma dengan santainya. Uisa pun yang sedang minum, langsung menyemburkan airnya ke muka ayahnya, Nancy juga tersedak kangkung.
"Gak usah lebay," kata Pak Farma, sambil mengelap mukanya
"Tapi ayah, gak usah ketus gitu dong..."(mukanya berubah kayak emot batu) kata Uisa
"Mau gimana lagi? Nancy harus tau kenyataannya dong"
"Tapi gak perlu gitu juga dong ayahhh"
"Mau tau yang lain? Keluarga Nancy semuanya udah meninggal."
"YAH ITU UDAH PASTI AYAH, TAPI GAK PERLU NGOMONG GITU DONG!" Uisa mengangkat nadanya kepada ayahnya.

"Gapapa kok Ui, aku juga nggak terlalu kaget," jawab Nancy, tidak terlalu terkejut
Farma pun melanjutkan kalimatnya, "tapi tenang, om bakal kasi tau kamu satu hal lagi"
"Awas aja ayah ngomong aneh-aneh ya, walaupun benar" kata Uisa
"Iyaa nggak kok," lanjut Pak Farma sambil melihat Nancy, "orang tua mu meninggalkan satu hal untuk mu, sebagai dari keluarga Necromancer terakhir-- ayahmu memberikan sabit, sabitnya ada paman simpan. Tapi nanti aja ya, kita makan dulu."

Akhirnya, semuanya lanjut seperti itu saja, Pak Farma tidak jelas menggantungkan pembahasannya, tanpa memikirkan perkataannya sama sekali, tanpa mempertimbangkan apa pun. Dan malam itu pun berlalu. Pada hari yang kelima, berita duka datang, sebab Pak Furcht harus meninggal dunia, dia hanya memiliki patah tulang, tetapi imun tubuhnya menurun, dan pendarahan terjadi sebab ada retakan tulang yang mengenai pembuluh darahnya. Kesehatan Pak Dunkbar juga menurun. Pak Undakbar dan Pak Glucklich sudah mulai membaik, tetapi di antara semuanya, kondisi Pak Glucklichlah yang paling prima, dan dia sudah boleh pulang.

"Pak Glucklich, aku turut senang bapak bisa sembuh dengan cepat," kata Nancy dengan senyuman manis di wajahnya.
"Terima kasih ya Nancy, bapak juga bisa cepat sembuh gini karena banyak orang-orang baik yang membantu bapak," kata Pak Glucklich, "terutama Nancy, HAHAHHAA"
"Tapi kayaknya memang benar kata bapak, hati yang gembira adalah obat, pas sampai ke sini, keadaan bapaklah yang paling kritis dan Pak Furcht yang paling ringan, tapi kita malah kehilangan Pak Furcht duluan. Bukan maksudku bagusan Bapak yang meninggal duluan.... tapi ya....."
"Iya bapak mengerti, gapapa, Nancy sendiri juga harus ingat ya, kalau Nancy sakit, kamu harus selalu gembira dan lawan penyakit, ok?"
"Siap pak," kata Nancy dengan semangat. Pak Glucklich menjenguk temannya yang lain, memberikan salam terakhir untuk Furcht, dan jalan pulang memberi kabar baik bahwa dirinya sudah sembuh kepada keluarganya, dan penduduk yang ada di desanya.

Pada hari yang ke-6, Undakbar sudah sembuh dan langsung pulang, tanpa mengucapkan terima kasih, sebab pikirnya "penyakitku cuman penyakit ringan kok sebenarnya, gak perlu kesini, dirumah aja juga ok. Tapi ya udahlah, bagus juga aku gak perlu keluar biaya apa-apa," saat itu pak Dunkbar sudah pulih, dan seharusnya bisa pulang esok harinya. Dan memang demikian, pada pagi hari, Dunkbar sudah boleh pulang. Dunkbar berterima kasih dengan sangat, sangat terlihat mukanya penuh dengan ucapan syukur.

"Ini mungkin hal yang biasa Ui, Nan, tapi, orang yang memiliki hutang 1000 keping emas kepada sesamanya akan lebih bersyukur saat hutangnya terbayar ketimbang orang yang berhutang 100 ke raja dan dibayar lunas. Dan makanya itulah, orang yang sakit parah, akan lebih bersyukur ketimbang mereka yang menganggap dirinya mampu. Ayah sadar ayah termaksud mereka yang mampu, tapi dalam segala hal, ayah tetap mau bersyukur walaupun dari hal kecil sekalipun." kata Pak Farma sambil melihat Pak Dunkbar pulang dengan sukacita. Semuanya dapat melihat di gerak-gerik kecil Pak Dunkbar betapa bahagianya dia saat dia berhasil sembuh dari penyakit yang dapat merenggut nyawanya.

sekitar jam 7 malam

Nancy berlari sekencang mungkin bersama Uisa ke arah rumah Nancy di hutan, mereka berlari sekencang mungkin, berlari dari kobaran api yang menyambar seperti serangan naga, apinya mencium langit begitu tinggi, dan panasnya seakan-akan membakarmu hidup-hidup. Saat itu keadaannya Pak Woodz sedang melakukan mandi malamnya dengan bunga mawar, itu adalah saat-saat yang Pak Woodz paling suka, mandi dengan kelopak mawar, mawarnya sangat wangi sehingga bau asap dari terbakarnya desa pun tidak tercium di rumah hutan, walaupun angin bertiup ke arah hutan.

*********

"CEPAT, CARI PEREMPUAN BERAMBUT PERAK DAN MATA HIJAU ITU, KITA HARUS MENDAPATKANNYA SEBELUM DI DAPATKAN OLEH ORANG LAIN," seru seorang dengan baju zirah biru.

Lalu datang pasukan lain, yang dipimpin oleh orang yang tertutup satu matanya, mencoba untuk menangkap Nancy juga, mereka memporak-porandakan desa, membakarnya, membunuh para pria, dan menculik setiap perempuan muda di sana. Banyak pria yang bertahan dan mempertahankan desa, tetapi, penduduk desa kalah jumlah melawan mereka. Pak Farma langsung menyuruh Uisa dan Nancy untuk kabur ke rumah di hutan, dan panggil Pak Woodz untuk melindungi desa.

Dan kedua gadis itu melakukan sesuai yang diperintahkan Pak Farma.

"PAPA PAPA !!!! PAPA PAPA !!!!" teriak Nancy selama ia berlari, Uisa terus menemani Nancy berlari, walaupun ia dapat berlari lebih kencang, sebab dia tidak ingin meninggalkan sahabatnya itu. Setibanya mereka di rumah hutan, Pak Woodz baru selesai keluar kamar mandi.

"AAAA," terial Pak Woodz dengan cempreng melihat kedua gadis itu menghampirinya yang hanya dengan handuk, "Kalian ngapain tiba-tiba ada di sini? Nancy bikin kacau? bagus lain kali kamu gak usah nginap lagi, beban nanti, sama papa aja di sini. Eh.... kalian kenapa kayak lari dari kebakaran hutan?" dan dari saat itu pun, Woodz sadar dengan bau asap yang begitu menggumpal masuk melalui pintu rumah yang belum ditutup oleh kedua gadis itu.

"Kalian sekarang bantu papa untuk jaga tebang beberapa pohon, biar apinya stop menyebar,"
"Tapi om," kata Uisa dengan nafas terengah-engah"
"Enggak kalian pasti bisa," Woodz memotong kalimat Uisa
" INI BUKAN KEBAKARAN HUTAN OM, DESA DISERANG!!!!" kata Uisa meneriaki Woodz
Woodz pun langsung mengambil kapaknya dan lari dengan gegas ke arah desa. Setibanya di desa, Woodz langsung mencari Farma, dan saat Woodz dan Farma bertemu.

"Kenapa ini Far?" tanya Woodz
"Mereka udah tau tentang anakmu, dan mereka sekarang ngincar anakmu, yang lain lagi bertarung di depan, sekarang kita harus bantu, sebentar lagi Sord akan datang." jawab Farma
"Jadi... kita harus beraksi kayak dulu?" tanya Woodz sambil menyenggol pundak Farma
"Tepat sekali, seperti dulu."

Things We Won't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang