"Bulan depan kau harus melunasinya."
"Baik saya paham. Permisi."
Chanyeol menghela nafas begitu dia keluar dari ruang pembayaran. Matanya kini menatap kertas yang bertuliskan bayaran yang belum ia lunasi. Seperti yang dikatakan tadi bahwa bulan depan adalah masa terakhir bagi Chanyeol untuk melunasinya. Jika masih belum lunas maka dia tidak akan bisa mengikuti ujian akhir.
"Benar-benar tidak adil!" Chanyeol mengacak pelan rambutnya lalu kembali menghela nafas. "Pekerjaan seperti apa lagi yang harus aku lakukan?"
Demi membayar uang kuliah dan pengobatan sang ayah, Chanyeol banyak melalui pekerjaan. Pelayan di cafe, pengantar makanan, OB di sebuah salon, dan guru les. Tapi gaji yang dia dapatkan belum cukup untuk membayar kebutuhannya sekarang.
Tangan besarnya lalu mengambil sebuah kartu dari dalam tasnya. Kartu itu adalah kartu nama seorang pria yang pernah menawarinya pekerjaan. Namun saat itu Chanyeol tak yakin untuk mengambil pekerjaan itu.
"Huft... Apa aku ambil saja? Tapi pekerjaan ini..." Chanyeol meneguk ludahnya. Batinnya masih berperang dengan keputusannya dalam pekerjaan itu.
"Aku terpaksa, aku benar-benar terpaksa."
-
-
-
Chanyeol menatap sekeliling tempatnya berada kini. Kumpulan manusia, lampu yang berwarna-warni namun remang, bau alkohol, dan beberapa kegiatan yang seharusnya dilakukan secara privasi.
"Yo, aku pikir kau tidak serius dengan ucapanmu di telepon." Bogum menghampiri Chanyeol dan merangkulnya. "Pasti banyak yang menyukaimu."
"Aku lupa mengatakan satu hal." Kata Chanyeol.
"Apa?"
"Aku bukan gay."
Bogum terdiam beberapa detik lalu tertawa. "Kau bisa bilang begitu pada pria yang mendekatimu."
Mereka lalu berdiri di tepi ruangan club sambil memperhatikan orang-orang yang sedang menari.
"Jika ada perempuan yang menginginkan mu. Jangan kau tolak. Ingat kan?"
Chanyeol mengangguk.Beberapa detik setelahnya, seorang perempuan yang sepertinya sudah berusia empat puluh tahunan mendekati Chanyeol. Pria itu sedikit merinding karena pelanggan pertamanya ternyata seorang ahjumma.
"Hai tampan."
Langkah ahjumma itu terhenti karena terhadang oleh seorang perempuan yang lebih muda darinya.
"Ya--- ha--halo." Balas Chanyeol gugup. Hatinya kini lega karena ada seorang perempuan yang usianya sepertinya tidak jauh darinya.
"Apa kau mau jadi teman mengobrol ku?" Tanya perempuan itu.
Chanyeol mengangguk.
Perempuan itu tersenyum lalu menggamit tangan Chanyeol untuk duduk di sofa.
"Kau baru disini?" Tanya perempuan itu setelah mereka duduk.
Chanyeol mengangguk kaku. Mata bulatnya menatap wajah cantik perempuan disampingnya ini. Kulit putih, rambut blonde sebahu, bibir ranum berwarna merah, mata yang indah, dan tubuh yang mungil. Aroma parfumnya juga sangat menenangkan Chanyeol.
"Kita belum berkenalan bukan? Aku Wendy, kau?"
"Chanyeol."
Wendy mengangguk lalu meneguk birnya. "Kau mau minum baby boy?"
"Tentu." Jawab Chanyeol.
Wendy pun memberikan segelas bir pada pemuda itu.
"Aku belum pernah bertemu pria setampan kau disini."
"Kau sudah lama ke tempat ini?"
"Mungkin sudah empat bulan. Boleh aku tau apa kesibukanmu sekarang?"
"Emh... Aku seorang mahasiswa jurusan teknik informatika."
Wendy mengangguk, "Interesting."
Chanyeol menatap dalam mata indah perempuan itu. Entahlah, rasanya sangat sulit mengalihkan pandangannya dari mata itu.
"Mau berciuman baby boy?"
"Ap-hmmmppp..." Chanyeol tercekat, Wendy saat ini sudah menciumnya dengan lembut.
"First time?" Chanyeol mengangguk. Wendy tertawa kecil mendengarnya. "Kita bisa melakukannya dengan pelan-pelan."
Chanyeol mengangguk, kini dia yang mencium perempuan itu lebih dulu.
"Mhhh..." Keduanya mendesah. Lidah mereka beradu, dan saling bertukar saliva.
"Hah... Hah...." Chanyeol menarik nafas dalam-dalam saat ciuman panjang keduanya terlepas.
"Aku suka bibirmu, baby boy. Kau tidak ingin menyentuhku dengan bibirmu itu?" Wendy mengecup sudut bibir pria itu.
Tubuh Chanyeol berkeringat dingin dan jantungnya berdetak seolah akan meledak. Matanya kemudian menelusuri wajah hingga belahan dada Wendy yang terlihat menggodanya. Oh, Chanyeol merasa terpanggil untuk mencicipinya.
Wendy tersenyum, dia lalu meraih tangan Chanyeol untuk menyentuh belahan dadanya. "Kau suka?"
Chanyeol tanpa sadar mengangguk, Wendy tertawa dibuatnya.
"Kau harus bisa menggodaku lebih dulu." Bisik Wendy.
Chanyeol langsung merasa tertantang, dengan mudah dia mengangkat tubuh mungil itu untuk duduk di pangkuannya.
"Mmhhh... Ahhh..." Wendy mendesah. Chanyeol menciumnya dengan menggebu-gebu. Membuat Wendy terheran. Apa benar ini pertama kali bagi Chanyeol?
Tangan besar pria itu mengusap paha dalam Wendy dan sesekali meremas bokongnya.
"Nghhh.." Wendy mendongak saat bibir Chanyeol kini menyerang lehernya. Tidak hanya mengecup, tapi juga sesekali menghisap dan menggigitnya.
"Oh...nggh.." Wendy menekan kepala saat ciuman Chanyeol turun ke belahan dadanya.
"Kau nakal, boy." Wendy mendorong bahu Chanyeol hingga ciuman dari pria itu terhenti. Tangan Chanyeol terulur untuk menyentuh wajah Wendy.
"Aku belum pernah bertemu wanita secantik kau." Ujarnya. Wendy tersenyum lebar. "Tentu saja kau pasti belum bertemu wanita secantikku."
Chanyeol tanpa sadar mengangguk.
"Kau menggemaskan baby boy."
"Mmhh..." Chanyeol mendesah saat wanita yang duduk dipangkuannya ini dengan sengaja menekan kejantanannya.
Wendy menggigit bibir bawahnya, "kau pasti sangat percaya diri dengan ukuran penismu."
"Nghhh.." Chanyeol lagi-lagi mendesah ketika Wendy menggesek kejantanannya.
"Pasti rasanya sangat nikmat. Aku tidak sabar mencobanya ayo kita bercinta baby boy!"
-
-
-
Halo semuanya...
Aku kena racun kapal Wenyeol nih dan mutusin buat nulis cerita mereka. Tp ceritanya khusus buat yg udah 21+ ya wkwkwk
Jd ini cerita pertama aku.
Aku sebenernya dulu punya akun WP cmn aku hapus trs aku masuk lg Krn pengen bgt nulis cerita Wenyeol.
Oh ya, kalian bisa panggil aku Waf!Oke sampai jumpa semuanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine! Yours! (Wenyeol NC Story)❗❗⛔
Fanfiction21+ Wenyeol Semoga yang datang kesini emang udah cukup umur. Kalo belom cukup jangan nekat plis Cerita disini tidak ada hubungannya sama real life pemain ya. Jadi cukup biarin disini aja.