Datuk Setyo duduk sendiri di pelantaran gubuk tempatnya beristirahat bersama Raga. Di sana, dirinya sedang duduk sendiri dengan ditemani satu teko teh herbal yang ia buat sendiri.
Tatapan Datuk Setyo lurus ke depan. Entah apa yang dipandangnya. Tapi yang pasti pikirannya saat ini sedang kacau memikirkan ancaman Yena. Apalagi soal ucapan Yena yang akan pergi mencari makan.
“Apa dia akan memangsa penduduk desa sebelah?” gumam Datuk Setyo cemas. Lalu meminum tehnya kembali, yang sudah hampir dingin, dengan tangan gemetaran.
Di lain tempat di kondisi serius yang hampir sama, Abra baru sampai di kerajaan saat tengah malam. Dirinya sebenarnya akan memberikan laporan dan temuan mengejutkannya ini pada Raja Mada, besok. Namun karena kedatangannya sudah dinantikan Raja Mada sampai-sampai Raja Mada belum kembali ke Wisnu Agung hanya demi menunggu kabar darinya. Abra pun sesegera mungkin menemui penguasa tanah Dewa itu.
“Sembah hamba, Raja Mada,” hormat Abra dengan tubuh dan kepala yang tertunduk.
“Berikan laporanmu, Abra!” kata Raja Mada dengan suara penuh wibawa.
“Kami menemukan jasad Volka dalam keadaan utuh, Rajaku. Tapi ada keanehan yang kami temukan pada jasadnya,” jelas Abra.
“Jelaskan.”
“Pada bagian leher bekas penggalan. Terlihat ada serabut rambut berwarna hitam. Kami belum tahu benda apa itu, Rajaku. Lalu, kami juga menemukan lubang galian dibalik jasad Volka.” jelas Abra.
“Lalu bagaimana dengan Ki Ade? Apa dia ada penjelasan soal temuan ini?” tanya Raja Mada lebih lanjut.
“Tidak ada Rajaku. Ki Ade mengaku tak tahu apa-apa soal temuan ini. Dia juga menjelaskan kalau tidak menemukan keanehan yang terjadi pada makam Volka sebelum penggalian tadi.”
Raja Mada mendengar dengan serius.
“Lalu dimana jasad itu sekarang?”
“Ada di ruang pemulihan, Raja. Saat ini jasadnya sedang dalam pemeriksaan para tabib,” jawab Abra.
Raja Mada berdiri. “Kalau begitu bawa aku ke sana untuk melihat kondisi jasad itu!”
“Baik, Raja.”
***
Di ruang pemulihan, Raja Mada melihat sekaligus memeriksa jasad Volka yang membusuk dan hampir habis di makan organisme-organisme kecil yang menghuni liang lahat.
Ki Daus, salah satu tabib kerajaan mendekati Raja Mada. Dirinya menyampaikan hasil pemeriksaannya bersama tabib lain yang belum selesai sepenuhnya. Lantaran mayat Volka ini baru sampai di ruang pemulihan saat Abra memberikan laporannya pada Raja Mada.
“Dilihat sekilas, jasad ini memang terlihat seperti jasad manusia pada umumnya, Raja. Tapi saat kami melihat bekas penggalan dilehernya. Kami menemukan ada serabut hitam yang aneh, yang melekat kuat, seperti sudah menyatu,” jelas Ki Daus.
Raja Mada melihat serabut hitam itu. Sebelum kemari, Abra tadi juga sudah memberitahu akan hal ini.
“Lalu, menurutmu, benda apa itu?”
“Hamba kurang begitu yakin. Tapi kami menduga jika serabut hitam ini adalah akar pohon.”
Kening Raja Mada dan Abra jadi mengerut mendengar itu.
Raja Mada melihat dan menyentuh serabut itu kembali untuk memastikan ucapan Ki Daus. Dan dia bisa merasakan bahwa jawaban Ki Daus benar. Tapi, bagaimana bisa ada serabut akar yang melekat disana. Terlebih lagi, akar itu seperti menyatu dengan tubuh Volka.
Guna mengetahui kejelasan jasad Volka yang memiliki keanehan, Raja Mada menggunakan ilmunya.
Raja Mada menempelkan dua telapak tangannya setinggi dada. Dirinya lalu memejamkan mata dan mulai menggumamkan mantra. Tak berselang 5 detik, tangan Raja Mada mengeluarkan cahaya. Cahayanya begitu terang dan berwarna kuning keemasan.
Selesai mengucapkan mantra, Raja Mada mengarahkan tangan kanannya ke bagian dada jasad Volka. Semua orang yang ada disana menyaksikan apa yang Raja Mada lakukan dengan penuh rasa penasaran.
“Ini bukan jasad Volka. Ini hanya tanaman. Dan serabut hitam itu bagian dari tanaman ini!” ungkap Raja Mada dengan nada datar.
Abra dan para tabib yang mendengar ucapan Raja Mada, merasa terkejut dan hampir tak percaya dengan apa yang Raja Mada katakan barusan. Karena dilihat dari berbagai sudut, mulai dari struktur tulang, daging yang membusuk serta rambut Volka yang masih lebat. Sangat menjelaskan bahwa jasad ini adalah jasad manusia.
Namun tak ada yang berani berkomentar atau menyangga ucapan Raja Mada. Karena mereka tahu kemampuan pengamatan dan penglihatan raja Mada yang luar biasa.
“Abra?!” panggil Raja Mada.
Abra langsung bersimpuh di hadapan Raja Mada.
“Sembah hampa, Rajaku.”
“Pergi ke Pasukan Elang. Minta mereka untuk mengabarkan kabar tentang jasad Volka ini ke berbagai penjuru kerajaan di Nusantara. Katakan juga kalau Volka telah hidup kembali,” perintah Raja Mada.
“Baik, Rajaku,” jawab Abra langsung menjalankan perintah penting itu.
Setelah memberi perintah pada Abra, Raja Mada menatap kepala tabib.
“Jasad palsu ini, bisa kalian pelajari lebih lanjut. Cari tahu kenapa tanaman ini bisa berbentuk menyerupai jasad asli.”
“Baik Rajaku, akan kami lakukan dengan segenap kemampuan kami,” jawab Ki Daus.
“Baiklah, akan aku tunggu hasilnya jika sudah selesai.”
Setelah memberi perintah pada para tabib, Raja Mada kembali ke Wisnu Agung miliknya. Ia mengambil salah satu batu sakti miliknya. Yang memiliki corak berwarna hitam pekat. Serta memiliki kekuatan alam yang cukup besar.
Raja Mada menempelkan batu hitam itu pada cincin yang ia gunakan. Lalu keluar dari Wisnu Agung.
“Soka, aku akan bersemedi sebentar di Candi Purwa. Kau berjaga-jagalah,” perintah Raja Mada pada pengawalnya yang sedari berdiri di depan Wisnu Agung.
“Baik Rajaku.”
Dikawal oleh Soka, Raja Mada menuju candi Purwa. Tempat biasa dirinya bersemedi untuk mencari pencerahan atau pun petunjuk.
***
Di kelilingi lilin-lilin yang memiliki cahaya kuning temaram, Raja Mada duduk bersila di depan sebuah cawan yang terbuat dari kuningan. Matanya ia pejamkan dan kedua telapak tangannya menempel rapat. Kemudian mengambil nafas dalam-dalam dan dihembuskan pelan. Agar bisa mencapai ketenangan dan konsentrasi tinggi.
Setelah meraih semua ketenangan itu, Raja Mada mulai merapalkan sebuah ajian.
“Sukmaku, Sukma Langit. Aksaku, Aksa Langit. Perlihatkan Apa yang tak terlihat. Dengan ilmuku. Pancasona!”
Setelah selesai merapalkan ajian tersebut. Raja Mada membuka matanya pelan. Iris matanya yang hitam pekat berubah menjadi merah. Dan pupilnya jadi menajam seperti Harimau. Dan bersamaan dengan itu cawan berisi air di hadapannya menampilkan sebuah lokasi. Dan terlihat ada beberapa gerombolan orang. Namun belum sampai Raja Mada mendapatkan lokasi pasti dari penampakan di dalam cawan itu. Dan siapa-siapa saja yang terlihat di sana. Tiba-tiba sebuah kabut hitam muncul dan menutupi gambaran dalam cawan itu.
“Apa ini?” Raja Mada menatap cawannya dengan kening berkerut heran.
Ini pertama kalinya bagi Raja Mada mendapatkan gangguan seperti ini.
Tak menyerah, Raja Mada mencari cara agar bisa melihat keberadaan Volka. Mulai dengan mencelupkan batu hitam di cincinnya. Sampai memakai beberapa pusaka kerajaan lain untuk mengumpulkan kekuatan lebih besar, tapi tetap saja, kabut hitam itu tak mau menghilang.
“Sepertinya, kau memiliki sekutu yang kuat. Sungguh sangat merepotkan!” geram Raja Mada.
Raja Mada lalu keluar dari Candi Purwa setelah mendapatkan kegagalannya untuk mencari tahu keberadaan Volka. Dan segera memberi perintah pada semua Adipatinya untuk menjaga setiap penjuru Tanah Dewa, agar mencegah terulangnya kembali kejadian di Benteng Madura kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)
Mystery / Thriller21+ Diharap bijak dalam memilih bacaan. Cerita ini mengandung banyak adegan kekerasan dan kanibalisme. Yang enggak kuat di harap meninggalkan cerita ini sebelum isi perut kalian keluar. Dendam Yena belum usai. Ia yang masih lemah dan tak paham akan...