10 Day's with Chikara and Greshan

2.5K 291 12
                                    

0. Cangcorang si Mak Comblang

***

"Jadi pacar Gracia selama sepuluh hari."

Shani mengumpat dalam hati, menyesal sekali sudah ikut permainan tak jelas yang dilakukan teman sekelasnya, saat guru tiba-tiba pergi seperti ini. Juga sangat menyesal karna sudah memilih dare. Kalau tau tantangan yang diberi Eli akan seperti ini, lebih baik ia memilih truth tadi.

Lagian sebagai ketua Organisasi Siswa, harusnya Shani tadi menenangkan teman sekelasnya agar tetap diam dan tertib. Namun apa daya, teman sekelas yang dominan diisi siswa bobrok membuat Shani kualahan.

Apalagi paksaan Eli yang bersikeras mengajaknya untuk ikut andil saat Eli ingin memutar botol.

Juga malu rasanya ketika melihat ekspresi terkejut dari gadis yang tingginya tak seberapa, duduk bersila tepat di depan Shani. Shani dan Gracia memang beda kelas, tapi dipelajaran bahasa hari ini dua kelas unggulan itu digabung.

XII MIPA.1 digabung dengan XII IPS.1.

Sangat jarang terjadi. Entah ada dorongan apa, guru bahasa mereka menyatukan dua kelas yang bahkan gedungnya terpisah ini. Dan dengan ini juga Cangcorang, perkumpulan genk yang terkenal dengan kebiasaan menjodoh-jodohkan murid di SMA 48. Sebenarnya genk dengan empat anggota itu sudah sejak lama menjodoh-jodohkan Shani dan Gracia, namun tak berjodoh-jodoh. Alias, tak jadian. Hingga dengan nekat, Eli si ketua genk melakukan aksi ini.

Gracia juga begitu. Kini merasa sangat sedikit beruntung karna Gita merupakan teman sekelasnya. Gita ini si kalem namun tergabung dengan cangcorang, yang tentunya sudah bersekongkol dengan Eli.

"Gila aja, engga engga!" Shani menolak dengan tangannya ia silang-silangkan. Menekankan bahwa dirinya tak akan mau menerima dare itu.

Eli menertawakan Shani. "Seharusnya nih, ya. Seorang ketos itu punya rasa tanggung jawab yang gede kan, ya? Mana nih tanggung jawab atas darenya?" katanya dengan senyum ejekan. Tau sekali bahwa Shani ini menjunjung tinggi yang namanya sifat tanggung jawab. Dalam bentuk apapun.

Shani menggeram kesal. "Ahhkk terserahlah!"

Lagian, gak mungkin kan Gracia mau jadi pacarnya. Karna, Gracia berhak menolak. Dia juga tak mendapat dare seperti Shani sebab dari tadi memilih truth. Cari aman, katanya.

Gita menggeser duduknya mendekati Gracia. Gracia sejak tadi hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Gita mendekatkan wajahnya ke telinga Gracia. Membisikkan sesuatu yang membuat Gracia bimbang.

"Terima, Gre. Kesempatan ini mah."

Nah, ini alasannya. Cangcorang menjodohkan orang-orang yang terlihat cocok, juga salah satu diantara dua orang itu harus memiliki rasa. Saat tau jika teman sekelasnya menyukai sang ketua OSIS sekolah ini, Gita dan anggota cangcorang lainnya meng-klaim bahwa Shani dan Gracia itu cocok.

Yang satu tinggi, yang satu engga. Yang satu pecicilan, yang satu kalem. Yang satu pintar pake banget, yang satu biasa aja. Tapi, kedua-duanya cantik, kok.

Gracia saat ini bimbang. Jaim dong, kalau tiba-tiba bilang dia mau jadi pacar Shani. Engga gracia banget. Yah, walaupun kadang anak ini gak ada jaim-jaimnya.

Gita menjauhi kembali tubuhnya dari Gracia. "Gimana, Gre?"

Anak-anak kelas dari IPS maupun IPA bersorak agar Gracia menerima. Membuat wajah Shani semakin menekuk, tak enak dipandang. Tapi masih cantik, kok.

Gracia memasang tampang malu-malu. Padahal dalam hati berteriak senang tanpa merasa malu sedikit pun. Biasalah, dia ini jago akting, lho. Cocok untuk ikut film azab.

"Terserah," jawabnya pelan. Sedangkan teman yang lainnya mencibir.

'Dasar terserahnya cewek'

Eli menepuk tangannya. Mengambil perhatian anak-anak yang tengah berkumpul untuk menatapnya. "Okeh! Sama-sama terserah. Berarti kalian jodoh, sekarang resmi jadian. Jangan lupa PJ-nya!"

***

Sekarang jadwalnya kelas XII untuk istirahat. Untuk saat ini, waktu istirahat setiap tingkat memang dipisah untuk menghindari kerumunan yang terlalu banyak. Apalagi bukan karna virus yang sedang marak.

Siswa terima saja dengan perubahan dan pengurangan jadwal sekolah. Ya, dari pada daring. Yang ada lumutan dirumah dalam keadaan rebahan.

Chika yang kini sudah kelas XI MIPA 1 memang sudah waktunya istirahat, santai-santai saja berkeliaran di kantin. Sedangkan gadis yang lebih pendek sedikit, was-was sambil melihat kiri kanan. Memastikan tak ada guru yang mampir ke kantin. Karna ia rela bolos demi bisa berbicara empat mata dengan Chika.

Ara, ia baru kelas X IPS 3. Ara ini sebenarnya tak terlalu bodoh-bodoh banget. Tapi, entah kenapa bisa diletakkan di kelas paling terakhir. Walau begitu, ketenarannya tak bisa diremehkan. Belum genap satu tahun berada di SMA 48, Ara sudah memiliki cukup banyak fans. Terkenal karna kecantikannya, kekerenannya, keahlian dalam bermain basket, juga kebuayaannya. Jangan tertipu dengan wajah yang kadang tampak polos itu. Gini-gini, dia sekarang punya 3 pacar dan 2 selingkuhan.

Parah emang!

Tapi, tak beda jauh dengan Chika. Wajah yang cantik nyaris sempurna, juga 'gummy smile' yang membuatnya tampak imut. Dibalik wajah cantiknya, ada jurus-jurus buaya yang tersembunyi. Kalau yang satu ini, tekniknya sedikit berbeda. Chika lebih suka menggombal tanpa memberi kepastian. Ghosting kata anak zaman sekarang.

Chika ini juga punya gebetan, lho. Visual gebetannya itu cantik tapi juga ganteng. Sebut saja vivi. Tapi, Chika lebih suka panggil Badrun.

"Gue ga akan mau jadi pacar lo kalau bukan karna mobil kesayangan gue bakalan di ambil sama Muthe kalau gue ga ngelakuin hukuman karna kalah taruhan sama dia!" Ara berbicara cepat dalam sekali tarikan nafas, tanpa jeda sedetik pun. Sudah seperti rapper.

"Tapi maaf, ya. Lo harus jadi selingkuhan eh pacar yang ke ...," Berhenti sejenak sambil mengingat-ingat berapa pacarnya sekarang. Maklum, suka lupa anaknya. "Ke empat!"

"Dan Selamat buat lo. Selamat udah jadi pacar Zahra Nur yang cantik dan keren ga ketolong ini. Beruntung banget deh pokoknya lo itu!"

Tolong ingatkan Ara bahwa gadis yang kini menatapnya datar itu merupakan kakak kelasnya!

Selain pelupa, kepedean, dan buaya. Ara ini juga kadang gak ada akhlak, lho.

"Terserah lo. Gue juga ga mau nerima lo, kalau bukan karna gue kalah main ludo sama Dey," kata Chika datar.

Dey juga Muthe merupakan bagian dari cangcorang. Nah, alasan mereka menjodohkan Chika dan Ara ni ya karna sikap mereka yang hampir mirip. Randomnya juga buayanya. Tapi, diantara mereka ga ada yang punya perasaan. Nekat saja para cangcorang, mereka kepo kalau buaya sama buaya disatuin gimana jadinya.

"Ck, sebenarnya lo seneng kan? Seneng lah, siapa sih yang ga seneng bisa jadi pac—"

"Serah lo!" Chika pergi begitu saja. Cape meladeni Ara yang banyak omong, kepedeannya juga tingkat dewa.

Mending samperin vivi aja deh.

-----

Baru

Untuk cerita yang ini, gw mau ngasih target vote sama komen.

Jumlah target? Rahasia

So, kalau mau cepat update silahkan vote dan komen.

*bukannya mau ngemis voment, dikasih target biar ada waktu luang buat update, tapi juga teratur update.

10 Day's with Chikara and GreshanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang