Behind Afer Rain (Dibalik Seusai Hujan)

127 6 0
                                    

Aku terdiam,menatap langit yang mulai menutup wajah wajah indah itu. Semua keceriaan berganti dengan kesedihan, dan buliran-buliran air itupun tumpah dengan derasnya. Saat itupun tiba diman hujan telah turun membasahi bumi.

Mungkin bagi sebagian orang ada yang menyukai hujan namun, ada juga yang tidak. Mungkin bagi para petani meraka sangat gembira jika hujan datang mengguyur bumi, karena mereka dapat menanam padi dengan riangnya dan meraka juga tidak kawatir akan sawah yang akan kekeringan jika hujan turun. Tapi aku adalah salah satu dari sekian orang yang tidak menyukai hujan. Menurutku hujan itu menyedihkan, merubah langit yang semula menampakkan keceriaannya berganti menjadi hitam pekat. Membuat langit yang indah itu sirna seolah-olah langit itu di musnahkan oleh sekumpulan awan gelap yang tersirat akan kesedihan, dan aku tidak suka akan kesedihan itu! Aku ingin hujan itu datang hanya sekejap dan langit berubah kembali menjadi ceria menampakkan wajah-wajah indah itu. Dan apalagi jika harus menatap hujan sendirian,sangat sepi rasanya. Tapi sebenarnya sebelum DIA pergi menginggalkan ku, aku sangat suka hujan namun,setelah DIA pergi aku sangat benci hujan. DIA yang kumaksud adalah sahabat terbaikku karna hujan aku kehilangan sahabatku, sahabat yang sangat aku sayangi. Hujan telah membawanya kedalam keabadian. Mungkin kalian menganggapku aneh. Tapi tidak! Ini benar, hujan telah membawanya pergi. Dan sejak saat itu aku benci dengan hujan.

***

Aku cepat-cepat menutup jendela dan pintu rapat-rapat. Aku takut,sangat takut jika hujan akan membawa keluargaku pergi. Setelah aku menutup jendela dan pintu kamar ku, aku duduk termenung didekat jendela menatap rintik-rintik hujan yang mulai turun sambil menerawang jauh khayalan ku. Ini yang aku lakukan jika hujan datang. Lalu kakakku datang membawa secangkir coklat hangat kesukaanku dengan tatapan iba melihatku. Tapi aku sedikit bingung akan sikap kakakku kali ini, tumben-tumbennya dia baik padaku. Biasanya saat aku duduk termenung menatap hujan,dia dengan seenaknya mencelaku dengan mengucapkan "Dasar kau anak aneh!". Aku menatapnya sinis,lalu dia berpaling dan meninggalkan ku sendirian.Kulihat lagi jendelaku, hujan itu masih ada. Ditambah dengan suara petir itu, mereka sangat menyeramkan! Aku merasa terancam. Aku menutup telingaku kuat kuat hingga tanpa terasa aku telah lelap tertidur di dekat jendela.

***

Sang mentari mulai menampakkan sinarnya kembali, senyum indah terukir di bibirku. Langit dengan goresan jingga, sangat indah untuk dipandang. Aku bergegas keluar rumah, mengendarai sepeda hanya untuk berjalan jalan disekitar komplek rumahku ini.Aku selalu sendirian sejak sahabatku meninggal tiga bulan yang lalu.

"Hai dek (?)" Seseorang menyapaku,tak lain adalah kakak kelas ku. Kak Rafa. Dia sangat baik padaku, walau terkadang aku tidak mempedulikannya.

"Iya ada apa Kak?" Ujar ku

"Kakak ikut bersepeda denganmu, boleh?" Tanya kak Rafa. Aku bingung, tapi akhirnya aku menyetujuinya.Kami pun bersepeda ditemani cuaca cerah hari ini.

***

Dia membawaku kesuatu tempat, tempat yang indah dan tenang. Aku sangat menyukai tempat itu.Kak Rafa bercerita banyak hal tentang dirinya. Sebenarnya aku tak terlalu mendengarkannya, tapi lebih fokus pada pemandangan sejuk di tempat itu.

"Sekarang giliranmu Clara" ujar kak Rafa

"Oh baiklah Kak, aku punya satu kebencian Kak, yaitu benci pada hujan"

"Mengapa kau benci hujan?'' Tanyanya

''Dia telah membawa sahabatku pergi''

''Haha yang benar saja, kau aneh Clara'' ujar kak Rafa sambil tertawa, sepeti orang yang berhasil mengerjai seorang anak kecil.

''Ini benar Kak!'' ucap ku keukuh.

Kak Erwin hanya mengacak rambutku, aku tau dia tak percaya padaku. Matahari mulai kembali ke peraduannya, jam kerjanya pun akan usai. Aku pun pulang bersamanya. Kulihat langit mulai mendung lagi. Kupercepat genjotan padasepedaku, aku tak mau terkena air hujan satu titik pun. Itu sangat berbahaya! Aku sudah sampai teras rumah dan kak Rafa masih dibelakang. Saat Kak Rafa akan melewati rumahku, dia tersenyum padaku. Senyumnya sangat menyejukkan. Tapi saat hujan deras tiba-tiba datang, dia kehilangan keseimbangan dan terpleset jatuh di depan rumahku. Malangnya ada sepeda motor yang menabrak tubuh atletisnya itu. Darah bercucuran dimana mana. Aku bingung dan sangat panik! , aku tak mau terkena hujan. Tapi aku harus menolongnya! Aku berteriak meminta tolong kepada orang-orang dari dalam rumah. Hingga akhirnya, semua orang berteriak panik dan langsung membawanya kerumah sakit terdekat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang