7

188 42 8
                                    

Aku mendudukkan diri di lantai tempat rak buku paling ujung berada, di tanganku ada buku yang sudah terbuka segelnya dan kini kubolak-balik untuk melihat isinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mendudukkan diri di lantai tempat rak buku paling ujung berada, di tanganku ada buku yang sudah terbuka segelnya dan kini kubolak-balik untuk melihat isinya. Sesekali, aku akan mengambil buku lain jika buku yang kupegang tidak terlalu menarik. Apabila ada petugas Gramedia yang berkeliling, maka aku akan berpura-pura menumpuk beberapa buku seakan-akan membelinya, padahal tidak sama sekali.

Kak Akandra sendiri, sejak tadi sudah memisahkan diri dariku setelah meminta beberapa rekomendasi. Katanya, ia akan mencari buku rekomendasiku sendiri dan membiarkanku duduk karena takut aku kelelahan.

"Kamu pucat." Itu katanya tadi sebelum memintaku duduk.

Perkataannya tidak salah, karena saat ini aku merasa luar biasa lelah, jantungku berdebar terlalu kencang dari biasanya, kakiku seperti tidak bertulang, lemas. Berdiri terlalu lamapun aku tidak kuat.

Jadilah aku hanya duduk menunggu Kak Akandra yang katanya akan cepat. Beberapa kali ia akan menghampiriku dan memastikan buku yang dipegangnya tepat sesuai rekomendasiku atau meminta pendapat buku lain yang akan dibelinya.

"Inikan Naa?"

Atau,

"Buku ini bagus juga deh, ambil nggak menurutmu?"

Itu adalah dua pertanyaan yang sering dilontarkan Kak Akandra dan hanya kujawab dengan anggukan.

Ia bukannya tidak mengajakku pulang, ia sudah menawariku sejak menegaskan bahwa wajahku pucat, tapi aku menolaknya. Sudah sampai sini dan langsung balik kan sayang banget waktu yang udah dilalui. Jadi, tak apa, toh ini bukan hal besar buatku.

Tak lama kemudian, Kak Akandra sudah berdiri di depanku dengan tas plastik yang berisi beberapa buku.

"Kakak mau beli semua itu?"

"Iya, kenapa?"

"Memangnya dibaca?" Tanyaku sangsi.

"Dibaca donk Naa, kalau bukan aku yang baca, kan ada kamu," ujarnya sambil meringis kecil dan membuatku sedikit, benar-benar sedikit salah tingkah. "Kamu nggak mau beli juga?"

"Enggak, Kak. Masih ada buku yang belum kubaca di kamar."

Kak Akandra menganggukkan kepalanya pelan, "ya udah kalau gitu, aku bayar dulu ya." Ia berjalan menuju kasir, dengan segera aku bangkit mengikutinya.

Kalian tahu, berapa total buku yang dibeli seorang Akandra Abinawa?

Mendekati jatah bulananku.

Melihat nominal yang tertera di layar kasir, membuatku meneguk ludah. Sungguh totalitas sekali belanja buku 'bulanan' Akandra Abinawa ini.

🌸

Kak Akandra meninggalkanku sendirian di mobil. Katanya ia ada urusan sebentar dan memintaku menunggu di mobil. Aku menyapukan pandanganku ke seluruh isi mobil Kak Akandra.

520Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang