Hari itu benar-benar seperti waktu terhenti. Rintik hujan turun perlahan membasuh jalan di sekitar. Hiruk pikuk kendaraan berjejer di pinggir jalan, orang-orang sibuk mencari tempat teduh.
"Elu, baik-baik aja?" Tanya seseorang menepuk pundak Alfonso.
"Iya, gue aman kok." Jawab Alfonso, sambil membasuh wajahnya yang terkena rintikan air hujan.
"Elu kenapa ngelamun?"
Alfonso tidak menggubrisnya, meninggalkan orang asing itu tanpa sepatah kata. Ia merasa janggal kenapa lelaki itu bertanya demikian, sedangkan dirinya tidak mengenal lelaki itu.Alfonso menyusuri jalan hingga sampai di sebuah rumah berlantai dua, tanpa pagar dengan jejeran kamar bagian kanan, atas dan bawah terdapat 5 ruangan, dan kiri sama berukuran 3m x 3m.
Segera Alfonso berjalan ke arah kanan dan menaiki anak tangga terbuat dari besi yang sudah berkarat, karena sudah mulai dimakan usia bangunan. Menuju kamar paling ujung sehabis tangga, membuka kunci ruangan itu dan menutupnya berbaring diatas kasur tipis sambil merenungi hari itu.
Alfonso terlelap diatas kasur tipisnya, terbawa suasana lagu yang terlantun melalui ponselnya.
***
Waktu bergerak perlahan, hingga akhirnya malam pun tiba.
"Ini jam berapa ya," batin Alfonso, sembari membuka ponselnya, menunjukkan pukul 10:00.
Alfonso hanya diam, berkutat dengan barang-barang di kamar petak itu. Ia memelihara beberapa ekor hamster.
Dirinya benar-benar sangat jarang berinteraksi dengan orang lain. Ia sudah sangat sulit memercayai orang lain. Berulang kali dirinya hanya dicampakkan oleh bualan kata manis orang-orang sekitarnya.
Alfonso hanya mengamati 4 ekor hamster yang dipeliharanya beberapa bulan terakhir ini sembari memegangnya perlahan, dan membelainya.
Beberapa jam kemudian dirinya memutuskan kembali tidur usai bermain dengan hamsternya.
***
Alarm mengeluarkan suara musik Mad at disney tepat pukul 4 pagi, Alfonso pun terbangun dan mematikan bunyi itu.
Kemudian Ia membereskan beberapa buku-buku yang berserakan, sembari berpikir keras tentang kejadian kemarin.
"Ah sebaiknya aku mandi terlebih dahulu" batinnya, ketika melihat jam sudah menunjuk angka 7.
***"Heh!? Jangan ngelamun." Ucap Ray Gideon, perawakannya cukup tinggi, sekitar 171 cm. Bibir bagian bawahnya sedikit tebal. Mukanya tegas. Badannya sedikit terbentuk namun agak gempal.
"Kenapa?" Jawab Alfonso.
"Ini jam kerja! Kerjaan elu tuh, kaga kelar-kelar." Jelas Ray.
"Ohh." Alfonso menjawab seadanya. Kemudian berkutat dengan komputer yang ada dihadapannya.
"Elu kenapa coba!?"
"Kenapa emang?"
"Tumben aja ngelamun, biasanya walaupun lu diem. Tangan elu tetep jalan." Jelas lelaki itu.
"Kepo bet dah idup lu," sangkal Alfonso.
Lelaki itu kemudian beranjak setelah mendengar jawaban itu. Riak mukanya seperti tidak senang mendengarnya, namun enggan berdebat lebih jauh. Dirinya hanya tidak bisa jujur bahwa sesungguhnya Ray menyukai Alfonso.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu [On Going]
Romance"Gue tau, lu pasti mikirnya gue stalker kan," ucap lelaki itu, sembari memcingkan matanya Alfonso hanya diam, tepat berada di depan kantornya yang tidak terlalu besar namun apik, dengan bentuk bangunan seperti segitiga sama kaki terbalik. "Nama gue...