°0°

142 19 13
                                    

"You look so beautiful in white,"

"Tonight~~~"

Nyanyi seseorang yang melengkapi nyanyian dengan sebuah gitar.

"Gimana? Keren kan?" Tanya orang itu lagi, dihadapannya ada 2 temannya yang dari tadi melihatnya bernyanyi dengan sangat menghayati bak konser solonya.

"Lu gak bosen? Selalu lagu itu yang lu nyanyiin," sarkas temannya, dia menggelengkan kepala pelan, meletakkan gitarnya di kursi dan mulai berjalan pelan menuju pintu.

"Gak bakal, itu lagu favorite gue," jawabnya santai lalu terkekeh pelan, kakinya dengan pelan juga melangkah meninggalkan rooftop tempat yang biasa dia datangi bersama kedua temannya untuk membuang rasa jenuh ketiganya.

"Kelakuan Mahesa makin hari makin gak jelas," kata seorang pria yang juga berada di rooftop. Leo, salah satu teman pria yang bermain gitar tadi.

"Udahlah Le, wajar dia gitu, nilainya aja turun," Henry, dirinya menjawab dengan tenang, biasanya sih ikutan berisik bareng Leo, tapi entah kenapa dia hari ini lagi males aja, abis diputusin sama Dhika.

Dhika nama cewe? Ya jelas bukanlah anjir, Dhika itu cowo, kenapa?
Karna menyimpang kadang lebih menyenangkan daripada harus terus lurus dan tetap terluka, tapi menyimpang juga kadang terluka deng.

"Yayang Dhikaaaa kenapa aa Henry diputusin!!!" Teriak Henry lebay, Leo menggidikkan bahunya jijik, tangan dengan cepat menjitak kepala Henry.

"Dasar gay gak jelas, dahlah gue nyusul Esa aja," putus Leo, dirinya berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Henry yang sedang meratapi nasibnya yang sangat tidak bagus ini.

"Kayak lu gak kecantol sama kak Juna, Le. Gue tau lu dateng sekolah cuma buat ngeliatin kak Juna," kata Henry pelan, dirinya berbicara entah dengan siapa, kosong, sepi dan tenang, hawa yang menyeramkan.

"Anjir serem juga sendiri disini, ikut turun ae lah," ucap Henry akhirnya, dirinya berlari pergi, berusaha mengejar Leo entah sudah kemana saat ini, paling juga nyari keberadaan kak Juna.

"Kak Esa," panggil seorang wanita yang mendekati Mahesa membuat Mahesa memberhentikan langkahnya, emang Mahesa gak terlalu populer tapi masihlah ada yang kenal, soalnya dia anak pemilik yayasan SMA ini.

"Kenapa Lusi?" Tanya Mahesa, gadis disampingnya tersenyum, pikirnya bangga karena Mahesa mengingat namanya, gimana gak inget, orang tiap hari ngintilin Mahesa mulu.

"Emm Minggu depankan ada karya wisata di Malang, kakak bakal ikut kan? Ini kan karya wisata kelas 10 11," kata Lusi semangat, Mahesa tersenyum pelan, dia mengangkat kepalanya dan meletakkannya di kepala Lusi.

"Saya gak tau, nanti saya kabarin kalau sama mau ikut," kata Mahesa, ucapan dan perlakuan Mahesa tadi membuat semua mata yang melihatnya menjerit histeris, gimana gak, seorang Mahesa hari ini bertambah manis.

Mahesa emang terkenal dengan dirinya yang ceria, suka tertawa, baik hati dan tidak sombong, rajin menabung, dan satu lagi, manis kesemua cewe. Apalagi Mahesa ini pencinta binatang, Mahesa selalu membawa binatang liar, kucing, burung, kesekolah ketika dia menemukannya tergeletak tak berdaya di jalanan saat dia berangkat sekolah, sampai disekolah akan ditaruh di tempat persembunyiannya, selalu membawa makanan, vitamin serta obat-obatan. Ketika sudah sehat dan mampu sendiri, di lepaskannya hewan-hewan itu.

Terlihat baik dan sempurna di mata manusia lainnya, tapi tetap saja manusia gak ada yang sempurna. Nilai Mahesa yang naik turun, bolos, dan sering tidur dikelas, juga beberapa masalah yang membuatnya jarang sekali menjadi pusat perhatian akhir-akhir ini.

"Ngapain lu ngajakin orang kayak dia? Bukannya dia anti sosial ya?" Kata seorang wanita yang mendekati keduanya, Rasya. Wanita berparas cantik dan rupawan, anjay.

Mahesa, from Bali||•Markren🌙HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang