"Kenapa Rene? Terlalu berlebihan kalau sampai kau terkejut"
Bu Irene mengulum senyuman tipis nya lalu mengedikkan bahunya acuh. Ia sudah bukan lagi perempuan muda yang akan gonjang ganjing perasaan nya hanya karena sebuah fakta yang mengejutkan.
Hidupnya sendiri seperti sebuah alur drama, jadi ia tidak heran kalau menemui situasi yang lebih mirip alur cerita sandiwara dibandingkan dunia nyata.
"Tidak"
Mino ikut mengulum senyum, tanpa sadar mengulurkan satu tangannya mengusap kearah pucuk kepala Irene lalu sedikit membelai surai hitam nya dengan lembut.
"Benar, untuk apa terkejut dengan kenyataan seperti itu bukan? Kenyataan yang tidak membuat kita bahagia. Untuk apa merasa terkejut-" ucapan Mino terhenti begitu Irene meraih jemari nya, meremasnya begitu erat sampai kedua obsidian itu akhirnya berpaling kearahnya. Menatapnya dengan sendu.
"Itu sudah terjadi dan tidak harus membuatmu berhenti untuk berjalan" ucap nya. Alih-alih memberikan sebuah penghiburan Irene justru meminta Mino mengabaikan saja fakta-fakta mengerikan barusan.
Tapi Mino setuju.
Seratus persen.
Kalau kenyataan hidupmu teramat sakit didengarkan anggap saja itu sebuah fakta belaka. Dengarkan lalu biarkan ia berlalu. Dan lanjutkan hidupmu.
Dengan ataupun Siwon ia bisa hidup sampai saat ini.
Dengan keluarga sederhana yang justru lebih mencintainya.
Mama Song.
Dannah.
Ah Mino jadi ingin buru-buru mengenalkan Irene pada mamanya. Beliau pasti menyetujuinya tanpa berfikir lagi.
Siapa yang bisa menolak bidadari seperti Irene? Hanya orang tidak waras yang akan melakukannya.
"Tentu saja. Buktinya aku bisa hidup"
Irene menoleh lagi, mendongak menatap Mino yang kini menyeringai kearahnya dengan seringai penuh makna.
Perempuan itu berjingkat, menaikkan kedua kakinya dan menarik leher Mino sampai pria itu sedikit membungkuk kearahnya.
"Ini diluar-"
Masa bodoh-pekik Irene dalam hati. Ia sudah memejamkan kedua matanya begitu bibir nya menyesap bibir Mino.
Menyatukannya, menempelkannya sampai kemudian akhirnya mereka beradu saliva. Tangan yang awalnya tergantung dileher perlahan naik keatas bagian belakang kepala Mino, mengusapnya perlahan sampai si pemiliknya mendesakkan tubuhnya lebih rapat kearah Irene.
Ciuman itu semakin indah, semakin dalam dan semakin membuat nafas keduanya terhela. Lidah yang saling melilit dan saliva yang saling beradu tidak membuat tensi nya mengendur. Jemari Mino bahkan sudah mengusap perlahan punggung Irene dan memutar sampai ke depan.
Irene membuka kedua matanya lalu menghentikan ciumannya. Membuat Mino yang sudah terbuai ikut berhenti.
"Kenapa?"
"Kita cari hotel" usulnya. Mino mendengus lalu menjawil pangkal hidung perempuan itu dengan gemas.
"Untuk apa cari hotel, kita ini kan suami istri-"
"Sialan. Yasudah kalau tidak mau" dengus Irene yang kemudian berbalik tapi langkahnya terhenti begitu tangan Mino menahan bahunya.
"Kita hentikan sampai disini saja" ucap nya.
Dengan ringan.
Dengan senyuman.
Tapi dibalas dengan kedua mata yang membelalak dari dua netra indah milik Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER [🔞]
Fiksi PenggemarBijaklah dalam memilih bacaan. 🔞 no under age, hargai Author dengan cara menjauhi story ini kalau kalian tidak suka dengan konten dewasa or Anti NC Song Mino tahu, kalau Bae Irene hanya ingin memuaskan nafsunya. Ia sadar kok, mereka hanya saling me...