KEDATANGAN TEMAN (1)

0 0 0
                                    

Hari sudah pagi namun langit masih gelap. Suara adzan subuh yang berkumandang dengan merdu, membangunkan Aku dari alam mimpi. Kubuka mata lalu duduk seraya mengumpulkan nyawa yang masih melayang. Aku turun dari tempat tidur untuk mengambil air wudhu dan dilanjutkan sholat subuh. Meskipun Aku belum sembuh namun sholat adalah sebuah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan.

Kulihat adikku Icha sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Icha termasuk anak yang disiplin dan terbiasa berangkat ke sekolah lebih awal dari teman yang lainnya. Sebelum Icha berangkat, ia pamit kepadaku.

“Ka, Icha berangkat ke sekolah dulu ya.” Pamitnya padaku.

“Iya Cha, hati-hati. Belajar yang bener jangan macem-macem di sekolah.” Aku mengingatkan.

“Beres boss.” Icha pergi keluar dari kamar.

Setelah Icha pergi ke sekolah tinggalah Aku sendiri di kamar. Kepalaku masih terasa pusing, badanku juga masih terasa pegal dan juga kakiku yang masih terasa sakit. Bagiku ini adalah pertama kalinya Aku tidak masuk sekolah karena sakit. Sejak kecil Aku tidak pernah absen sekolah sekalipun sakit, seandainya saja Aku masih kuat berjalan mungkin Aku akan paksa untuk masuk sekolah daripada berdiam diri di rumah tidak jelas mau ngapain, tidak ada teman yang menghibur, dan paling penting tertinggal pelajaran.

Mama datang membawakan Aku sarapan bubur ayam, tak lupa juga dengan obat dan segelas air putih.

“Gimana keadaan kamu hari ini Le.” Tanya Mama sambil menaruh sarapan di atas meja belajarku.

“Masih belum enakan Ma, kepala masih pusing, badan masih pada pegel, kaki juga masih sakit banget.” Keluhku.

“Yauda sarapan dulu ya terus minum obat, abis itu kamu tidur lagi istirahat.” Mama menyaraniku.

“Iya Ma, makasih ya Ma.” Aku paksa makan bubur meski mulut masih terasa pahit. Demi kesembuhanku, Aku telan bubur tanpa ragu. Hanya dapat beberapa suap Aku menyudahinya dan kulanjut meminum obat.

Hari ini sangat membosankan, lebih sering istirahat dan tidur. Kuambil handphone yang tergeletak di atas meja belajar. Kupasang headset lalu kucari chanel radio untuk mengisi kekosongan waktu. Sedikit terhibur dengan musik-musik yang disiarkan dari radio sampai membuatku tertidur.

“Lea, bangun. Sudah jam 12 waktunya kamu makan siang dan minum obat lagi. Kamu juga belum sholat kan.?” Mama membangunkan Aku yang ketiduran dengan headset yang masih menempel di telingaku. Segera kumatikan radio yang masih menyala. Aku bangun menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melakukan yang diperintah mama tadi.

“Drrrtttt...Drrrrtttt...” Handphoneku bergetar tanda pesan masuk. Kuambil dan segera ku baca yang ternyata dari sahabatku Tisya. Dia memberitahu kepadaku kalau teman-teman dari kelas X ku dulu akan datang ke rumahku untuk menjenguk. Betapa kagetnya Aku membaca pesan darinya, tapi Tisya meminta padaku untuk merahasiakan hal ini karena sebenarnya teman-teman yang lain ingin memberi kejutan padaku. Aku tersenyum bahagia membaca pesan darinya. Kuletakkan handphone dan kulanjutkan untuk tidur karena efek dari obat yang membuatku mengantuk.

Jam menunjukkan pukul 2 siang. Aku terbangun dari tidur siangku karena suara ramai yang memanggil namaku dari arah luar rumahku.

“Azalea, Azalea, Azalea.” Panggil mereka bergantian. Aku bangun dari tempat tidur menuju ruang depan. Kubuka pintu rumah untuk menyambut mereka. Belum kubuka gerbang ternyata mereka lebih dulu membukanya, seakan mereka mengerti jarak dari pintu ke gerbang harus jalan lagi.

“Ya Allah..” Ceplosku dan tersenyum terharu melihat kedatangan mereka. Mama datang menghampiriku dan menyambut mereka. Dengan sopan satu persatu teman mencium tangan Mama dan izin menjengukku.

“Sini Lea, duduk samping gw.” Suruh temanku yang bernama Vie. Aku jalan menghampiri dan gabung dengan mereka yang sudah duduk di depan teras.

“Nih kita bawain buah buat lu, dimakan ya biar cepet sembuh dan masuk sekolah.” Ucap salah seorang temanku yang lain.

“Kok bisa sih lu ketabrak, ceritain dong Le.” Pinta Vie. Vie memang temanku yang paling bawel dan kepo jadi tak heran omongan selalu dia yang buka. Aku menceritakan kejadian awalnya walau terlihat ada Dewi dan juga yang lain. Tapi Aku tidak menceritakan apa yang Aku lamunkan pada teman yang lain demi menjaga perasaan Dewi.

Kulihat sebagian besar teman di kelas X datang menjenguk, hanya saja Maria dan juga anak OSIS tidak datang karena mereka ada keperluan masing-masing. Canda tawa yang dulu ada di kelas X masih bisa kurasakan meskipun Aku harus terkena musibah. Aku sangat bahagia hari ini.

Sudah cukup lama mereka berada di rumahku, kini saatnya mereka pamit untuk pulang. Satu persatu dari mereka pamit padaku dan juga Mamaku. Tak lupa juga mereka mendoakanku agar lekas sembuh dan dapat kembali ke sekolah.

“Lea kita balik dulu ya, udah sore nih. Lu juga harus istirahat lagi kan.” Ucap Dewi mewakilkan semuanya.

“Iya Wi, bdw makasi banyak ya udah mau dateng jenguk makasi juga buahnya.”

“Sama-sama Lea..”

“Tante, kita pulang dulu ya. Maaf ni ngerepotin.” Pamit mereka bergantian.

“Engga kok engga ngerepotin, Tante yang makasih udah mau dateng jenguk Lea.”

Mereka pulang dengan arah yang berbeda sesuai dengan rumahnya masing-masing. Aku kembali lagi ke kamar. Membayangkan betapa bahagianya hari ini dapat kumpul bersama lagi dengan mereka. Walau ada sesuatu yang mengganjal di hati saat melihat Dito datang bersama cewek yang Aku kenal. Dito adalah laki-laki yang dulu suka denganku, karena Aku tidak mau mengambil langkah yang salah Aku menolaknya.

~~

Matahari sudah terbenam, tak terasa hari sudah malam. Mama menyuruhku untuk makan bubur ayam yang dibelikan ayah saat pulang kerjanya tadi. Rutinitasku 3 kali sehari yang harus mengkonsumsi obat.

Drrrrtt..Drrrttt [Handphoneku kembali bergetar tanda pesan masuk. Kulihat pesan yang ternyata dari Fikri].

Hy..Lagi apa nih? [Isi pesan dari Fikri. Aku yang merasa aneh bingung menanggapinya].

Lagi istirahat. Ada apa? [Balasku singkat].

Engga ada apa-apa. Gimana kaki lu udah sembuh? [Balas Fikri].

Kalo udah sembuh mah gw masuk sekolah tadi. [Balasku sedikit jutek]

Oh iya bener juga ya. Udah makan? [Balas Fikri].

Dari kmrn kenapa bahas makan ya, emang gw anak kecil yang makan harus diingetin. [Balasku].

Galak banget sih. Gw cuma mau tau aja keadaan lu Lea. [Balas Fikri].

Biasa aja sih gak galak. [Balasku].

Yauda lanjut istirahat jangan lupa sholat isya. [Balas Fikri].

Entah kenapa Fikri sudah 2 kali mengirimi pesan yang menurutku kurang penting. Fikri seperti orang yang sedang mendekati Aku dengan caranya. Aku belum siap jika di umur sedini ini harus mengenal dunia percintaan. Fikri memang laki-laki yang baik dan di sekolah pun sholatnya tidak pernah tertinggal.

Tak kubalas lagi pesan darinya. Aku memilih untuk istirahat berharap besok sudah bisa kembali fit lagi. Kupejamkan mata dan berdoa dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TAK LAGI SAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang