Bagian Satu.

665 61 26
                                    


Zhang Linghe x Zhai Xiaowen

©claertesquieu

2021

Sesungguhnya, memang bukan pertama kalinya bagi Xiaowen untuk berada di antara sekian banyak lelaki. Dia sudah sangat terbiasa. Tetapi entahlah, kali ini rasanya berbeda. Dia tidak tahu apakah karena apa yang tengah ia jalani sekarang berdasarkan kisah cinta antar lelaki, atau karena sikap lawan mainnya yang begitu hangat. Xiaowen tidak satu dua kali bermain drama dan dipasangkan dengan seseorang, namun entah, Linghe benar-benar membuat perutnya merasa lucu. Tetapi lucunya, Linghe bahkan tidak menjadi cintanya di drama ini.

Senyum itu...Xiaowen tidak pernah merasa cukup.

Dulu, saat dia mendengar jika lawan mainnya adalah Zhang Linghe, Xiaowen sedikit banyak mencari tahu. Sejujurnya, Xiaowen agak terkejut dengan latar belakang Linghe, dia bisa saja menjadi ilmuwan, tetapi dia lebih memilih untuk hidup di bawah sorotan.

Dari sekian banyak foto Linghe yang muncul di pencarian, sangat jarang Xiaowen menemukan fotonya yang tersenyum. Dia terlihat begitu dingin, dan begitu kaku. Xiaowen tidak tahu, apakah karena latar belakangnya yang orang sains sehingga membuatnya seperti itu, atau memang dia belum memiliki cahaya hidup?

Bagaimanapun, Xiaowen mau tidak mau harus berusaha melelehkan gunung es jika ia ingin kegiatan mereka berjalan dengan lancar.

Namun siapa sangka jika aura dingin yang Linghe pancarkan hanyalah lapisan luar? Linghe adalah orang yang hangat, dan begitu murah senyum. Tidak terhitung berapa kali Xiaowen dibuat takjub oleh senyumnya yang indah-dan sesungguhnya sampai saat ini Xiaowen masih belum terbiasa menerima senyum Linghe yang begitu memesona.

Sangat tidak menolong ketika karakter yang Linghe perankan adalah seseorang yang telah mencintai karakternya selama delapan ratus tahun-setidaknya begitu kisah aslinya. Namun tim adaptasi laga mengubahnya menjadi seorang hamba yang telah beriman dan masih akan selalu beriman pada karakternya sejak delapan abad lalu hingga bahkan dia sudah tidak lagi seorang manusia. Sebuah keimanan dan penghormatan absolut.

Dan Linghe...dia memerankannya dengan begitu baik-terlalu baik, dia mampu mengantarkan tatapan penuh kehormatan dan keimanan seperti saat pertama kali mereka bertemu delapan ratus tahun lalu. Dia begitu lihai menyampaikan perasaan lewat setiap tatapan yang ia berikan, seringkali membuat dirinya salah tingkah. Linghe benar-benar terlihat seperti seseorang yang merindukan sosoknya selama delapan ratus tahun. Tidak jarang, hatinya turut berdebar.

Hari ini kembali mereka saling berlaga, Xiaowen dengan jubah polos putih dan Linghe dengan jubah kebesarannya yang berwarna merah. Linghe berperan menjadi Hua Cheng hari ini, dan jika Xiaowen boleh jujur, Linghe sebagai Hua Cheng selalu berhasil membuat lututnya lemas. Ia tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi, tetapi aura dominan yang Linghe pancarkan ketika dia sedang berada dalam kostum Hua Cheng seakan-akan memintanya agar dia berlutut menyembah.

Sekali lagi, sangat tidak menolong ketika Linghe, dalam kostum Hua Cheng, memberinya tatapan yang begitu menghamba. Xiaowen benar-benar bisa gila. Ia sendiri bingung kenapa dia bisa merasakan hal yang seperti ini. Selama lebih dari dua puluh tahun dia hidup, baru kali ini dia merasakan hal ini kepada lelaki lain.

Kostum Hua Cheng dengan rambut basah.

Xiaowen ingin pingsan saja.

Dan bisa-bisanya bagian bawahnya sempat menegang. Apa yang sebetulnya terjadi dengan dirinya?!

Ingin rasanya Xiaowen mengusak rambut dan membiarkan rambut palsunya berantakan, tetapi dia memikirkan pegawai yang sudah bersusah payah untuk mendadani. Oleh karenanya dia hanya menepuk kening, bersikap acuh sekalipun area yang terkena tamparan sayang tangannya mulai memerah.

Under the Lucky Star || HeWenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang