Aroma obat khas rumah sakit, sudah sejam lebih dihirup Jeonghan. Sejak pulang sekolah, gadis itu langsung pergi ke rumah sakit. Dia menemani Jaehyuk yang tengah tertidur pulas. Tak jarang, hati Jeonghan terenyut lagi dan lagi. Matanya tak kuasa menahan butiran air bening, melihat luka jaitan yang ada di sekujur tubuh Sang adik. Tapi anehnya, visual anak bungsu keluarga Yoon itu masih tetap tampan.
"Jaehyuk ... Lo harus kuat ya, cepet sembuh ... biar kita bisa pulang. Bukannya lo benci ada di rumah sakit?" gumam Jeonghan. Dia duduk di samping ranjang Sang adik, dengan kedua tangan yang bertautan pada salah satu tangan Jaehyuk.
Melihat tak ada pergerakkan dari Jaehyuk, selain bernapas. Otak Jeonghan jadi memikirkan memori lamanya. Semua perkataan Jaehyuk terngiang-ngiang di otaknya.
"Kak, kalau suatu saat gue pergi ninggalin kakak. Kakak mau 'kan pacaran sama Kak Seungcheol. Kalau bisa, nikah aja sekalian."
Jeonghan tersenyum miris, kenyatannya ... dulu dia dan Seungcheol begitu mudah disatukan. Hanya karena tak mau mengalah satu sama lain. Dan sayangnya, itu juga berlaku untuk pemisahan. Kedua orang ini begitu mudah diputuskan. Hubungannya sangatlah rapuh.
"Gue cape Kak, liat kalian musuhan terus. Gak ada niatan damai apa?"
Mengingat Jeonghan dan Seungcheol yang jarang berdamai, Jeonghan tiba-tiba merasakan perasaan kosong di hatinya. Perasaan di mana dia terbiasa melakukan sesuatu, dan sesuatu itu kini sudah tak dia lakukan lagi.
"Sehari gak berantem, rasanya ada yang kurang," monolog Jeonghan.
"Pacaran aja, dibanding musuhan. Gue harus pastiin, sebelum gue pergi ... kakak harus punya pasangan kayak Kak Seungcheol."
"Kak Seungcheol itu baik, ganteng, kaya, pinter, kuat ... apasih yang kakak benci dari dia."
Jeonghan tertegun, ketika dia mulai membuka hatinya lebar-lebar untuk Seungcheol ... Mengapa juga adiknya yang kini bermusuhan dengan adik Seungcheol?
"Putusin Si B*bi Seungcheol sekarang! Atau ... Kakak mau, liat gue mati putus asa, karena harus sodaraan sama si tukang nikung!"
Kepala Jeonghan jatuh perlahan, pada ranjang Sang adik. Tangannya masih tetap memegang erat, tangan Jaehyuk. Sementara matanya tak pernah berhenti mengeluarkan cairan bening. Oke, untuk kebahagian harta karunnya, Jeonghan rela membuang kebahagiannya sendiri.
"Kak Jeonghan ..."
Usapan lembut mengenai rambut kepala Jeonghan. Begitu juga dengan satu tangan yang membalas genggaman tangan Jeonghan. Jeonghan segera mengangkat wajahnya, melihat Jaehyuk perlahan membuka kelopak matanya.
Dengan susah payah, anak bungsu keluarga Yoon itu mengangkat kedua tangannya. Hanya untuk dia arahkan pada wajah Jeonghan. Jaehyuk, mengusap lembut air mata Sang Kakak. Dia tersenyum kecil, tak mengira jika Jeonghan yang kuat bisa menangis juga.
"Jangan nangis ... Kakak ganggu waktu istirahat gue," protes Jaehyuk.
Masa bodo dengan protesan Jaehyuk, Jeonghan malah semakin menangis kencang ... diiringi cegukan. Dia beberapa kali memukul kepala, berharap ini semua bukan mimpi.
"Cup cup cup, harusnya gue yang nangis ... semua tubuh gue sakit ... bukan malah Kakak yang nangis," ledek Jaehyuk.
Jeonghan membalas, "Maaf! Maaf! hiks ... hiks ... hiks ...."
Jaehyuk mengernyit, tubuh atasnya perlahan mulai beranjak dari tidurnya. Dia memeluk Jeonghan, dengan kedua tangan yang mengelus punggung kakaknya itu. "Ini salah gue, harusnya dengerin omongan lo. Jadi, gue yang harus minta maaf."
Untuk beberapa saat, Jeonghan tenang ... merasakan pelukan hangat adiknya itu. Mereka berdua baru melepas pelukannya, saat mata Jaehyuk melihat gadis bersifat robot dari jepang, dan musuhnya saat ini.
"Ngapain si B*bi itu ke sini, pake jalan bareng sama Sahi gue lagi!"
Wonwoo sekarang sudah bisa bernapas lega, dengan kedua kaki yang bebas menginjak tanah. Bibirnya melengkung, karena ternyata kedua orang tuanya tak marah. Mereka malah meminta maaf, karena dulu pernah mengabaikan Wonwoo. Ya, Wonwoo berani mengungkap kebohongnya. Ini semua karena Kim Mingyu.
Oh ya, perihal Mingyu yang sok kenal pada kedua orang tua Wonwoo. Sebenarnya mereka memang sudah kenal, saat Wonwoo masih Sd dulu.
"Kamu ... Gyugyu, si cengeng yang pernah ngompol di celana itu 'kan?" tanya Papa Jeon.
Mama Jeon menyambung,"Oh! Adek kelas Wonu yang katanya cinta mati sama Kak Wonunya~ sampe pengen nikahin Wonu, terus maksa-maksa jadi calon menantu Mama!"
"Iya iya! Bocah SD yang sering Wonu ajak main ke rumah, gara-gara ortunya sibuk kerja itu!" ingat Papa Jeon diiringi tawaan lebar.
Mingyu tersipu malu! Sangat malu! Kenapa juga pengalaman pertama bertemu dengan calon mertua, begitu sangat memalukan. Mingyu menyebut kedua orang ini sebagai 'Mama Papanya kedua' karena sejak kecil memang itu panggilannya. Itu pun setelah Mingyu memaksa dengan menangis super super kencang. Untung saja, kedua orang tua Wonwoo malah menyanggupinya.
Wonwoo sekarang pergi ke cafe yang dia janjikan dengan Mingyu. Niatnya, dia ingin menjawab pertanyaan Mingyu, mengenai percomblangannya. Sayang, begitu membuka pintu cafe, hati Wonwoo memanas. Melihat kelakuan asli playboy Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌼CHAN COMBLANG |Svt Gs|[✓]
Fanfiction❝Gue itu Comblang, bukannya tim katak*n putus!❞- Lc ❝Kak Dino! Comblangin kedua Kakak kurang akhlak kita!!!❞ - Chs&Yjh ❝Ck, Dia itu cuman pacarnya doang! bukan istri! Biarin aja dia pacaran sama gebetan gue, tapi di akhir ... gue yang bakal jadi ist...