Naka - 0.8

1.3K 148 15
                                    

Kondisi Naka sudah berangsur membaik,anak itu sudah ceria lagi, sudah bisa mencari masalah dengan Davin lagi. Seperti saat ini, Naka sedang manja sekali dengan daddy nya. Tak mau jauh-jauh, bahkan untuk ke kamar mandi saja Davin tidak boleh.

"Sama mommy dulu ya? Kasihan Daddy capek sayang," bujuk Radella dengan memeluk tubuh Naka yang sudah tak sepanas kemarin malam.

"No, mau sama daddy ..." rengek anak itu dengan merentangkan tangan meminta digendong lagi oleh Davin.

"Daddy pipis dulu, kebelet banget ini," pinta Davin dengan wajah memelas, pria itu tidak bohong, dirinya sudah menahan hasrat ingin ke kamar mandinya sedari tadi.

Naka tetap kekeuh menggeleng. "Naka ikut,"

"Kemana? Kamar mandi?" Tanya Davin dengan raut syok. Naka tentu mengangguk polos.

"Lah, mana bisa Naka, daddy gimana nanti pipis nya?"

"Bodo, Naka ikut. Kalo gak boleh, daddy gak usah pipis. Pake pampers aja kayak Naka sekarang," cerocos Naka dengan muka garang.

Bola mata Davin berputar malas. Pria ini benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran sang anak. Davin akhirnya mengangguk pasrah. Menggendong Naka dengan satu tangan menyeret tiang infus.

"Jangan banyak gerak, nanti infus kamu ketarik," kata Davin memperingati. Radella hanya mengamati keduanya, saat ini ia hanya harus menuruti keinginan sang anak supaya keadaan nya juga semakin membaik dan bisa segera pulang.

***

Davin sudah ada diatas ranjang sang anak dengan Naka yang duduk dipangkuan nya sembari menonton tayangan kartun kesukaan. Radella tidur disofa yang ada dikamar inap Naka. Sejak Naka dirawat, jam tidur wanita cantik itu tidak teratur.

"Dad,"

"Hm?" Jawab Davin singkat. Mata pria itu sudah hampir memejam karena mengantuk. Apalagi tangan Naka yang mengusap pahanya, semakin menjadilah kantuk itu.

"Pengen susu," rengek Naka dengan kepala mendongkak melihat Davin dari bawah.

"Daddy buatin ya?"

"Mau mommy yang buat,"

"Mommy kasihan sayang. Tuh, tuh liat, tidur sampe mulutnya nganga, kecapean mommymu," bujuk Davin sembari memperlihatkan keadaan Radella sekarang. "Dibuatin Daddy aja ya?" Imbuhnya.

Naka akhirnya mengangguk. Tak apa, daripada dia tidak minum susu.

Botol susu sudah ditangan. Akhirnya anak itu anteng sembari maniknya masih menyorot televisi. Namun itu tak berlangsung lama. Naka yang bosan kemudian mencari cara untuk menghilangkan penat tersebut.

Anak itu turun perlahan dari pangkuan Davin hang sudah terlelap nyaman seperti Radella. Naka tanpa pengawasan. Ia berjinjit, berjalan perlahan keluar kamar dengan tiang infus yang digeret.

Naka tentu saja senang. Kapan lagi bisa bebas tanpa pengawasan mommy dan daddy nya?

Langkahnya menapaki jalan berumput di taman rumah sakit. Duduk di kursi besi yang ada disana.

Netranya meliar, memandangi semua makhluk hidup yang ada. Hingga mata jernih itu berbinar seraya senyum tampannya yang mengembang. Ada penjual es krim diseberang sana.

Tungkai Naka mengayun, menapaki panasnya aspal karena dirinya yang tak memakai alas kaki. Dasar Naka.

"Panas ...." gerutu anak itu sembari berjinjit berharap mengurangi panas.

Kepalanya tertoleh ke kanan dan ke kiri. Dirasa sudah sepi, Naka pun menyeberang. Berjalan lagi dengan riang menghampiri penjual es krim.

"Naka mau dong, om." Kepala anak itu melongok kedalam wadah besar berisi makanan dingin itu.

"Yang kerucut itu, yang rasa coklat!" Pekiknya girang.

Penjual tersebut mengamati Naka dari atas hingga bawah. "Aden lagi sakit?"

Naka mengangguk. "Iya, tapi bentar lagi sembuh,"

"Boleh makan eskrim sama mamanya?"

Anggukan polos Naka berikan. "Gak boleh kalo ketahuan mommy, makanya cepet kasih aku satu yang kerucut itu." Tunjuk Naka pada eskrim cone dibawah.

"Punya uang?"

"Daddy aku punya, banyak."

"Aden gak bawa uang sekarang?"

"Enggak lah, masih kecil gak boleh pegang uang."

Helaan napas berat pedagang itu keluarkan. "Terus yang bayar siapa?"

"Nanti daddy aku, sekarang hutang dulu. Gak papa kan?"

Pedagang tersebut menggeleng. Membuat bibir Naka mengerucut. "Beneran dibayar daddy aku."

"Aden tunggu sini ya, sebentar aja. Nanti saya kasih eskrim nya, tapi tunggu di sini dulu."

Naka mengangguk patuh, tak apa yang penting bisa makan eskrim. "Jangan lama-lama ya, om,"

***

"Sayang, coba tenang dulu. Kita cari di taman, mungkin Naka disana." Davin merangkul bahu Radella, meyakinkan istrinya jika Naka akan baik-baik saja.

"Ayo cepat kalau begitu!" Seru wanita tersebut dan berjalan terlebih dahulu untuk keluar kamar.

Tadi saat Radella terbangun karena haus, ia tak melihat batang hidung anak tersayangnya. Masih berpikir positive, Radella mengira Naka ke kamar mandi, tapi ingat jika sang anak sudah mengenakan popok.

Radella berteriak, membuat mata Davin terbelalak. Menyalahkan suaminya yang tak becus menjaga anak.

"Jika terjadi apa-apa dengan Naka, kau tau akibatnya Davin!" Geraman Radella membuat bulu kuduk Davin merinding. Rapalan doa supaya anak nakalnya baik-baik saja terus menerus Davin gumamkan.

Dan pada akhirnya, Davin selalu ternistakan.

****

Pedagang tersebut kembali dengan security. Tadi dia mengatakan ada pasien yang kabur dari rumah sakit.

"Lama amat om, mana eskrimnya?" Tagih Naka saat oedagang itu berdiri di depan nya.

"Dek, ayo kembali ke dalam," Naka menggeleng.

"Mau eskrim dulu pak satpam. Naka boleh pinjem uangnya? Nanti daddy balikin."

"NAKA!!"

Teriakan dari seberang membuat tiga orang tersebut menoleh. Naka tanpa berdosa melambaikan tangan dengan bibir yang tersenyum lebar.

"Mommy!" Dibalasnya teriakan sang mommy dari kejauhan.

Radella serta Davin berlari. Wajah khawatir Radella sangat kentara. Sedangjan Naka, anak itu malah kegirangan, tak ada raut ketakutan sama sekali diwajah polos itu.













Berdebu banget ya lapak ini, maapkeun saya.

Mau double up gak?

Ramein komen nya :D

NakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang