BAB 10 Racun

34 21 16
                                    

Pertahanan Kiyana runtuh setelah kepergian Galen yang membawa Siril pergi ke lapangan untuk mengikuti upacara bendera merah putih, Cairan bening yang terus mengalir tanpa bisa ia bendung, hatinya masih terasa panas atas kejadian yang baru saja menimpannya, Galen telah mencapakkannya. Kiyana pergi ke belakang kelas untuk menenangkan pikirannya, ia butuh waktu sendiri. Kiyana duduk pada kursi rotan yang berada di bawah pohon beringin, ia tidak ingin ikut upacara bendera merah putih. Bukan hanya dia seorang, di sana juga terdapat siswa-siswi lain yang membolos mengikuti upacara bendera, ketika semua teman-temannya berlari kabur karena Pak Amer berpatroli mengelilingi kelas, Kiyana sama sekali tidak bergerak dari tempat duduknya ia masih tetap duduk melamun. 

"Kiyana Siskova!" tegur Pak Amer.

Kiyana tetap tidak bergeming ia masih tetap dengan pikiran kacaunya. Sahabatnya sendiri menusuknya dari belakang dan sedangkan pria yang telah mengisi hatinya, ia dengan kasarnya menyebutnya wanita murahan.

"Kiyana Siskova!" tegur Pa Amir lagi dengan suara yang lumayan tinggi.

Kiyana terjengkat kaget."Hah, iya Pak?"

"Kenapa kamu di sini? Upacara sudah dimulai!" ujar Pak Amer.

"Saya males uapcara pak," balas Kiyana dengan wajah tanpa ekspresi.

"Kamu tau tujuannya diselenggarakan upacara bendera pada hari tertentu?" 

"Mana saya tau Pak! Kalau saya tau, pasti saya barisnya paling depan." 

"Tujuan diselenggarakannya upacara salah satunya adalah membiasakan bersikap disiplin dan tertib."

"Terus salah duanya apa Pak?" 

Pertanyaan kiyana membuat Pak Amir memijit pangkal hidungnya, sudah hal biasa jika ia berhadapan dengan Kiyana akan ada seribu pertanyaan yang akan Kiyana tanyakan. 

"Yang kedua menumbuhkan rasa tanggung jawab."

"Terus yang ketiganya apa Pak?

"Kiyana Siskova kalau kamu terus-terusan bertanya upacara akan segera selesai, sekarang ikut Bapak!" 

Dengan langkah gontai Kiyana mengikuti langkah Pak Amer, Semua mata peserta upacara tertuju padanya, karena Pak Amer menyuruh Kiyana berbaris dibarisan siswa-siswi yang melanggar aturan sekolah. Ini adalah untuk pertama kalinya Kiyana berbaris bersama dengan teman-temannya yang satu frekuensi dengannya. Semenjak mengenal Galen, Kiyana tidak pernah lagi melanggar aturan sekolah atau bolos mata pelajaran, karena Galen selalu mempunyai seribu alasan agar ia tetap bersamanya. Jika Kiyana mempunyai seribu pertanyaan, maka Galen akan mempunya seribu jawaban.

"Ki, kemana aja lo?" 

"Akhirnya lo balik lagi jadi Kiyana Siskova yang dulu."

"Gue kangen bolos bareng sama lo."

Ucapan teman-temannya tidak Kiyana dengar, yang menjadi perhatiannya saat ini adalah seorang pemimpin upacara yang tak bukan adalah Galen. Kiyana terus menatap pria bermata yang tidak terlalu lebar itu dengan tatapan sendu, seketika mata mereka bertemu ketika pembina upcara sedang memberikan amanat kepada peserta upacara. Galen tau jika kedua netra bening Kiyana memerah, itu pasti karena ia habis menangis. Kiyana terus menatapnya, tanpa sedikitpun mengalihkan atensinya dari pria bermata yang tidak terlalu lebar itu, seolah mengisyaratkan ada beberapa pertanyaan yang ingin Kiyana tanyakan. Pandangan mereka terputus ketika pembina upacara selesai memberikan amanatnya. Semua peserta upacara meninggalkan lapangan terkecuali siswa-siswi yang melanggar aturan termasuk Kiyana, mereka mendapat hukuman hormat bendera di tengah lapangan sampai jam istirahat tiba. Lama-kelamaan Kiyana merasa kepalanya terasa berputar, ia memegangi kepalanya seraya memijitnya pelan.

Deskripsi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang