Part I (Awal cerita cinta)

11 2 3
                                    

"Bagaimana bisa aku terlambat bangun di hari yang penting" gumamku sambil setengah berlari menuju halte bis terdekat, kertas-kertas karton hasil gambar proyeksi pembangunan menutupi pandangan mataku bruaaakk .. tanpa sengaja aku menabrak seseorang. Aku mengelus pundakku lalu menatap ke arah seseorang yang barusan ku tabrak, gadis manis dengan setelan pegawai pemerintahan menatap ku dengan dahi berkerut. "ma.. maaf, aku sungguh tidak sengaja" ku pungut kertas-kertas karton yang berserakan di jalan, gadis itu kini berdiri sembari menepuk-nepuk roknya yang sedikit berdebu. Sekali lagi aku meminta maaf yang di balas gadis itu dengan senyuman.

Kami menaiki bis yang sama, kulihat ada bangku kosong di sisi kiri bis aku pun buru-buru duduk sembari menghela nafas. Kulihat gadis itu terlihat kebingungan, mata nya seolah mencari-cari bangku kosong yang tak ada disana, matanya melihatku. Ku lambaikan tangan kemudian aku berdiri memberi kode agar dia duduk di tempatku, ia tampak bingung namun tetap berjalan ke arahku kemudian duduk di kursi tepat di hadapanku, aku menggenggam pegangan di atas bus, kemudian ia mengambil ketas-kertas karton dari tanganku dan memangkunya, aku tertegun kemudian kami tersenyum bersama. Entah mengapa perjalanan kali ini terasa cukup menyenangkan bagiku, atau mungkin karna ada gadis itu? Seolah dunia monoton ini terasa sedikit lebih berwarna, tanpa sadar aku tersenyum.

***

Hari ini kulewati presentasi dengan sangat baik, bos yang awalnya menegur karna keterlambatanku kini menepuk pundakku dan terlihat puas dengan kinerjaku. Aku yang hanya bisa menerima perintah, melalukan apapun yang di perintahkan tanpa mengeluh meskipun beban ini hampir membuatku gila, hanya bisa tersenyum datar. "hey.. kamu baik-baik saja" seorang wanita setahun lebih muda di bawahku membantu membereskan alat dan bahan hasil presentasi barusan. " ahh demia toh.. aku baik" senyumku menghilangkan kerutan di dahinya.

Demia adalah asisten sekaligus teman yang cukup dekat belakangan ini, ia cukup cekatan dan friendly sebagai pegawai baru, hal itu cukup membuat kami berteman cukup baik, walau aku sedikit menjaga jarak darinya, karna terlalu dekat dengan orang lain sama sekali bukan hal menyenangkan buatku, karna sejak dari dulu pun aku terkenal introvet.

Aku diajak minum-minum di cafe, sebenarnya aku tidak kuat minum namun aku juga kesulitan untuk menolak, apalagi ini perintah langsung dari bosku. Akhirnya aku terpaksa mengikuti mereka dengan perasaan campur aduk, sebelumnya demia sudah mengingatkanku untuk menolak saja, tapi aku sama sekali tak punya keberanian untuk menolak dan merasa tidak enak pada bos serta teman kantor yang lain, melihat hal itu demia hanya diam tanpa mengatakan apapun kecuali ekspresi kesal yang terlihat cukup jelas.

Lagi-lagi begini, aku di jahili. Aku di paksa minum setelah itu aku akan muntah sampai lemas, pukul 11 malam, aku berjalan pulang dengan keadaan tak baik , kepalaku pusing dan terasa berputar, miaw.. miaw.. miaw di balik tumpukan sampah kulihat seekor kucing  dengan tubuh kurus dan kumal, suara pelan yang sertai keputusasaan menarik perhatianku, aku melihat ke arah nya kemudian melihat jalanan, sambil memalingkan pandangan aku berusaha meninggalkannya, sebab tak ingin dapat masalah atau repot karna harus mengurus hewan liar. Setelah berjalan beberapa meter suaranya makin mengecil dan tak terdengar lagi deg.. jantungku seperti berhenti berdetak, aku kembali ke tumpukan sampah tadi, dan mendapati kucing itu sudah tergeletak tak berdaya dengan nafas berat yang tersenggal-senggal, ku balut tubuh kecilnya dengan jas kemudian berlari menuju klinik hewan terdekat.

***

"kucing anda selamat, jika terlambat 5 menit saja kucing itu pasti mati" kata dokter yang saat ini sedang menatapku dengan tatapan lega. "Syukurlah ia selamat" ntah mengapa hatiku juga lega. "tapi.." kata doker itu lagi "dia belum bisa pulang bersama anda, kami harus merawat luka serta mengeluarkan cairan di paru-parunya karna kehujanan begitu lama, kami akan menghubungi anda lagi". Kata-kata itu membuat ku kaget, cairan di paru-paru ? seandainya tadi aku menyelamatkannya lebih cepat, tanpa sadar untuk pertama kalinya aku meneteskan air mata, entah sudah berapa lama sejak ibuku meninggal. Aku pulang ke rumah dengan perasaan tak menentu, aku menyalahkan diri sendiri namun tak ada gunanya toh sekarang hewan kecil itu sudah selamat, ku harap esok kan lebih baik.

My Belove KittyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang