Setelah urusannya dengan Sakti selesai, Clarissa segera pulang. Ia tidak meluangkan waktu untuk mengobrol dan berkenalan dengan anggota Daksa yang lain, karena Sarah terus menghubunginya untuk menyuruhnya pulang.
Kini Clarissa sudah pulang dari basecamp Daksa. Sesampai di rumahnya tadi, Clarissa langsung pergi ke kamarnya dan membersihkan diri. Setelah selesai, ia langsung pergi ke bawah dan menemui Sarah yang sedang memasak untuk makan malam.
Clarissa berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan oleh Sarah.
Grep
Clarissa langsung memeluk Sarah dari arah belakang. Sarah terlonjak kaget ketika merasakan sebuah tangan melingkar di pinggang rampingnya. Clarissa terkekeh melihat hal itu.
"Cla, ngagetin aja kamu ih" Sarah mengusap dadanya untuk menetralkan degup jantungnya.
"Hehe, maaf gabut!" Clarissa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari cengengesan.
"Mama lagi masak apa?" Clarissa menjinjitkan kakinya untuk melihat makanan apa yang sedang dimasak oleh Sarah.
"Kenapa emang? Mau bantuin?" Tanya Sarah sambil mengaduk-aduk masakannya.
"Nggak." Clarissa menggelengkan kepalanya cepat.
"Katanya gabut. Tuh masih banyak bawang yang perlu dikupas." Sarah menunjuk sebuah wadah yang berisi bawang-bawangan yang harus ia kupas untuk bumbu masakannya beberapa hari ke depan, karena stoknya di kulkas sudah habis.
"Mending aku gabut, ma. Nanti kalo ngupas bawang aku pasti bakal nangis, nanti kalo nangis aku jadi jelek. Gak mau aku." Clarissa segera pergi meninggalkan Sarah.
Sarah menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum lebar, mendengar jawaban dari Clarissa. "Makin hari kelakuannya makin aneh aja."
***
Malam sudah berganti menjadi pagi. Kini, Clarissa sudah berada di parkiran sekolah. Saat ini, suasana parkiran sekolah masih sangat sepi karena Clarissa pergi lebih pagi dari biasanya. Tujuan ia pergi ke sekolah sangat pagi adalah ingin menghindari anak inti Vandero. Namun, ternyata ia salah. Ia berangkat sepagi ini pun, ia masih tetap bertemu dengan Vandero.
Saat ini, kelima anggota inti Vandero telah berdiri di sampingnya. Clarissa memutar bola matanya malas. Ia sangat malas sekali harus meladeni mereka sepagi ini.
"Masih hidup lo?" Tanya Abrasi datar sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
"Menurut lo?" Ucap Clarissa sedikit membentak.
"Gimana?" Tanya Regan.
"Apanya ai kamu, ihh?" Clarissa berpura-pura tidak tahu. Tentu saja ia tahu, sangat tahu dengan apa yang Regan tanyakan. Namun, ia tidak ingin memberitahunya saat ini, karena ia masih belum yakin dengan Sakti. Jadi, ia memilih untuk merahasiakannya sementara waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Clarissa
FantasíaIni akan menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit tomboy bertransmigrasi ke dalam raga seorang gadis feminim dan dikenal sebagai seorang pembully oleh teman-temannya. Enggak pinter bikin deskripsi kayak gini:( Saya malas revisi ya gaess ya WA...