POV Sofia
Di mana aku? Kenapa aku banyak mendengar samar-samar suara banyak orang yang terkadang disertai oleh tangisan? Kenapa tubuh bagian belakangku serasa berada di atas permukaan benda yang empuk?
Kedua mataku yang menutup diri mereka perlahan membuka kelopaknya dan setelah kedua mataku menyesuaikan kadar cahaya yang masuk ke dalamnya, suasana di sekelilingku yang tadinya terlihat samar-samar berangsur-angsur terlihat jelas oleh penglihatanku.
Kedua bola mataku aku putar ke berbagai arah dan di sisi kananku, aku melihat ibuku sedang duduk di atas sebuah kursi dengan kepalanya yang tertunduk dan kedua matanya yang tertutup oleh kelopaknya. Ah, benar aku sedang terbaring di atas kasur ruang rawat inap sebuah rumah sakit.
Aku yakin ibuku yang sedang duduk di sampingku pasti sedang menunggu terbangunnya diriku yang sebelumnya masih belum tersadar dengan penuh perasaan cemas dan khawatir yang menerpa dan menguasai sanubarinya yang mana baginya waktu juga terasa berputar sangat lama saat ia sedang menungguku terbangun dari pingsanku. Aku harus membangunkannya dengan memanggilnya agar perasaan cemas dan khawatir yang menerpa dan menguasai sanubarinya sirna.
"Moool."
Eh? Kenapa ini? Saat aku berusaha memanggil ibuku dengan mengucapkan kata moeder, yang keluar dari mulutku adalah bunyi moool? Aneh. Ah, mungkin itu hanya efek dari sistem saraf yang ada di otakku yang masih berusaha menyesuaikan dengan keadaan tubuhku yang baru terbangun dari pingsannya. Aku mencoba mengucapkan kata yang sama lagi.
"Muuuul."
Eh? Bunyi pelafalan dari kata moeder yang berusaha aku ucapkan juga masih mirip dengan sebelumnya? Kenapa ini? Kenapa aku tidak bisa mengucapkan kata moeder?
"Mooouuul."
Aku mencoba untuk mengucapkan kata yang sama untuk ketiga kalinya tapi lagi-lagi, kata yang keluar bunyi pelafalan untuk kata moeder yang berusaha aku ucapkan masih sama seperti sebelumnya.
Rasa panik dan was-was mulai menyerang diriku. Aku berusaha untuk menenangkan diriku sendiri dengan meyakinkan diriku bahwa aku baik-baik saja dan mungkin yang aku alami hanya akan bertahan beberapa saat karena sistem saraf otakku yang mengendalikan otot rahang, lidah dan mulutku masih menyesuaikan diri mereka dengan tubuhku yang baru terbangun dari pingsannya. Setelah lima menit berlalu, aku mencoba mengucapkan kata yang sama lagi.
"Mouule."
Hasilnya masih sama. Pada akhirnya aku mengucapkan kata yang sama berulang-ulang karena aku yang sekarang sedang panik berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa aku baik-baik saja hingga pada akhirnya ibuku terbangun dari tidurnya.
"Sofia? Sofia udah bangun?! Ayah! Ayah bangun! Sofia udah siuman!" ujar ibuku berteriak kegirangan sambil memanggil ayahku saat dia melihatku sudah tersadar dari pingsanku.
Beberapa saat kemudian, aku melihat ayahku muncul di balik tirai yang digunakan untuk menutup area tempat kasur pasien lalu ia menghentikan langkahnya dan berdiri di sisi kanan depan kasur tempatku terbaring sambil menatapku.
"Puji Tuhan! Terimakasih ya Tuhan!" ujar ayahku kegirangan kemudian dia bertanya padaku.
"Sofia? Apa kamu baik-baik aja atau kamu masih ngerasain sakit?" tanya ayahku.
Aku berusaha memberikan jawabanku tapi jawaban yang aku berikan tidak jelas karena aku tidak bisa mengucapkan kata-kata yang keluar dari mulutku dengan benar betapapun kerasnya aku berusaha mencoba. Aku mulai menitikkan air mataku dan menangis karena aku tidak bisa mengucapkan kalimat yang ingin aku utarakan dengan benar.
Ibuku segera menekan bel yang berada dekat dengan papan kepala tempat tidur kasur pasien, beberapa saat kemudian suster datang dan ayah beserta ibuku menceritakan kepada suster cerita singkat mengenai kondisi yang menimpa diriku dan memintanya untuk segera memanggil dokter, suster tersebut segera pergi keluar dari ruangan pasien dan beberapa waktu kemudian, ia kembali ke ruangan tempat aku dirawat dengan dokter yang merawatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Darah Dan Hati 2 Dream Reality
Ficción históricaKelanjutan cerita dari Novel "Antara Darah dan Hati", berkisah di dunia alternatif di mana karakter novel pertama memiliki latar belakang yang berbeda. Setelah gagal menghentikan aksi ritual Okultis Belanda, Karim Dawala Sokolovic dikejutkan oleh ke...